Kiara mendengus kesal. Pasalnya ia sekarang harus membersihkan perpustakaan yang sangat berdebu. Ini semua gara-gara lelaki iblis itu, coba saja kalau Karrel tidak menarik gadis itu secara paksa, pasti Bu Ratna tidak akan menghukumnya seperti ini. Tetapi bukannya merasa bersalah sama sekali, lelaki itu malah tidur di kursi yang ia bawa ke dekat Kiara.
Dasar lelaki iblis tukang tidur! Umpat gadis itu di dalam hatinya.
"Dasar iblis kejam!" umpat Kiara, ia tidak tahu bahwa lelaki itu hanya menutup matanya saja.
"Siapa yang kejam?" tanya Karrel, matanya secara tiba-tiba terbuka membuat gadis itu sangat kaget.
"Ee ... Bu Ratna," jawab Kiara asal, ia tidak mau iblis itu mengamuk dan menariknya lagi.
"Oh," kata Karrel acuh, lelaki itu kembali menutup matanya.
Kalau saja dia adalah ibu tiri dan Karrel adalah Cinderellanya, ia yakin bahwa ia akan mencakar muka lelaki itu habis-habisan. Tetapi dia bukanlah ibu tiri, dia hanyalah seorang gadis polos yang disiksa oleh lelaki iblis yang sangat kejam. Jadi dia harus pasrah dan menerima saja supaya nyawanya selamat.
Kiara kembali merapikan buku-buku sesuai rak dan membersihkan debu dengan sapu bulu. Lebih baik ia menyelesaikan hukuman ini secepat-cepatnya agar cepat pulang, daripada memikirkan hal yang tidak akan mungkin terjadi.
▣▣▣▣▣
Dengan keringat bercucuran Kiara masuk kelas yang sudah kosong, karena sedari tadi sudah bel pulang sekolah. Saat ia sudah masuk kelas, ia melihat seorang lelaki sedang memainkan ponselnya. Siapa lagi kalau bukan Karrel?
Lelaki itu tadi pergi begitu saja tanpa membantu Kiara sedikit pun, padahal mereka dihukum bersama-sama. Kiara jalan sambil menghentak-hentakkan kaki sambil memasang wajah kesal. Ia harap lelaki itu peka bahwa dirinya sangat-sangat kesal pada lelaki itu.
Karrel yang mendengar hentakan kaki pun menoleh, "udah selesai?" tanya Karrel dengan muka polos yang membuat Kiara ingin mencekiknya saat ini juga.
"Menurut lo?" tanya Kiara jutek.
"Dih, jutek amat," kata Karrel yang tidak dihiraukan oleh Kiara. Energinya sudah terkuras habis, dibayangannya cuma ada kasur yang empuk ditambah AC yang dingin.
"Gue tunggu lo di parkiran," kata Karrel lalu pergi begitu saja.
Ngapain tu iblis nunggu gue di parkiran? Ah, bodo amat deh sama tu iblis, yang paling penting sekarang itu gue harus cepat-cepat sampai di rumah terus tidur deh, batin Kiara.
Kiara menggendong tas ranselnya, lalu berjalan menuju gerbang sekolah, rencananya gadis ini akan pulang naik taksi.
Kiara celingak-celinguk mencari taksi yang lewat, tetapi sebuah tangan menariknya hingga masuk ke dalam mobil.
"Lo hobi banget sih, naik-narik orang," omel Kiara.
"Dan lo hobi banget ngoceh," kata Karrel.
"Ngapain lo naik-narik gue?" tanya Kiara jutek, gadis ini masih kesal dengan lelaki di sampingnya itu.
"Lo emang lupa kalau sekarang kita latihan nyanyi buat ngisi acara ultah sekolah?" tanya Karrel sambil menyetir mobil.
Kiara merutuki nasib sialnya ini. Kenapa ia harus mengikuti semua yang disuruh lelaki iblis ini? Oh, ini karena perjanjian sialan yang membuat dia rugi. Huh! Sangat menyebalkan! Rasanya ia mau mati saja sekarang juga.
Kiara menengok ke samping, "lama amat sih nyetirnya," kata Kiara sewot.
"Oh jadi lo mau gue ngebut? Jangan salahin gue kalau lo kenapa-napa," kata Karrel sambil tersenyum miring.
Karrel melajukan mobilnya sangat cepat, membuat berkali-kali terdengar bunyi klakson dan umpatan pengguna jalan yang lainnya.
"Rel, lo gila ya?" teriak Kiara.
"Lo yang mulai duluan," kata Karrel.
Beberapa menit kemudian, mobil itu telah terparkir di garasi sebuah rumah. Kiara pun turun bersama Karrel. Kepala gadis itu jadi pusing gara-gara ulah Karrel tadi.
"Gue enggak bakal mau naik mobil yang lo setir," kata Kiara sambil memegangi kepalanya.
"Siapa suruh ngomong asal ceplos aja," kata Karrel tak merasa bersalah sedikit pun, "udah cepet masuk! Yang lain udah pada nungguin," kata Karrel, lalu masuk ke rumahnya, meninggalkan Kiara yang sedang menyumpah serapahi lelaki itu.
"Tungguin gue!" teriak Kiara, lalu berlari menyusul Karrel yang sudah masuk ke dalam rumahnya.
"Lelet amat sih, lo," kata Karrel.
"Biarin," kata Kiara setelah bisa mensejajarkan langkahnya dengan lelaki itu.
Karrel berhenti di ruang tamu membuat Kiara ikur berhenti.
"Hai guys!" sapa Karrel pada teman-temannya yang sedang menonton televisi. Karrel berjalan menuju sofa dan duduk di sebelah Martin.
"Kok ada dedek imut?" tanya Martin.
"Sini duduk sama abang," kata Gani.
"Jijik banget lo, Gan," kata Rokky sambil menoyor kepala Gani.
"Kok ada kalian?" tanya Kiara bingung.
"Iya, Rel, kok kita diundang ke sini sih?" tanya Gani.
"Jadi gue udah dapet vokalisnya," kata Karrel.
"Kiara?" tebak Rokky.
"Iya," jawab Karrel.
"Maksudnya?" tanya Kiara.
"Tunggu sebentar ya! Gue mau ngomong sama Kiara," kata Karrel sambil bangkit dari sofa, lalu menarik tangan Kiara menjauh dari ruang tamu.
"Apa?" tanya Kiara.
"Jadi gini, gue mau ngisi acara untuk pensi nanti, dan menurut gue lo cocok jadi vokalisnya. Gue waktu itu denger suara lo pas nyanyi 'Balonku' dan menurut gue, suara lo bagus," kata Karrel membuat Kiara terkejut.
"Jadi ...?" tanya Kiara.
"Ya, lo harus mau masuk ke grup band gue," kata Karrel enteng.
"Kok lo gampang banget sih, ngomong kayak gitu? Mana lo udah daftarin nama gue lagi," kata Kiara kesal.
"Inget permintaan pertama gue," kata Karrel membuat Kiara mendengus frustasi. Sepertinya masalah akan mengelilingi hari-harinya.
▣▣▣▣▣
Sorry baru update, soalnya tugas banyak banget. Jangan lupa vote dan comment, dan commentnya jangan next atau lanjut terus, comment kritikan atau saran lebih diperlukan daripada comment next melulu.
01-05-2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Подростковая литератураCERITA TELAH DITERBITKAN Kiara Ifania : 1. Cantik ✔ 2. Pinter ✔ 3. Polos ✔ 4. Imut ✔ 5. Rokok ✘ Karrel Antonio : 1. Ganteng ✔ 2. Pinter ✘ 3. Nakal ✔ 4. Brandal ✔ 5. Rokok ✔ Bagaimana jadinya jika dua orang yang berbeda sifat disatukan oleh takdir? S...
