"Sekuat apapun kamu jaga, yang pergi tetap akan pergi." -D
Pagi pagi sekali aku sudah pulang ke rumah untuk bersiap pergi ke sekolah. Bukan nya kejam untuk meninggalkan Putri yang masih terbaring di sana. Tapi aku yakin Putri mengerti apa alasanku meninggalkannya.
Semalam mama sudah mengabarkan orang tua Putri jika putri dalam keadaan koma. Dan siang ini orang tua putri akan sampai di Bandung dari New York.
"Ma plis deh, hari ini aja aku bolos lagi." Mendengar itu mama melototiku.
"Jangan kayak anak kecil deh, kamu hari ini Ujian. Mama yang bakal jaga Putri al." Tetap saja aku tidak tenang jika tidak di samping Putri.
Dengan terpaksa aku tetap pergi ke sekolah. Sudah tau lah teman temanku akan nemberiku sejuta pertanyaan yang konyol.
"Hey...bos alpha dateng nih. Yang kemarin ngilang dan di hubungi gak di bales - bales." Ucap rayhan ketika aku baru sampai di depan kelas.
"Apaan sih lo." Aku melirik sekilas Rayhan dan kemudian masuk kedalam kelas.
Aku melirik kursi yang ada di sebelahku. Sebentar, sejak kapan Fian pakai tas berwarna pink? Aku menatap fian yang baru saja masuk kelas.
"Apa?" Sepertinya ia tersadar aku menatapnya.
"Sejak kapan lo pakai tas pink? Setau gue lo gak pernah ganti tas selama gue kenal elo." Aku menggaruk pelipis ku yang tidak gatal.
"Lo lagi mabuk ya? Wah semalem ngabisin berapa botol ha?" Aku menautkan alisku tidak mengerti maksud Fian.
"Itu tas Divandra, kan kalian udah di takdirkan untuk selalu bersama." Ucap rehan dengan tampang tak berdosa.
'Cuih...'
aku membelalakkan mataku.
"Eeehhhh... mata lo mau copot tu!!" Rehan lagi lagi dengan polos bernada panik melihat ekspresiku, dan kemudian derai tawa anak sekelas terdengar.
Segera aku menjitaknya, dasar mimpi apa aku punya sahabat se-o'on rehan.
"Lo pindah lagi sama gue." Aku menatap fian yang tak henti hentinya tertawa.
"Gak bisa dong, yayang fian udah sama neng rehan." Ucap rehan sudah seperti banci kaleng level tertinggi.
"Najis!" Lagi lagi rehan mendapat jitakan, sekarang dari Fian.
"Gak bisa, gue sama rehan sudah mengatur strategi bekerjasama saat ujian. Kalau gue duduk sama lo, gue gak dapet jawaban. Lo kan pelit bingits." Oh tuhan sadarkanlah teman temanku ini.
Dengan terpaksa aku mengalah dan tetap duduk sebangku dengan Divandra. Dan hari ini untungnya pelajaran berlangsung hanya setengah hari.
Terdengar suara langkah kaki dan derai tawa yang mengisi kesunyian kelas.
"Eh div, alpha udah dateng tuh." Terdengar suara perempuan yang menyebut namaku tetapi aku tetap terfokus dengan buku pelajaran yang akan di ujikan hari ini.
Terdengar langkah kaki mendekatiku, aku tidak menoleh dan tidak ada niat untuk melihat siapa yang melangkah ke arahku, karna aku tau siapa dia.
"Pagi al..." sapanya, dan aku hanya diam dan tetap mencoba fokus pada buku.
"Hm... kamu belajar? Sejak kapan? Perasaan dulu kamu gak pernah seniat ini tentang pelajaran." Aku menyerah, sulit fokus belajar jika divandra tetap mengganggu ku.
"Bisa diem?" Aku tetap tak menatap wajahnya.
"Kamu belum jawab alpha." Ia memegang tanganku dan spontan aku menatapnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME AND YOU
Teen Fiction*** Aku putri, sekarang aku kelas XI. Hidupku berjalan dengan baik sebelum adanya kesepakatan di antara orang tuaku dan orang tuanya. Orang tua Alpha, kakak kelas yang most wanted di sekolah baruku. Ya orang tuaku menjodohkanku dengannya, dengan al...