22.......

93 2 0
                                    

TAQWA Pov.

Pulang kuliah yang melelahkan namun sebenarnya mengasyikkan, karena ada organisasi yang harus aku ikuti karena itu yang aku pilih sejak setahun yang lalu. Yaitu tim pecinta alam. Dan barulah sore hari aku tiba di rumah.

Entah ada apa denganku yang tiba-tiba kembali mengingat Ismi, dia yang sangat lemot dan lucu.

Sesekali aku tersenyum sendiri mengingat dia yang lemot jika berbicara dengan temannya dan lain jika berbicara denganku, dia lancar dan normal dan tidak terlihat seperti orang yang lemot.

Sesuatu tiba-tiba terbesit di fikiranku untuk menulis semuah puisi. Aku segera mengambil pulpen dan buku tulisku untuk mulai menuaikan apa yang ada di otakku saat itu.

Hidup ini takkan mudah bagiku…

Bila tanpa kamu di hidupku…

Ingin rasanya aku kembali kepadamu…

Merasakan hangatnya cinta bersama…

Maafkanlah aku jika aku salah…

Karena cinta aku jadi bresalah padamu…

Kumohon maafkanlah aku cinta…

Dan, izinkanlah aku kembali…

CINTA…

Aku bangga kalena ini adalah puisi pertama yang aku tulis selama aku bersekolah dan puisi pertama untuk seorang wanita.

Tanpa terasa, karena terlalu hanyut dalam membuat puisi aku tidak menyadari jika waktu sudah pukul tujuh malam. Dan langit kini menjadi gelap dengan bintang dan bulan purnama yang cerah dilangit sana.

Namun, malam yang cerah ini hanya sebentar aku rasakan, karena angin kini berhembus dangan kencang dan dengan cepat angin hitam yang datang entah dari mana menutupi bintang dan bulan purnama itu.

Aku merasa tidak lapar, maka dari itu aku segera mandi dan shalat isya lalu bersiap untuk tidur.

Semoga dari rasa sepi dan takut ini akan berakhir semuanya, tanpa alasan.

Tetapi ini adalah hidupku yang telah Engkau gariskan kepadaku, aku hanya bisa berharap ndah pada waktunya.

Dan mala mini, ditemani dengan triliunan tetes air hujan di luar, aku berharap aka nada kebahagiaan di hari esok, lusa dan hari-hari setelahnya.

Indahkanlah mimpiku mala mini, agar dapat tersenyum melihat matahari esok yang akan menemaniku dalam menyambut kejutan hari esok.

Do’aku sebelum benar-benar terlelap dalam tidurku.

*******

Keseokan harinya, untung dosen belum datang dan aku mendapat kabar begitu aku masuk kelas, jika dosen mata kuliah pertama tidak datang karena ada urusan diluar kampus. Jadi, aku memutuskan untuk menghubungi Ismi.

Entah mengapa akhir-akhir ini aku selalu merindukannya, dan kali ini lebih gila. Aku membuat beberapa puisi yang entah dari mana dan bagaimana bisa aku membuat puisi. Padahal aku sama sekalai tidak bisa membuat bait-bait cinta.

“ bismillah…” lalu aku menekan tuts-tuts ponselku yang masih menggunakan ponsel tanpa kamera. Aku juga tidak tau mengapa aku masih menghafal nomer Ismi. Padahal aku sudah putus dengannya setahun lebih yang lalu.

Dengan jantung berdetak dag dig dug der, aku menunggu Ismi mengangkat telfonnya.

“ Assalamualaikum…” Alhamdulillah, telfonku yang pertama setelah setahun lebih tidak berkomunikasi dengannya.

“ waalaikum salam dek.” Aku mencoba menetralkan suaraku yang terdengar gugup.

“ wes, bro, siapa nih yang di telfon… kayaknya gugup banget. Ah… pasti pacarnya.” Nurdi tiba-tiba datang mengacaukan segalanya.

“ don’t disturb me please.” Aku menjauh dari Nurdi. Mencari tempat prifasi untuk bisa leluasa berbicara perdana lagi dengannya.

“ ada apa kak?.”

“ ah, maaf yah. Tadi ada nyamuk, jadi omongannya kepotong.”

“ hahaha,,,, kak Taqwa bisa aja candanya. Enggak apa kak. Ada apa yah?.” Suara Ismi terdengar netral-netral saja.

“ I just want to hear your voice.”

“ wah, kak Taqwa… jangan mulai ngegombal deh…”

“ siapa yang ngegombal sih Mi?.”

“ tadi apa dong? Emang enggak ada yang cemburu nih?.”

“ enggak lah…”

“ oh…”

“ ehm… gimana kuliahnya?.”

“ yah… fine-fine aja kok.”

“ eh, gimana rasanya meng-ospek orang?.”

“ di sini namanya bukan ospek kak. Tapi ta’arufan. Yah…. Enak enggak enak sih.. tapi kasihan juga anak mabanya di hukum sesuka seniornya. “

“ lah, kan untuk melatih mental merea nantinya Mi. lagi pula nantinya mereka nantinya akan di berikan tugas yang bertubi-tubi dari dosen, dan aku rasa aku enggak perlu ngejelasin lebih panjang because you know that.”

“ iya kak. By the way.. thanks yah udah nelfon, kebetulan ponselku lagi sepi penelfon dan peng-sms sih… hehhe..”

“ hahaah, bisa aja kamu Mi. eh ngomong-ngomong… kamu udah enggak lemot lagi apa cuman sama aku aja kamu tetep tidak lemot?.”

“ aaaah… kak Taqwa… jangan ngeledek napa. Aku jadi malu tau.”

“ hahaha. Gimana di sana? Udah punya pacar belum?.”

“ hah? Aku? Pacar? No way… I think there’s not a man want with slow girl like me.”

“ hahaah… sabar aja dek. Nanti juga jodoh bakalan datang. Temennya banyakk gak di sana?.”

“ Alhamdulillah sih banyak.. dan udah banyak pengalaman selama kuliah di sini kak.”

“ syukur deh… eh dek, aku masuk kuliah dulu yah. Dosenku udah dateng.”

“ iya kak Assalamualaikum..”

“ waalaikum salam…” aku memutuskan telfonku dengan Ismi pertama kalinya selama aku dan dia kuliah.

Neakan-akan ada angin msejuk yang menerpa ku saat aku mendengar suaranya tadi.

Tidak ada yang berubah, mungkin dengan wajahnya juga. Semoga saja lemot yang menepel pada dirinya telah hilang.

Dan aku senang karena dia belum ada yang punya, berarti aku masih ada kesampatan untuk memilikinya kembali kelak nanti.

*******

Assalamualaikum reader setiaku… maaf baru apload lagi. Soalnya kemaren-kemaren lagi enggak mood buat ngetik… but I hope kali ini dapat memuaskan para readers sekalian yah…

Aku selalu menanti komentar dan vote dari kalian loh…

Juga untuk pembaca bayangan… thanks for you too.

Keep smile… J.  

LEMOT, IT'S METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang