⇦SEMBILAN BELAS⇨

191K 11.2K 158
                                        

Sekarang waktunya istirahat, murid-murid berhamburan keluar. Mereka buru-buru menyerbu kantin.

Karrel duduk di kantin bersama Martin, Gani dan Rokky. Mereka sedari tadi tengah menunggu pesanan mereka yang tak kunjung datang. Akhirnya datang dua orang lelaki yang terlihat culun membawakan makanan dan minuman yang mereka pesan.

"Lama amat," kata Karrel kesal.

"Ma ... maaf kak," kata lelaki itu sambil menunduk.

"Ya udah cepet sana! Kembaliannya ambil aja!" perintah Gani membuat dua lelaki itu pergi.

"Eh, tai kuda lo Gan, itu uang gue napa lo suruh mereka ambil?" tanya Rokky kesal.

"Hehe ... sorry mas bro, gue lupa. Maunya tadi gaya-gayaan biar kita dikira kaya," kata Gani sambil cengengesan.

"Kita? Yang kaya di sini itu cuma lo! Kayak monyet!" kata Rokky kesal.

"Maaf mas, maaf, gue enggak tau itu uang lo, kalau lo mau minta aja sama dia lagi, pasti dia langsung ngasih," usul Gani.

"Otak lo kejepit atau kenapa sih? Bisa turun harga diri gue minta uang kembalian ke adek kelas," kata Rokky kesal, ia menusuk bakso yang ia pesan tadi. Seketika wajahnya berubah merah.

"Kenapa lo?" tanya Karrel heran.

"Gue beli minum dulu," kata Martin lalu pergi.

"Eh, Martin anjing, lo ngasi berapa sendok sambel ini pedes gila!" umpat Rokky kesal, ia langsung meminum es tehnya hingga tetesan terakhir.

"Kenapa lo?" tanya Martin dengan wajah polosnya.

"Kenapa, kenapa, lo tuh enggak usah kebanyakan akting, gue abisin juga lo di sini," kata Rokky.

"Eh, tenang-tenang kalian berdua kalau mau bertengkar mending di lapangan aja," saran Gani.

"Lo lagi satu Gan, balikin uang gue," pinta Gani.

"Cuma uang seribu lima ratus aja sampe segitunya Rok," komentar Martin sambil duduk di sebelah Rokky.

"Eh, jangan salah, uang segitu tuh amat berarti," kata Rokky.

"Woi, ini Karrel kenapa diem kek sapi bloon?" tanya Gani sambil memperhatikan Karrel yang sedang melihat seseorang.

"Itu mah bukan diem, tapi ngeliatin sang pujaan hati," kata Rokky sambil membalikkan badan dan melihat ke arah mana mata Karrel. Rokky pun menemukan pemandangan Kiara sedang duduk bersama Nessa.

"Pantesan ada Kiara toh," kata Rokky setelah membalikkan badannya ke posisi semula.

"Itu juga ada pujaan hati lo Rok, nggak mau disamperin?" tanya Gani.

"Ah, udah nggak berani gue nampilin muka gue di depan dia lagi, malu Gan," kata Rokky.

Martin dan Gani pun tertawa karena mengingat cerita Karrel kemarin.

"Eh, gue punya ide cemerlang," kata Rokky. Lelaki itu dengan jahilnya menukar baksonya dengan bakso Karrel, "mumpung punya Karrel masih belum disentuh, daripada keburu dingin, mending gue aja yang makan," kata Rokky, lalu melahap bakso itu dengan rakus dan pergi meninggalkan kantin.

"Eh, Rel, bengong aja dari tadi. Kalau suka langsung tembak aja, jangan diliatin terus," kata Gani membuat Karrel berhenti melihat Kiara.

"Udah gue kasi kode, tapi nggak peka-peka, cewek itu susah peka," kata Karrel.

"Gimana mau peka, lo ngasi kodenya kayak gitu, lo ngasi kode apa ngasi hukuman, gue jadi kasihan liat Kiara menderita gitu tiap deket lo," kata Gani.

"Sialan," umpat Karrel lalu memakan baksonya. Seketika wajahnya memerah, dengan kalap Karrel meminum air milik Gani sampai habis, "siapa yang ngasi bakso gue sambel?" tanya Karrel.

"Tanyakan pada Rokky, gue sama Gani kagak ikutan," kata Martin.

"Sialan tu anak," umpat Karrel kesal.

"Eh, Rel, itu Dimas ngapain nyamperin Kiara?" tanya Gani pada Karrel, pandangan Karrel pun beralih ke arah Kiara. Di sana Kiara sedang berbicara dengan Dimas dan tertawa bersama. Hanya mereka berdua, entah kemana gadis yang tadi bersama Kiara.

"Yang sabar ya, Rel," kata Martin.
"Sialan lo," umpat Karrel lagi lalu pergi meninggalkan kantin.

▣▣▣▣▣
"Gimana, Ki? Lo terima nggak?" tanya Nessa pada Kiara.

Sekarang mereka sedang berada di perpustakaan untuk mencari buku yang disuruh Bu Ratna tadi.

"Terima apaan?" tanya Kiara bingung, ia masih fokus mencari buku di lemari kayu tersebut.

"Ajakan kencannya Kak Dimas," goda Nessa.

"Kencan apaan sih? Dia cuma mau ngajak gue makan malem biasa aja, ya gue terima," kata Kiara santai.

"Ih, lo itu bolot banget, dia itu ngajak lo kencan congek," kata Nessa gemas.

"Bolot-bolot dari hongkong? Lo kali yang bolot, Kak Dimas cuma ngajak gue makan malem biasa aja, nggak lebih," kata Kiara keras kepala.

"Dih, dibilanngin ngeyel, ya udah liat aja entar, paling pulang-pulang lo udah nggak jomblo," kata Nessa, "tapi kalau seandainya beneran Kak Dimas nembak lo, lo terima ya! Kak Dimas kan ganteng, pinter terus baik lagi, nggak kayak Karrel," kata Nessa.

"Apaan sih Nes? Lagian Karrel juga bukan siapa-siapa gue," kata Kiara.

"Abis akhir-akhir ini gue perhatiin dia itu ngeliatin lo terus dan dia juga sering berduaan sama lo," kata Nessa.

"Itu mah gue dipaksa," kata Kiara.

"Dipaksa? Buat berduaan? Itu mah kode kalau Karrel suka sama lo," kata Nessa.

"Lo itu ngaco banget, jelas-jelas dia itu kejam banget sama gue, tiap kali liat gue tenang, selalu aja ganggu," kata Kiara, "udah yuk, Nes, gue udah nemu bukunya," kata Kiara lalu menarik Nessa pergi dari perpustakaan ini.

▣▣▣▣▣
Sori pendek, jangan lupa vomment!

17-05-2016

Different Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang