Hari selasa subuh, pukul setengah lima. Aku sudah bangun dan harus segera mandi, karena harus sudah ada di kampus setengah enam pagi. Dengan mandi ala kadarnya, lalu shalat subuh dan memeriksa kembali bawaanku untuk ke kampus subuh itu.
Alman pun ikut-ikutan harus bangun lebih awal dari biasanya. Karena dia harus mengantarku kekampus sebelum pergi kerja.
“ cepat Ismi…” panggil Alman yang sudah selesai.
“ iya, bentar. Tinggal pakai sepatu kok.”
Subuh itu, aku tidak langsung memakai kos kaki ungu dan jilbab ungu ku, karena aka nada upacara lagi sebelum diambil alih oleh senior yang bertugas di bagian fakultaria. Jam lima lewat lima menit barulah aku pergi dengan Alman.
Perjalanan yang mestinya di tempuh selama satu jam, kini hanya perlu setengah jam saja. Karena tidak banyak kendaraan yang ada saat subuh seperti sekarang. Pantas saja Alman suka berangkatnya subuh hari, ternyata menghindari macet Bogor yang akan terjadi mulai setengah tujuh pagi.
Perkiraanku, baru sedikit orang yang datang pukul setengah enam pagi. Ternyata salah besar. Justru saat aku menginjakkan kaki di UIKA, orang-orang sudah memenuhi parkiran dan jalan-jalan disekitarnya. Begitu banyak yang datang, didalam hatiku berharap semoga bikan aku yang terlambat datang dan mendapat hukuman.
Dengar-dengar juga ada juga maba yang datang jam empat subuh atas permintaan senior dari fakultarianya, dan itu dari fakultas teknik. Whaw, gile aje, diminta dateng jam segitu. Sama aja kaga tidur atuh. Ya gak readers?
tapi, kalau difikir-fikir secara logika yah, senior-senior yang lain itu justru paling sedikit tidurnya dari pada maba loh.
Aku berjalan, mencari seseorang yang sama dengan fakultas yang aku ambil, Fikes. Tidak semua yang aku lewati aku tanyakan hal yang sama, karena aku sudah menemukan satu-dua orang yang satu fakultaria denganku.
“ hei, kamu bawa kan atribut yang diminta oleh senior?.” Tanyaku pada seseorang yang duduk disebelah kiriku.
“ iya, aku bawa kok. Sama kos kaki ungu dongan jilbab ungu plus pin fakultaria juga.”
“ that’s sound is good.”
“ aku Mega.” Ia membelikan tangannya padaku.
“ Ismi, alias Michi.” Aku menjabat tangannya dan kami bertukar nomer ponsel subuh itu juga.
“ semua maba, diminta untuk segera berkempul sesuai dengan fakultarianya masing-masing.” Teriak seorang senior laki-laki dari kejauhan.
“ yuk, kumpul.” Ajakku pada Mega.
Semua yang ada disekitarku dan Mega, berdiri dan berkumpul sesuai dengan fakultaria mereka masing-masing.
*******
Ternyata aku salah, bukan berkumpul secara bersama lagi seperti hari senin kemarin di lapangan baru. Tetapi, kini kami bagian Fikes berada tidak cukup jauh dari gedung fakultas ekonomi berdiri, menanti penanggung jawab kami yang terlambat datang.
Aku melihat laki-lakinya di again bahu ada uang koin lima ratus rupiah berwarna emas ddimasing-masing bahu mereka, serta peci hitam dan dasi hitam. Aku yakin didalam tas mereka juga ada dasi ungu yang kemarin diberikan dari penanggung jawab kami. Tetapi harus dibayar dua puluh lima ribu plus pinnya.
Cukup lama kami berdiri, da nada satu-dua orang yang berjongkok untuk memperbaiki sepatu mereka, sehingga senior yang melihat langsung menegur mereka, dan juga ada beberapa cowok yang diminta berdiri dibelakang kami karena rambut mereka tidak dicukur kemarin. Bukan hanya mereka saja dihukum, namun aku juga. Karena aku lupa atau tidak dengan instruksi senior kemarin kalau bagi kaum wanita tidak boleh memakai kudungnya di bentu-bentuk selain bentuk standar. Dan aku melanggar, sehingga aku diminta kebelakang dan tidak lama salah satu senior wanita memintaku untuk memperbaiki jilbabku di WC setelah dia puas mengomeliku.

KAMU SEDANG MEMBACA
LEMOT, IT'S ME
Teen Fictioncerita cewek yang serba lemot dalam segala hal, termasuk ngomong and makan... namun gimana dengan kisah cintanya? apa kah selemot dirinya atau tidak dan akankah dia berubah menjadi tidak lemot lagi?