12.......

124 1 0
                                    

ARDI Pov.

Sudah seminggu aku dan Putri berkenalan, dan aku menawarinya untuk sekedar lunch dirumah. Karena kebetulan besok papa dan mama akan libur.  Semalam, aku menelfonnya dan memintanya untuk datang lunch besok dirumah.

Awalnya dia menolak, tetapi aku menggunakan nama Ismi agar ia mau datang. Dan luckynya aku, ia pun menyetujuinya namun dia akan datang sendiri tanpa harus di jemput dan memintaku mengirim alamat rumahku saja.

Mau tak mau aku mengirimkan alamat rumah, mungkin Allah belum mengizinkanku untuk bersentuhan walau sekedar salaman untuk saat ini.

*******

Malam hari telah datang, berarti tinggal 14 jam dari sekarang yang menunjukkan pukul 22:00 malam.

“ cie… yang bakalan ketemu lagi sama kak Putri. Pasti lagi berbunga-bunga hatinya..” Ismi langsung masuk kekamarku tanpa mengetuk.

“ bisa aja… heh, lain kali kalau mau masuk ke kamar harus ngetok pintu dulu.”

“ lah’ why?.”

“ ya… siapa tau aja kebiasaan buruk kamu itu bisa kebawa sampai aku nanti kelak udah married, terus Putri tinggal di sini gimana?.”

“ cie… cie… yang ngarep kak Putri jadi istrinya.. iya deh, bakalan aku ubah nanti kalau Ardi udah married.” Kata Ismi tegas.

“ tapi kalau aku jadian sama Putri enggak keberatan kan?.” Tanyaku pada smi yang kini sibuk berjalan mondar mandir didepanku.

“ yah… enggak lah, justru seneng kalau beneran sama kak Putri. Because aku liat kak Putri itu seorang yang bakalan menjadi seorang istri yang baik, penyabar, penuh kasih sayang, dan nurut sama suami.”

“ yeah, like you say. Karena itulah, aku langsung suka sama dia. Dan rencananya besok bakalan aku lamar dia di depan papa mama sama kamu juga.”

Ismi terkejut dengan rencana ku, Ismi membulatkan matanya dan menatapku dengan intens.

“ enggak usah syok gitu kali. Biasa aja, yah… walaupun nantinya siapa tau Taqwa bakalan dateng kesini suatu saat nanti untuk lamaran.”

Mendengar pernyataanku, Ismi langsung memerah pipinya. Membuatku tertawa melihat kekakuannya mendengar nama Taqwa.

“ good night deh..” ismi segera keluar karena kalah telak denganku malam itu.

Aku menutup jendela kamar, lalu menyalakann AC dan membuang diri di tempat tidur dan tak lama akupun tertidur .

*******

Ke esokan harinya aku sangat bersyukur Alhamdulillah, karena cuaca cerah dan awan begitu banyak yang bergerak lamban di langit.  Aku sengaja tidak tidur setelah shalat subuh ku, dan memilih untuk mempersiapkan pakaian yang pantas untuk sebentar siang.

“ pakai apa yah yang cocok kemejanya?.” Aku membongkar isi lemarikuk yang bagian kemeja yang tergantung.

Aku mengeluarkan semuanya dan menempelkanya didadaku depan cermin, menimbang-nimbang apakah cocok atau tidak.

Empat kali aku mencoba kemeja, namun tidak ada yang cocok. Semuanya over, alis terlalu mewah. Akhirnya aku mencoba kemeja yang kelima kalinya dan akhirnya cocok. Kemeja warna hijau tua, dengan garis lurus warna hijau muda. Dan dalaman kaos berwarna putih hijau.

Setelah aku yakin urusan pakaian dan celana juga sudah, aku keluar kamar untuk breakfast. Karena aku baru sadar ternyata sudah setengah tujuh pagi.

Di meja makan ada mama, papa, dan Ismi tentunya dengan pakaian SMA nya, papa dengan kemeja putih dan dasi hitam serta mama yang dengan kemeja biru muda dan celana putihnya. Aku duduk di samping Ismi yang sudah selesai mengoles rotinya dengan selai kacang.

LEMOT, IT'S METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang