"Bunda, Kia berangkat dulu ya!" kata gadis dengan pakaian khas anak MOS.
Kiara Ifania. Gadis yang lebih akrab dipanggil Kia ini memiliki paras cantik dan imut. Ia juga pintar dalam semua bidang pelajaran, maka tak heran jika banyak lelaki yang menyukainya. Tetapi gadis ini sangatlah polos dan penakut, dia tidak berani bergaul dengan sebarang orang, karena trauma masa lalu.
Kiara berjalan pelan menuju mobil yang sudah berisi seorang supir. Hari ini adalah hari pertama di sekolah barunya. Gadis yang baru menginjak kelas dua SMA itu, masuk ke mobil dengan wajah cemberut. Pasalnya Kiara juga harus mengikuti MOS yang ia yakinkan sangat membosankan. Belum lagi dia juga harus memakai seragam yang aneh, seperti rambut dijalin berantakan dengan karet berwarna-warni juga kaos kaki yang berbeda warna.
Beberapa menit kemudian, gadis ini telah sampai disalah satu sekolah ternama di Jakarta, SMA Tunas Bangsa. Dengan sekuat tenaga, ia berlari menuju halaman sekolah yang sudah dipenuhi para siswa-siswi baru. Kiara pun berbaris di salah satu barisan.
"Selamat pagi adik-adik!" sapa salah satu OSIS perempuan dengan ramah.
"Pagi!" sapa para siswa-siswi.
"Kakak di sini selaku sebagai ketua OSIS. Kenalin nama kakak Brina," kata Brina dengan senyum manis dibibirnya.
"Hai Kak Brina!" goda beberapa siswa, yang hanya ditanggapi dengan senyum tipis oleh Brina.
"Sekarang yang kelas dua dan kelas tiga yang ikut MOS, harap baris ke kanan sedangkan anak kelas satu harap baris ke kiri," pinta Brina, mereka pun melaksanakan apa yang disuruh oleh Brina.
"Sudah?" tanya Brina.
"Sudah!" jawab semuanya serempak.
"Jika sudah, sekarang kalian harus mengumpulkan tanda tangan para OSIS, karena jumlah OSIS empat puluh dan kalian tidak akan mungkin mendapatkan keempat puluh tanda tangan para OSIS, kami memberi keringanan untuk meminta minimal lima belas tanda tangan OSIS, jika ada yang tidak mendapatkan tanda tangan OSIS, kalian harus siap-siap menerima hukaman. Paham?" tanya Brina.
"Paham," jawab mereka serempak.
"Jadi tunggu apalagi?" tanya Brina membuat para siswa-siswi bubar.
Kiara pun ikut berlari ke sana kemari untuk mendapatkan tanda tangan para OSIS, karena tidak ingin dihukum. Ia berjalan mondar-mandir mencari OSIS yang pastinya sedang bersembunyi.
Beberapa menit kemudian, Kiara melihat seorang gadis dengan jaket OSIS, segera ia berlari menuju OSIS tersebut.
"Kak, boleh minta tanda tangan gak?" tanya Kiara sambil menyerahkan buku dan pulpen yang sudah sudah terbuka.
"Siapa lo minta-minta tanda tangan gue?" tanya OSIS itu dengan angkuh membuat Kiara menunduk.
"Mmm ..., kalau lo mau minta tanda tangan gue, lo harus nyanyi lagu 'Balonku' pakai mic," kata OSIS tersebut yang tak lain adalah Mita sambil menunjuk mic yang ada di dekatnya. Mau tak mau Kiara pun mengikuti perinta OSIS tersebut.
"Balonku ada lima, rupa-rupa warnanya, merah, kuning, kelabu, hijau muda dan biru. Meletus balon hijau, darr! Hatiku sang--," saat Kiara menyanyi, tiba-tiba Mita memotong lagu Kiara.
"Udah, udah, nggak usah dilanjutin! Suara lo jelek," ejek Mita padahal suara Kiara sangatlah merdu.
"Nih, gue udah tanda tanganin, udah pergi sana!" usir Mita sambil melempar buku tersebut, dengan sigap Kiara menangkap bukunya.
Kiara lalu pergi dengan sedikit berlari, tiba-tiba dia menabrak seseorang.
"Eh, lo kalau jalan liat-liat dong!" bentak seorang lelaki membuat Kiara lagi-lagi menunduk.
"Maaf kak, saya nggak sengaja," ujar Kiara gugup.
"Lo anak MOS kan?" tanya lelaki itu.
"Iya, Kak," jawab Kiara masih gugup.
"Gue bakal ngasi lo tanda tangan, tapi ada syaratnya," kata lelaki itu.
"Apa?" tanya Kiara sambil mendongak.
"Beliin gue dua botol teh, terus bawa ke halaman, gue duduk di bangku sana," kata lelaki itu sambil menunjuk bangku yang berada di pinggir halaman.
"Iya, kak," Kiara pun pergi menuju kantin dan membeli dua botol teh, membuat uang jajannya habis.
Setelah membeli dua botol teh, Kiara langsung berjalan menuju bangku yang dibilang oleh Kakak OSIS tadi. Ia pun menghampiri Kak Senior yang sedang tertawa bersama temannya.
"Ini Kak," kata Kiara sambil memberikan minuman tersebut kepada lelaki itu.
Lelaki itu menerima dua botol minuman tersebut, lalu meminum sedikit teh dari kedua botol teh tersebut dan sisanya dibuang ke tanah.
"Kok tehnya dibuang sih Kak?" tanya Kiara tak terima.
"Kenapa? Ada masalah?" tanya lelaki tersebut.
Karrel Antonio. Lelaki yang lebih akrab dipanggil Karrel itu adalah salah satu siswa populer di SMA Tunas Bangsa, tetapi bukan karena dia anak yang pintar, justru dia terkenal karena sering membuat onar. Selain pembuat onar, dia juga sangat tampan dan kaya, jadi tidak salah banyak yang mengincarnya untuk dijadikan pacar.
"Nggak Kak," jawab Kiara gugup.
"Ya udah mana buku lo? Sini gue tanda tanganin," tanya Karrel.
"Ini kak," Kiara menyerahkan bukunya dan juga pulpen miliknya.
"Rel, jangan galak-galak napa sama cewek imut kayak dia?" gombal seorang cowok yang tak lain adalah Martin, lelaki dengan seribu satu gombalan yang membuat cewek kelepek-kelepek.
"Ah, banyak omong lo," kata Karrel sambil menanda tangani buku milik Kiara.
"Modus ya bang?" sindir Rokky.
"Diem lo nyet!" kata Martin.
"Dek, nggak usah didengerin ya! Biasa orang sedeng," kata Gani.
"Ah, kayak lo warah aja," balas Rokky.
"Kak, saya permisi dulu!" kata Kiara lalu pergi meninggalkan gerombolan tersebut.
Didalam hatinya, Kiara sedang menyumpah serapahi lelaki itu, gara-gara dia, Kiara harus menahan lapar, karena uang jajannya sudah habis, mana dia belum sarapan paginya.
"Karrel," gumam Kiara pelan sambil membaca buku yang sudah berisi dua tanda tangan OSIS tersebut.
"Dasar, cowok nyebelin!" kata Kiara.
"Siapa yang nyebelin?"
▣▣▣▣▣
Hai, aku datang membawa cerita baru, semoga suka ya! Jangan lupa vomment!
07-04-2016

KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Teen FictionCERITA TELAH DITERBITKAN Kiara Ifania : 1. Cantik ✔ 2. Pinter ✔ 3. Polos ✔ 4. Imut ✔ 5. Rokok ✘ Karrel Antonio : 1. Ganteng ✔ 2. Pinter ✘ 3. Nakal ✔ 4. Brandal ✔ 5. Rokok ✔ Bagaimana jadinya jika dua orang yang berbeda sifat disatukan oleh takdir? S...