15.......

121 1 2
                                    

MELANI Pov.

Hari terakhir libur dari penerimaan mahasiswa baru sekaligus ramadhan pun ikut berakhir. Hari ini aku masih merasakan suasana lebaran yang tenang dan damai. Ramadhan ini aku melewatinya bersama Rardi my boyfriend. Kedua orang tuaku sudah mengenal Rardi, dan syukurnya kedua orang tuaku tidak melarang yang namanya pacaran karena menurut mereka itu masa-masa muda bagi anak muda sepertiku. Dan lebih menggembirakannya, Rardi akan mendatangkan keluarganya kerumah untuk meminang aku. Melani.

Entah apa yang aku impikan semalam sehingga Rardi kerasukan setan apa hari ini. Siang ini aku mendapatkan pesan darinya kalau mlam ini kedua orang tuanya akan datang untuk berbicara tentang hubunganku dengan mereka. Aku yang kaget dan entah harus berbuat apa, malah membuat kedua orang tuaku juga ikut panic.

“ Ni… jangan panic, ibu juga ikutan pani kan jadinya..” kata ibu yang kini berdiri didepanku.

“ bu, bagaimana Lani tidak panic coba? Rarga baru bilang hari ini kalau orang tuanya akan datang malam ini dan akan membicarakan hubungan kami bu.” Aku mengibas-ngibaskan tanganku karena masih panic. “ what must I do now?.”

“ sebaiknya kamu cari pakaian yang pantas untuk menyambut keluarga Rarga dan ibu akan menyiapkan makan malam yang special untuk keluarga Rardi.” Kata ibu tkini sudah tenang.

Sekali saja akau mengangguk lalu aku berlari ke kamarku yang ada di lantai dua di istana yang tidak terlalu besar namun tetap hangat karena cinta.

*******

Dengan terpaksa, aku yang tomboy didandani oleh teman ibu yang pandai dalam hal berdandan. Namun, sebelum berdandan, aku meminta agar jangan menor dan tetap terlihat natural. Terlebih lagi aku yang tidak pernah memakai gaun walau kata ibu terlihat sederhana, tetapi bagiku sangat menampakkan auratku bagian punggung, ketiak hingga lengan dan lutut hingga mata kaki.

Sebelum aku memakai gaun berwarna peach itu, aku harus bertengkar dulu dengan ibu untuk tidak memakai gaun, karena acaranya juga tidak formal. Namun kata ibu, ia ingin melihatku menjadi girly mala mini wal hasil, akupun memakai gaun diatas lutut itu.

“ nah… sudah cantik… dan ingat jangan malu-maluin ibu yah Ni.” Kata ibu yang melihat tante Dina selesai mendandaniku.

“ iya bu. Tapi bu, aku tidak biasa memakai heels atau wedges.” Aku memasang wajah memelas agar ibu mau mengizinkanku memakai flat shoes hitamku.

Ibu yang tidak tega melihatku, hanya mengangguk pasrah dan keluar dari kamarku, karena samar-samar aku mendengar bel.

“ mungkin itu mereka atau ayah ?.” ibu kini memandangku mencari jawaban dari tatapanku yang gugup.

“ semoga saja ayah bu.”

Akhirnya ibu keluar dan syukurlah, ternyata meneran ayah yang datang dari kerjanya.

Samar-samar, aku mnedengar ibu berkata pada ayah kalau mala mini aku akan tampil anggun, girly di depan Rarga dan keluarganya.  Dasar ibu..  gurutuku dalam hati.

Masih didalam kamar, aku mengikat rambutku yang panjangnya sebahu dan berwarna hitam gelap karenawalau aku tomboy, aku selalu memperhatikan kesehatan rambutku.

“ sayang… tamu kita sudah datang.” Ibu berdiri di ambang pintu memperhatikan penampilanku sebelum akhirnya berkata perfect  lalu mendahuluiku ke meja makan.

Aku menarik nafas beberapa kali, mengusir rasa gugupku malam itu. Karena bukan hanya Rarga yang akan kaget melihatku dengan dandanan seperti ini, walau aku sendiri mengakui aku seperti princess.

“ let’s go…” dan aku keluar kamar dan menemui yang lain di meja makan.

Saat aku berjalan menuju menuruni tangga, aku merasa ada beberapa pasang mata yang duduk dimeja makan memandang kearahku yang aku ketahui Rarga dan kedua orangtuanya.

Aku mengambil duduk di samping ibu yang memakai setelan gaun lebih mewah sedikit dariku.

Rarga yang sedari tadi tidak melepaskan pandangannya dariku, membuatku merasa ciut karena pasti penampilanku dimatanya sangat aneh.

“ you are look so beautiful my lovely girl…” puji Rarga yang membuatku tersenyum, ayah, ibu, dan orang tuanya hanya mengangguk.

“ thanks. You to. Baru kali ini ngeliat dengan pakaian tuxedo gitu.”

Seusai memuji-muji, ayah mengarah kan untuk segera dinner sebelum makan malamnya dingin.

Setengah jam berlalu di meja makan karena diselingi oleh tante Nabila, ibunya Rarga yang sangat semangat sekali menceritakan tentang Rarga. Begitu pula ibu yang tidak bisa diam jika bertemu dengan lawan bicaranya yang juga tidak mau diam. Membuat aku, ayah, Rarga dan om Roni menggeleng kan kepala dan sesekali mengangguk jika ada yang dipertanyakan.

Ibu mengajak kami untuk pindah keruang tamu untuk melanjutkan pembicaraan yang serius.

“ terima kasih atas makan malamnya yang sangat enak. Ternyata jeng pinter banget masaknya.” Puji tante Nabila.

“ makasih jeng. Eh, ngomong-ngomong… bagaimana dengan anak-anak kita? Apa tetap dilanjutkan?.”

“ ah, iya. Begini, atas nama keluarga Wijaya kusuma saya bermaksud untuk meminang anak bapak dan ibu Melani untuk anak kami, Rardi Wijaya Kusuma.” Tutur om Roni dengan santun.

Aku tercengang, ternyata benar. Keluarga Rarga akan melamarku. Aku melirik kearah ayah dan ibu bergantian yang mungkin mereka sedang berfikir memberi jawaban untuk keluarga Rarga.

“ saya dan istri saya, menyerahkan semuanya pada Melani.” Jawab ayah sambil menoleh padaku.

“ bismillah, saya Melani… akan menerima pinangan dari Rarga Wijaya Kusuma sebagai calon suami saya.” Ucapku dengan setengah tidak percaya dengan apa yang mulutku katakana ternyata sama dengan mimpiku yang beberapa hari yang lalu. Jika Rarga akan benar-benar datang untuk melamarku.

“ Alhamdulillah, syukurlah niat awal kami kemari tidak mengecewakan ya kan Rarga?.”  Ujar tante Nabila.

“ jadi, lain waktu akan kita bicarakan soal waktu yang tepat untuk mereka. Well, selamat malam. Assalamualaikum.” Kata om Roni pamit bersama tante Nabila dan Rarga.

Aku mengehela nafas berat sekaligus lelah karena hal yang tidak terduga malam ini. Aku pamit pada ayah dan ibu untuk isitirahat, karena lusa aku sudah masuk kuliah.

*******

Assalamualaikum readers setiaku… maaf kalau aku telat unutk ngeapload lanjutannya dan baru bisa sekarang. Karena aku harus urus masalah kuliah dulu…. Maklum lah Maba, jadi agak ribet dari anak SMA. Well, thanks atas yang udah mw membaca walau tanpa memberikan komentar dan vote kalian, namun aku tetap senang. GRACIAS… J

LEMOT, IT'S METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang