8.......

161 1 0
                                    

Seminggu sudah kakekku meninggal, dan mala mini adalah malam takziah tujuh hari meninggalnya kakek tercintaku, Abd. Rahim Amien.

Malam terasa panjang saat lantunan ayat-ayat Allah dikumandangkan oleh orang-orang yang datang dan kerabat-kerabat kakekku.

Malam itu, keluarga kak Taqwadatang karena aku baru tau kalau ternyata ibunya kak Taqwa adalah murid dari kakekku saat kuliah dulu. Chucha juga datang dengan kak Jacky. Varin, Harni, serta beberapa teman-teman sekelasku dan beberapa teman kak Taqwa. Aku tidak pernah terfikirkan kalau mereka semua akan datang untuk melayat dirumahku walau sudah malam.

              Chucha baru pertama kalinya aku lihat memakai gamis yang sangat cocok dengan tinggi badannya. Serta kerudung yang membungkus kepalanya berwarna hijau daun. Sedangkan gamisnya berwarna hijau muda bergaris-garis bagian bawah berwarna putih dengan bunga berwarna senada dengan kerudungnya. Sungguh cantik aku lihat Chucha saat ini yang sedang duduk disamping kak Jacky yang memakai baju koko hitam bersulamkan berwarna putih.

       Acara pengajian malam itu ditutup dengan acara makan, karena aku yakin mereka telah kehausan setelah mengaji cukup banyak.

      “ oh ya bu. Tadi saat pengajian berlangsung saya sempat merasakan hawa kedatangan bapak dan sedang duduk diantara kami tadi.” Kata seseorang Dosen teman kakekku saat hendak mengambil makan.

“ benarkah?. Saya juga sempat mencium aroma parfum yang biasa almarhum gunakan berada disekitar sini. Alhamdulllah, kalau beliau senang dengan adanya pengajian malam ini. “ kata nenekku sambil mencoba tegar, menahan air matanya turun lagi.

*******

“ thanks ya Cha, kak Taqwa, kak Jacky, om, dan tante mau datang ke acara pengajian untuk kakek saya malam ini. Saya cukup terhibur dengan kedatangan kalian semua.” Kataku saat mengantarkan mereka semua kedepan pintu pagar.

            “ sama-sama Chi. Justru kita turut berduka cita tau. Ditambah lagi aku kangen sama kamu di sekolahan selama kamu tidak ada disekolah seminggu yang lalu.”

“ turut berduka cita yah Mi…” ujar kak Jacky.

“ kami purang dulu Ismi.” Kata kak Taqwa sambil mengekor dibelakang kedua orang tuanya.

Semuanya sudah pada pulang, dan Ardi mendatangiku dan bertanya tentang kak Taqwa padaku.

       “ jadi itu yang namanya Taqwa?.” Tanya Ardi.

“ why?.” Tanyaku sinis, aku tau Ardi pasti akan menghina pacarku yang tidak tinggi itu.

    “ pendek orangnya. Apanya coba yang kamu suka dari dia?.”

    “ tuh kan, sudah aku duga. Pasti mau ngomong gitu. Ardi, jangan menilai buku dari covernya dong. Dia itu orangnya baik dan kaga playboy kayak cowok kebanyakan. Lagi pula aku enggak suka dia dari tinggi atau kegantengannya. Tetapi aku suka karena dia baik, perhatian, suka anak-anak, pinter. Kan enak punya pacar pinter, bisa bantuin kalau ado pe-er. Dari pada punya kakak, enggak pernah bantuin adiknya kerjain pe-er.” Sindirku lalu pergi begitu saja masuk kedalam rumah.

          “ kamu enggak pernah minta tolong sama aku. Ya aku enggak bantuinlah… gimana sih.”

*******

Keesokan harinya aku sudah masuk sekolah karena izinku hanya satu minggu. Begitu banyak teman-temanku yang mengucapkan kata duka saat aku baru masuk pintu gerbang hingga aku duduk di kelasku.

           “ gue turut berduka yah Mi…” kata Verli yang kini telah duduk beberapa meja disamping kananku.

“ thanks…”

     “ maaf, kemarin gue enggak bisa datang ke rumah loe.”

“ no problem… Santai aja Li.”

Tak perlu lama menunggu Chucha datang kesekolah, ketika aku mengeluarkan beberapa buku untuk disimpan dilaci meja, Chucha langsung berteriak mengucapkan morning everybody.. saat tiba di mulut pintu.

“ Michi.. are you oke today?.”

    “ yeah…  like you see now.” Jawabku ogah-ogahan.

“ don’t be sad honey.. but by the way… last night, itu pertama kalinya aku ketemu sama orang tuanya kak Taqwa loh Chi…” kata Chucha antusias.

   “ me too. Ibunya cantik banget. Dan sangat Indonesian face, begitupun bapaknya.” Ujarku dengan sedikit tertarik dengan topic Chucha.

    “ by the way…. Kamu ketemu kak Taqwa belum hari ini?.”

“ not yet. Maybe waktu isitirahat nanti. Kamu sendiri kenapa kelhatan seneng gitu?.”

    “ oh iya aku lupa bilang sama kamu kalau udah seminggu ini kak Jacky yang selalu jemput aku dirumah ke sekolah. Kadang pakai motornya kadang juga pakai mobilnya kalau hujan atau mendung.”

“ selamat deh yah… yang lagi kasmaran…” kataku sok cuek.

Beberapa menit setlahnya lonceng pelajaran pertama telah berbunyi, dan guru matematika telah duduk dengan santainya di kursi kebanggaan setiap guru didepan para murid disamping kanan papan tulis samping kiri jendela.

  Sebelum pelajaran dimulai, guru matematika mengucapkan belasungkayanya padaku lalu melanjutkan pelajarannya hingga lonceng kembali berdering.

Selama pelajaran berlangsung, aku tidak benar-benar memperhatikan penjelasan guru Matematika.

“ Cha, ntar atau nanti ajarin aku tentang bab yang ini yah… dan pemahasan-pembahasan selama aku tidak hadir. Oke?.” Kataku.

   “ beres madam.” Chucha mengacungkan jempolnya kearahku.

*******

Assalamualaikum readers setia… I’m back for you all… maaf kalau cuman segini yang aku tulis di bab ini. Gomen nasai minna desu. 

LEMOT, IT'S METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang