Sekarang adalah pelajaran olahraga, pelajaran yang paling tidak disukai Kiara. Ia berjalan ke lapangan bersama Nessa, teman barunya.
Sesampainya di lapangan, sudah ada para laki-laki yang sedang bermain bola padahal guru olahraga belum datang dan mereka belum pemanasan.
Kiara dan Nessa duduk di pinggir lapangan bersama yang lain. Tiba-tiba terdengar suara peluit yang menandakan Pak Lukman -guru olahraga- telah datang dan semua murid harus berbaris rapi.
Semuanya pun berbaris dengan rapi kecuali para lelaki yang sedang bermain bola. Mereka adalah Karrel, Rokky, Doni, Zen, Fredy dan Deni.
"Selamat pagi anak-anak," sapa Pak Lukman. Guru yang satu ini adalah termasuk guru di urutan kedua setelah Bu Ratna -guru matematika- sebagai guru tergalak di SMA Tunas Bangsa.
"Pagi," jawab semuanya kompak dan semangat agar tidak dimarah oleh Pak Lukman.
"Mengapa murid lelakinya sedikit sekali?" tanya Pak Lukman keras membuat semuanya langsung menjawab.
"Mereka sedang bermain di sana," beberapa orang menunjuk gerombolan laki-laki yang sedang bermain bola dengan keringat yang menghiasi tubuh mereka.
Pak Lukman pun segera menuju tempat tersebut, "mengapa kalian sudah bermain? Apakah saya sudah mengizinkan kalian semua?" bentak Pak Lukman membuat para lelaki tersebut menunduk kecuali Karrel.
"Belum Pak," jawab Karrel membuat Pak Lukman marah.
"Berani ya anda menjawab," kata Pak Lukman sambil menunjuk Karrel di depan wajahnya.
"Gimana sih, Pak, waktu itu bapak bilang sendiri kan kalau bapak enggak suka dikacangin. Sekarang udah saya jawab malah marah. Bapak tu maunya apa?" tanya Karrel dengan beraninya.
"Kalian semua bapak hukum lari lima puluh kali keliling lapangan dan dijemur satu jam. Sedangkan anda Karrel, anda dapat tambahan hukuman yaitu puss up lima puluh kali," kata Pak Lukman.
Para gerombolan lelaki tadi pun melaksanakan hukuman mereka. Pak Lukman kembali ke muridnya dan memulai pelajaran olahraga.
▣▣▣▣▣
Dengan keringat bercucuran para gerombolan lelaki tadi memasuki ruang kelas. Untung saja sekarang sedang tidak ada guru, jika ada, mereka akan diomeli habis-habisan terutama Karrel.
"Hahaha ... dihukum," ejek Nessa yang ditujukan kepada Rokky.
"Diem lo karet unyil!" ejek Rokky.
"Gue enggak unyil!" teriak Nessa.
"Lo unyil!" kata Rokky sambil mengambil kotak pensil milik Nessa.
"Ngapain lo ngambil-ngambil kotak pensil gue? Balikin gak?" ancam Nessa.
"Kalau lo enggak unyil, coba buktiin," kata Rokky.
"Balikin!" kata Nessa sambil mendekati Rokky.
"Don, ambil," kata Rokky sambil melempar kotak pensil itu ke Doni dengan sigap Doni menangkapnya.
"Eh, gajah, balikin!" kata Nessa pada Doni.
"Enak aja ngatain gue gajah, Zen tangkep," kata Doni melempar ke Zen.
"Kasi ke gue," kata Karrel, Zen pun melempar ke arah Karrel dengan sigap Karrel menangkapnya.
"Karrel balikin!" teriak Nessa.
"Siapa suruh pendek? Fred tangkep!" pinta Karrel sambil melempar ke arah Fredy.
"Hah?! Tangkep apa?" Fredy yang belum siap pun menghindar dari lemparan kotak pensil itu agar dirinya selamat. Kotak pensil itu pun mengenai gadis yang sedang membaca novel, Kiara.
"Aww," ringis Kiara saat kotak pensil itu mengenai dahinya.
"Kia," Nessa pun dengan segera menghampiri Kiara.
"Nah loh Rell, tanggung jawab!" kata Rokky sambil menakut-nakuti Karrel.
"Lah kok gue? Kan elo yang mulai lempar-lemparan, gue kan cuma ngelempar," kata Karrel.
"Hiks, hiks, hiks," tangis Kiara pecah membuat Karrel mendekatinya.
"Maaf," kata Karrel sambil mengulurkan tangannya.
"Nah ayo anaknya nangis, bapaknya potong kumis, setiap hari kamis," para lelaki tadi meledeki Karrel.
"Udah sana!" usir Nessa.
"Apaan sih lo nyil? Udah lo diem aja, ini urusan gue," kata Karrel.
"Nes, anterin gue ke UKS," pinta Kiara.
"Sama gue aja," kata Karrel.
"Nggak usah," kata Nessa.
"Unyil, lo itu ngeselin banget sih, Rok, urusin nih pacar lo," kata Karrel.
"Idih gue, pacaran sama karet unyil? Ogah!" kata Rokky.
"Apalagi gue," kata Nessa.
"Udah cepetan pegangin ni anak," pinta Karrel, Rokky dan Zen pun memegangi tangan Nessa agar tidak bisa kemana-mana.
"Bye, karet unyil!" kata Karrel sambil melambai-lambaikan tangannya kepada Nessa.
"Ngapain sih lo? Gue kan mau dianter sama Nessa," kata Kiara marah membuat Karrel menunduk.
"Gue kan merasa bersalah karena udah buat cewek nangis," kata Karrel.
"Wow! Baru pertama kalinya gue ngelihat seorang Karrel nunduk, bahkan tadi waktu dimarahin sama Pak Lukman aja dia enggak nunduk," kata Rokky.
"Ini beda masalahnya Rok, gue udah janji sama diri gue sendiri gak bakal buat cewek nangis lagi," kata Karrel.
"Oh, jadi kalau gue nangis, lo bakal nunduk gitu?" tanya Doni.
"Enggak lah," jawab Karrel.
"Kenapa?" tanya Doni.
"Emang lo cewek?" tanya Karrel.
"Iya, Doni kan gajah betina," ejek Nessa.
"Diem lo unyil," kata Doni.
"Gue mau nganterin Kiara dulu," kata Karrel, "Ki, ayo!" ajak Karrel, mereka pun pergi ke UKS.
"Kia, udah dong jangan nangis lagi," kata Karrel sesampainya di UKS.
"Gue nangis gara-gara lo, sakit tau!" kata Kiara sambil memegangi dahinya yang benjol.
"Ya, maaf, " kata Karrel sambil menggaruk tengkuknya, "gue enggak bisa lihat cewek nangis, itu sama aja kayak gue lihat nyokap gue nangis, jadi stop nangisnya," kata Karrel.
"Tapi sakit tau," kata Kiara.
"Berhenti nangis atau gue mutilasi?" ancam Karrel membuat Kiara terdiam.
"Nah, gitu kan pinter, sekarang gue obatin dahi lo dan masalah selesai," kata Karrel.
▣▣▣▣▣
Sorry baru update, kuota lagi habis. Tapi jangan lupa vomment ya! Kalau votenya udah 200 dan comment nya udah 20, aku akan next, oke?
26-04-2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Ficção AdolescenteCERITA TELAH DITERBITKAN Kiara Ifania : 1. Cantik ✔ 2. Pinter ✔ 3. Polos ✔ 4. Imut ✔ 5. Rokok ✘ Karrel Antonio : 1. Ganteng ✔ 2. Pinter ✘ 3. Nakal ✔ 4. Brandal ✔ 5. Rokok ✔ Bagaimana jadinya jika dua orang yang berbeda sifat disatukan oleh takdir? S...
