⇦TUJUH BELAS⇨

198K 11.8K 162
                                    

Bahagia bagi Karrel itu sederhana, saat sedang tak ingin belajar dan ada pengumuman bahwa guru yang harus mengajar hari ini tidak datang ditambah beliau tidak memberikan tugas. Hari ini tangan lelaki itu sudah tidak digips lagi, membuat lelaki itu bisa melakukan aktivitasnya seperti biasa.

Seketika kelas berubah menjadi pasar, suara gaduh dimana-mana, membuat orang seperti Kiara -orang yang senang kedamaian- mendengus pasrah.

Tiba-tiba saja Karrel berteriak, "eh, gue mau ngerokok nih di belakang, jadi cewek-cewek pindah ke bangku depan aja!" perintah Karrel lalu duduk lesehan sambil menyederkan punggungnya di tembok, diikuti beberapa lelaki yang lain.

"Ki, pindah ke bangku depan yuk!" ajak Nessa.

"Nggak gue mau di sini," tolak Kiara. Ia pikir kalau dirinya berada di sini, Karrel akan membatalkan acara merokoknya itu.

Karrel mengeluarkan dua bungkus rokok dan melempar satu bungkus ke temannya yang berada di sampingnya.

"Rok, lo enggak ikut bareng kita? Bukannya lo paling suka kalau diajakin ngerokok?" tanya Zen bingung saat melihat Rokky sedang duduk di bangkunya sambil membaca buku.

"Iya, Rok, dari seminggu yang lalu gue lihat lo alim banget," tambah Karrel.

Saat Karrel ingin menghidupkan rokoknya, lelaki itu melihat Kiara sedang duduk di bangku belakang. Karrel pun menyuruh teman-tamannya tidak menghidupkan rokok dulu.

"Kia, lo pindah ke depan gih, gue mau ngerokok," kata Karrel, tetapi tak dihiraukan oleh gadis itu.

Sudah menjadi kebiasaan Karrel saat merokok di kelas untuk menyuruh orang yang tak merokok -khususnya cewek- menjauhi tempatnya merokok.

"Ki, lo denger gue nggak?" tanya Karrel kesal.

"Hmm,"gumam Kiara sambil membuka novel yang ia beli seminggu yang lalu.

Karrel yang kesal pun menggendong Kiara seperti mengangkat beras. Perbuatan Karrel mengundang tatapan iri beberapa kaum hawa dan siulan dari teman-temannya. Karrel pun memurunkan Kiara di sebelah Nessa.

"Lo itu apa-apaan sih, Rel?" bentak Kiara.

"Salah sendiri nggak mau pergi," kata Karrel santai sambil memasukkan tangannya ke kantong celananya, lalu membalikkan badannya kembali ke tempatnya tadi.

"Gimana rasanya?" tanya Nessa yang sedari tadi melihat adegan yang menurutnya sangat romantis.

"Rasa apa?" tanya Kiara sambil duduk di sebelah Nessa.

"Rasanya digendong cowok ganteng," goda Nessa sambil mengerlingkan matanya jahil.

"Mending lo diem, gue mau mencari kedamaian," kata Kiara sambil kembali membuka novelnya. Rasanya dirinya stres sejak seminggu yang lalu tidak ada caranya yang berhasil menghentikan lelaki itu untuk merokok.

Baru saja Kiara membaca satu kalimat, kelas langsung ribut seperti sedang ada kebakaran. Kiara lagi-lagi mendengus, kalau begini caranya, tidak akan mungkin dirinya bisa tenang.

Gadis itu memutuskan untuk bangkit dari tempat duduknya, "Nes, gue mau ke perpus dulu ya, nanti kalau udah jam pelajaran selanjutnya, line gue!" pinta Kiara, lalu pergi begitu saja tanpa mendengarkan ucapan Nessa.

Kiara berjalan menelusuri koridor dan akhirnya sampai di depan perpustakaan. Gadis itu pun melangkah masuk ke dalam perpustakaan. Keadaan sangat sunyi, bahkan penjaga perpustakaan sampai-sampai ketiduran karena suasana yang sangat tenang itu.

Kiara berjalan pelan menuju meja panjang dengan kursi di sisi meja tersebut. Di sana ada seorang lelaki tengah mengerjakan tugas. Seketika wajah Kiara ceria saat melihat lelaki yang tak lain adalah Dimas.

Different Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang