"HARGAI SELAGI ADA"-DP
"kenapa pa? Kenapa harus di cabut?" dengkulku melemah, entah apa yang ada di pikiran papa Putri hingga ia merelakan anaknya.
"Al... apa kamu tidak meras kasihan dengan putri? Dengan terus menerusan seperti ini dia akan tersiksa al. Papa juga sebenarnya tidak tega, tapi lebih tidak tega lagi ketika papa melihat Putri dengan alat alat tersebut." Aku diam cukup terpukul mendengan penjelasan papa.
Ada benarnya perkataan papa, tapi di sisi lain aku sangat tidak ingin kehilangan Putri disaat aku mulai mencintai dia. " Alpha yakin kalau Putri bakalan sadar dalam waktu 1 bulan ini pa." Aku berusaha meyakini papa Putri.
"kita ber doa saja." Papa putri kembali masuk ke dalam ruangan inap dan aku hanya terdiam duduk di kursi koridor rumah sakit. Yang aku lakukan di kursi hanya melamun mengingat semua masa ketika aku bersama Putri.
Dari yang awal aku sangat menolak perjodohan ini hingga akhirnya aku yang sekarang tidak mau kehilangan Putri.
" Kenapa gak masuk al?" aku mendongak untuk melihat perempuan yang sedang berdiri di depanku sekarang.
" eh enggak kak, gue balik dulu deh ya, titip Putri." Aku beranjak untuk pergi dan terlebih dahulu pamit kepada Thalita, kakanya Putri.
Aku menyetir sepeda tidak fokus, masih teringat perkataan papa Putri tadi sore. Apa aku akan siap jika Putri benar – benar pergi? Apa aku bisa mengurus Kayla sendiri?
Dan akhirnya aku sampai juga di depan gerbang rumah yang cukup besar.
" Eh den Alpha...." ucap satpam rumah tersebut sambil membuka gerbang. Aku langsung melajukan kembali ninja merahku untuk masuk ke dalam pekarangan rumah milik Rehan. Aku langsung masuk ke dalam rumah rehan yang pintunya tidak di kunci.
Orang tua Rehan pun sedang berada di luar negeri, jadi rumah megah ini begitu sepi. Aku berjalan menuju kamar Rehan yang berada di lantai 2. Tanpa mengetuk, tanpa basa basi aku langsung membuka pintu kamar Rehan.
"Astaga naga!!! Setan keluar lo!!! Jangan gangguin gue lo setan!!!" Rehan melempariku dengan bantal.
"Gila lo!!! Gue Alpha...kebanyakan ngaca sih lo, udah gue bilang wajah lo horror jangan ngaca mulu." Aku membanting tubuhku di atas kasur Rehan.
"Tumben lo ke rumah gue? Masih pake seragam lagi. Dari mana lo?" rehan kembali fokus bermaiin PS miliknya.
"Gue ngantuk. Gak usah banyak ngoceh deh. Gue nginep rumah lo." Hampir saja aku memejamkan mata, handphoneku berbunyi.
"Ada apa pa?"
"Putri Kritis."suaranya terdengar sangat kecil. Tanpa banyak tanya aku langsung mematikan telphone dan bergegas pergi ke rumah sakit walau pun aku sudah sangat lelah.
"mau kemana lo? katanya mau nginep?" teriak Rehan yang tak ku hiraukan.
Diperjalanan aku menyetir melewati batas normal kecepatan. Yang aku ingin segera bertemu Putri, dan melihat kondisi putri. Aku sungguh tidak siap untuk kehilangan Putri. Aku sudah tidak menghiraukan betapa dinginnya angim malam, tujuanku hanya satu sampai di rumah sakit dengan cepat.
Aku benar benar gila dibuatnya. Aku memarkir sepedaku di sembarang tempat dan segera lari menuju kamar Putri di rawat. Betapa kagetnya aku ketika sampai di depan kamar Putri. Semuas alat medis yang ada di tubuhnya di cabut oleh para suster. Dan disana sudah ada orang tua ku dan putri yang menangis berdiri di depan ranjang Putri.
Aku membuka pintu nya perlahan. Semua pandangan langsung menoleh ke arahku.
"Kenapa di cabut?" tanyaku dengan lemah.
![](https://img.wattpad.com/cover/56725039-288-k593127.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ME AND YOU
Teen Fiction*** Aku putri, sekarang aku kelas XI. Hidupku berjalan dengan baik sebelum adanya kesepakatan di antara orang tuaku dan orang tuanya. Orang tua Alpha, kakak kelas yang most wanted di sekolah baruku. Ya orang tuaku menjodohkanku dengannya, dengan al...