3.......

374 8 0
                                    

Hilir mudik aku didepan rumah milik Gracilia Amilia Sarah, si pecinta Pucha. Aku hari minggu ini akan pergi dengannya ke Mall karena waktu sekolah, aku tuidak bilang bahwa aku mau dan baru aku mengiriminya message kalau hari minggu siang aku mau ke Mall dengannya asal siang.

disinilah aku sekarang, depan rumah Chucha menunggunya karena dia yang minta. Tumben banget dia minta aku nunggu diluar pagar.

“ Chucha mana sih… katanya mau jalan. Tapi ponselnya enggak aktif. Kenapa di abelum muncul…” aku merasa kesal dan sedikit marah karena sikap Chucha yang aneh hari ini.

     Karena Chucha tidak muncul juga, aku putuskan untuk pulang kerumah dan tidur di kamar.

*******

Bintang-bintang berkelap kelip dimana-mana diatasku, dan lebih tepatnya sekitar bulan sabit yang tampak seperti bekas luka. Malam itu aku segera tidur agar seok paginya aku bisa jooging dilapangan dekat rumah. Namun sebelum benar-benar tidur, aku meraih ponselku dan men-trun off kannya agar tidak ada seseorangpun termasuk Chucha yang dapat mengganggu.

Hari minggu selanjutnya….

        Esok harinya, aku mencuci muka, dan sikat gigi agar mulut ku tetap segar walu belum mandi. Lalu bersiap-siap untuk jogging dengan earphone terpasang ditelingaku dengan MP3 player di lengan kiriku.

Bukan… untuk sembarang hati, aku katakana ini..

sungguh aku cinta kamu..

bukan… untuk sembarang hati..

hingga nafas berhenti, aku rela berlelah untukmu….

aku mnimbang-nimbang bait lirik terakhir dari lagu SHE- bukan sembarang hati-nya itu.

Apa aku sanggup? Untuk kak Taqwa yang belum tentu membalas cintaku.

Karena terlalu terbawa suasana dan volume lagu yang aku pasang hingga full membuatku tidak sadar kalau aku sudah kembali kerumah.

    “ break sebentar… hah… terus mandi… hah… terus…” kataku dalam hati.

Tiba-tiba…

kring… kring…

suara telfon rumah berdering nyaring pagi itu. Tumben.

“ bibi… tolong diangkat telfonnya…” teriakku dari ruang makan saat selesai minum.

“ ya Non..” bibi pun muncul dengan berlari-lari kecil dan segera menganggkat telfon yang terus berdering.

    “ ya… Waalaikumsalam.” Jawab bibi.

“ ya…ya…ya…” jawab bibi yang aku dengar sambil mengangguk.

“ ya… waalaikumsalam.” Kata bibi sebelum akhirnya menutup terfonnya.

     Dari raut wajah ku, bibi sudah tau maksudku.

“ dari nyonya non. Katanya enggak usah nunggu dinner. Karena pulangnya baru bisa besok siang.”

        “ oh.. enggak apa-apa bi. Bibi enggak usah masak, atau masak untuk bibi saja karena aku kayaknya mau keluar sama Chucha dan yang lain siang ini bi. So, tolong jaga rumah yah.”

“ tapi.. non enggak lebih dari jam 9 malam kan?.”

“ iya. Kan bibi tidurnya jam 9.”

Bibi mengangguk senang.

“ well, aku mandi dulu yah.” Akupun bernjak dari hadapan bibi tercintaku yang masih berusia sekitar 29 tahun.

Aku heran dengan mama dan papa walau minggu, pekerjaan terus yang difikirkan. Heran deh…

LEMOT, IT'S METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang