Hancur. Satu kata yang bisa mendeskripsikan kamar Kiara. Di kasur gadis itu tergeletak banyak baju. Pintu lemari terbuka lebar menampakkan isi di dalamnya.
Gadis itu mendengus frustrasi. Sedari tadi ia mencari baju yang pas untuk dipakai pergi dengan Dimas. Padahal dia bukan gadis yang suka memilih-milih baju saat keluar.
Setelah lama berfikir, akhirnya Kiara memutuskan memakai dress selutut berwarna pink. Kiara pun segera masuk ke dalam kamar mandi.
Beberapa menit kemudian, ia telah siap dengan baju yang dipilihnya tadi. Kiara pun segera memakai bedak dan pelembab bibir. Dan mengambil high heels berwarna pink yang belum pernah ia pakai.
Hari ini ia ingin telihat beda dari sebelumnya. Entah mengapa ia ingin terlihat cantik di depan Dimas. Bahkan Kiara sampai rela memakai barang yang sama sekali tidak ia sukai.
Kiara melihat jam di tangannya. Jam menunjukkan pukul setengah delapan, berarti ia sudah telat setengah jam. Gadis itu pun cepat-cepat keluar kamar, ia pastikan sekarang ini Dimas sudah menunggunya di ruang tamu.
Kiara menuruni satu demi satu anak tangga dengan terburu-buru membuatnya hampir terjatuh. Untung saja ada Dimas yang sigap menangkap gadis itu. Kalau tidak Kiara pasti sudah benjol sekarang.
Jantung Kiara seketika berdetak tak karuan, begitu pula dengan lelaki di hadapannya. Lelaki itu memperhatikan wajah Kiara dengan seksama. Wajah itu memancarkan kedamaian membuat Dimas merasa senang berada di dekat gadis itu.
Gadis itu telah berhasil menggantikan posisi orang lain di hatinya. Posisi yang selama ini tidak bisa direbut oleh siapapun, kini mulai direbut oleh Kiara. Gadis dengan ekspresi lucunya yang membuat Dimas terpikat.
"Makasi," kata Kiara pada akhirnya setelah bisa memulihkan jantungnya yang sedang disko.
"Kalau jalan hati-hati ya," nasehat Dimas sambil membantu Kiara berdiri.
"Iya."
"Kita berangkat sekarang?" tanya Dimas yang dijawab anggukan pelan oleh gadis itu. Dimas pun segera merangkul bahu Kiara dan mengajaknya masuk ke dalam mobil.
"Kita mau kemana?" tanya Kiara.
"Makan," jawab Dimas tanpa menatap Kiara, pandangannya masih fokus pada jalanan.
"Makan dimana?" tanya Kiara.
"Ada pokoknya," jawab Dimas.
Setelah itu suasana kembali hening. Tidak ada yang membuka percakapan, hingga akhirnya mobil Dimas berhenti di sebuah pantai.
"Kak, kok kita ke pantai?" tanya Kiara kaget.
"Emang ada yang salah?" Dimas balik bertanya.
"Nggak juga sih, tapi kenapa ngajak ke sini?" tanya Kiara.
"Ikut aja, nggak bakal gue mutilasi kok di sini," canda Dimas.
"Ya udah, ayo turun!" ajak Kiara.
"Ayo." Kiara dan Dimas turun dari mobil dan berjalan menuju sebuah rumah makan di dekat pantai.
"Wow! Ini indah banget, kak," kata Kiara takjub, matanya tak henti-henti memandang langit biru.
"Lo mau mesen apa, Ki?" tanya Dimas.
"Samain kayak kakak aja," kata Kiara.
Dimas pun memesan makanan dan minuman. Beberapa menit kemudian pesanan mereka datang, mereka pun segera melahap hidangan tersebut.
"Kok enggak dihabisin?" tanya Dimas saat melihat steak Kiara yang masih setengah.
"Udah kenyang," jawab Kiara. Padahal ia sangat lapar, tetapi dia tidak ingin terlihat rakus di depan lelaki yang ia sukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Teen FictionCERITA TELAH DITERBITKAN Kiara Ifania : 1. Cantik ✔ 2. Pinter ✔ 3. Polos ✔ 4. Imut ✔ 5. Rokok ✘ Karrel Antonio : 1. Ganteng ✔ 2. Pinter ✘ 3. Nakal ✔ 4. Brandal ✔ 5. Rokok ✔ Bagaimana jadinya jika dua orang yang berbeda sifat disatukan oleh takdir? S...
