⇦TIGA PULUH TIGA⇨

177K 10.2K 886
                                        

cerita nya ada2 aja yaallah, gue kira bakalan langsung jadian si kia sm karrel gatau nya msh ada konflik lg-_- gregetann ah wkwk susah di tebak cerita nya. next thor gue gregetan pgn tau endingnya-_-

adelladewi144

▣▣▣▣▣

Hujan rintik-rintik membasahi wajah gadis itu. Menyamarkan air mata yang keluar dari matanya. Tangannya menyentuh kuburan di depannya. Berharap semua ini hanyalah mimpi. Tapi nyatanya, semua ini bukanlah mimpi yang bisa kita tinggalkan ketika kita bangun. Semua ini adalah kenyataan yang sangat pahit. Bahkan kita takkan bisa membuatnya manis kembali.

Semoga kakak tenang di sana. Kia sayang kakak, batin Kiara sebelum pergi dari pemakaman tersebut.

Kiara berjalan menyusul Desi dan Nessa di depannya. Ia berjalan pelan tanpa minat. Rasanya kakinya berat hanya untuk berjalan. Tak sengaja ia berpapasan dengan Karrel. Mata mereka bertatapan beberapa detik hingga akhirnya Kiara memutuskan untuk lanjut berjalan. Bukannya Kiara marah pada lelaki itu, tapi ia takut tak bisa menahan air matanya yang terus menerus mendesak keluar.

Mata lelaki itu seolah-olah mengatakan suatu hal yang tidak dimengerti Kiara. Kiara mempercepat jalannya karena hujan sudah semakin deras. Gadis itu pun menghampiri Desi dan Nessa

"Ayo," ajak Kiara. Mereka pun berjalan memasuki mobil.

Di lain tempat, seorang lelaki tengah menaburi bunga di atas kuburan seseorang, "Maafin gue ya, selama ini gue kira lo jahat, ternyata lo baik, tapi masih baikan gue," ujar Karrel sambil tertawa garing. Ia tahu Dimas mendengarnya walau Dimas tak bisa menjawab. Ingin sekali rasanya lelaki itu memeluk sahabat lamanya itu. Namun semuanya sudah telat dan ia hanya bisa menyesal.

"Maafin gue juga karena nggak bisa ngejaga Kiara, tapi gue bakalan jaga dia dari jauh. Gue nggak mau dia bernasib sama kayak Lanna. Gue nggak mau dia pergi dari hidup gue, karena gue bakalan hancur saat itu juga," ujar Karrel, "gue balik dulu ya, gue harap lo nggak marah sama gue," dan setelah itu Karrel berjalan meninggalkan tempat tersebut.

▣▣▣▣▣
Suara bel rumah, membuat gadis itu keluar kamar dengan ogah-ogahan. Kiara berjalan dengan baju kaos dan celana selutut. Sesampainya di depan pintu, Kiara membuka pintu tersebut dan melihat tukang pos sudah berdiri di depan.


"Selamat siang, ini ada surat, mohon diterima," katanya sambil memberikan secarik surat.

"Surat dari siapa?" tanya Kiara bingung.

"Maaf saya tidak tahu, permisi," kata orang itu lalu pergi. Kiara pun berbalik dan menutup pintu. Gadis itu pun membuka surat berwarna pink tersebut.

Gue tunggu lo di depan taman -Karrel Antonio-

Hanya satu kalimat saja membuat senyum Kiara kembali mengembang. Tanpa ragu, gadis itu langsung keluar dari rumahnya dan menyetop taksi. Saking senangnya ia sampai lupa kalau dia hanya membawa uang seratus ribu saja. Bahkan ia lupa membawa telpon.

Beberapa menit kemudian gadis itu telah sampai di taman. Segera ia turun dari taksi tersebut. Kiara berjalan pelan menuju kursi putih yang berada di dekat pohon. Gadis itu duduk di sana sambil menatap rerumputan. Senyumnya sama sekali tidak pudar dari bibirnya itu.

Tiba-tiba seseorang membekap mulutnya menggunakan saput tangan yang sudah diberi obat bius. Mata gadis itu pun perlahan-lahan mulai tertutup. Gadis itu pingsan.

"Dia sudah pingsan, bos," kata lelaki berbadan kekar tersebut.

"Ya sudah, bawa dia ke mobil!" perintah gadis itu.

Different Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang