4.......

292 5 0
                                    

Mendung sudah hari senin ini, padahal aku sudah berharap agar tidak hujan dan bisa upacara.

      “ yah… ujan,,,” keluhku saat beranjak menuju meja makan bersama yang lain.

“ emang kenapa kalau ujan Mi?.” Tanya Ardi, sang kakak tercinta.

      “ kan kaga bisa upacara kakak ku sayang.”

“ tumben amat. Biasanya anak-anak kaga suka upacara, napa malah kamu suka upacara?.”

      “ karena matahari pagi itu menyehatkan Aldi.” Kali ini aku melirik papa. “ pah, anterin aku ke sekolah yah… aku udah super duper lebih-lebih telat dari papa.” Pintaku pada papa yang tetap menyantap rotinya.

“ papa sudah telat sayang.” Kata papa yang aku tau papa bohong dari matanya.

       “ yah papa, padahal kan aku minta dianternya cuman kalau ujan aja. Kalau enggak ujan kan aku dianternya sama mas Uco.” Rengekku lagi.

  “ well, cepatlah ambil peralatanmu. Papa akan antar kamu ke sekolah.”

       “ arigatou otoosan..”

“ ya… dasar anak lemot.” Mama dan Aldo hanya tertwa kecil mendengar papa meledekku dengan kata lemot.

      “ Assalamualaikum mama.. Aldo, kuliahnya yang bener yah… biar bisa jadi guru prifatku kalau aku mau masuk kuliah nanti…” teriakku setelah bersalaman dengan mama.

 Setibaku disekolah, aku melihat Chucha dengan mengenakan payung berwarna putih bergambar Pucha kesukaannya. Aku mencoba meneriakinya namun sepertinya Chucha tidak mendengarku. Aku mencoba mendekatinya namun dia cuek bebek seperti dtidak melihat ku dan mengenalku.

       “ well, akan aku kirimkan dia message saja kalau begitu.” Kataku pada diri sendiri.

Setelah sampai di koridor sekolah aku mengirimi Chucha message.

Cha… what’s wrong with you today?lagi ada masalah yah… kalau kamu tidak keberatan, kamu bisa kok cerita ke aku kapanpun kamu mau. I’ll wait you till you come to me and tell me everything. J

dan kalau kamu mendiami aku karena aku pernah berbuat salah sama kamu, tolong dimaafin yah… Cha. Aku tau, aku hanya manusia biasa kayak kamu. So, forgive me please…

 Aku tidak sadar kalau aku sudah berada diambang pintu kelas, setelah aku menekan tombol send  akupun melanjutkan langkahku.

suasana dingin menyelimuti kelasku hari ini. Aku tidak tau apa penyebabnya. Rasanya mereka semua seperti marah padaku, tetapi tidak ada yang berani mengatakannya padaku seorangpun saat aku mendekati mereka dan bertanya   ada apa dengan kalian, kenapa tiba-tiba jadi diam seribu bahasa seperti sedang terjangkit sariawan massal.  Namun nihil yang aku dapat. Hingga pelajaran berlangsung, hanya guru-guru yang mau berbicara padaku dengan ramah dan seperti biasa.

     Aku merasa ada yang janggal dengan hari ini, bahkan kak Taqwa dan senior-senior yang lainnya tidak mendekatiku walau sekedar say hai.  Membuatku mengurungkan niat untuk makan dikantin hari itu dan mengurung diri dikelas sambil membaca pelajaran selanjutnya.

Aku ingat saat berpapasan dengan kak Taqwa saat hendak ke kantin bersama kak Romi, kak Lian, dan kak Giant.

#flashback…

      “ kak…!.” Kuraih tangan kak Taqwa yang hendak melesat begitu saja saat datang dan aku hendak kembali kekelas.

Aku merasa seperti es yang mencair melihat tatapan sinis kak Taqwa dan teman-temannya yang lain seperti mereka mengatakan ‘ lepaskan tanganmu dariku ‘ dan teman-temannya yang lain berkata ‘ biarkan kami pergi ‘

LEMOT, IT'S METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang