18.......

110 1 0
                                    

SEMINGGU KEMUDIAN…

Senin subuh, aku sudah mempersiapkan semuanya. Pakaian rapih dan sopan menurut pandanganku. Legging hitam yang tidak ketat, kemeja biru kotak-kotak, jilbab hitam segitiga, dan sepatu kets putih. Dan tak lupa tas selempang hitamku.

Pukul tujuh pagi tepat aku diantar tante Riani ke kampus UIKA yang sebentar lagi akan menjadi almamaterku.

Enam puluh menit kemudian, tante Riani sampai di depan UIKA. Aku turun dan pamit untuk ke dalam.

I’m syock. That the first time I see in UIKA university. Begitu banyak maba yang mendaftar di UIKA.

Aku terus berjalan mencari tempat yang tidak terlalu ramai oleh orang, sekaligus mencari Nuri. Namun tidak ada.

Aku keluar masuk gedung tempat pendaftaran, semoga saja Nuri ada di dalam. Namun Nuri tidak ada. Dan baru saja aku ingin mengiriminya pesan, pesan darinya masuk lebih dulu ke ponselku.

From : Nuri.

Mi.. kamu udah dimana?aku masih di jalan, nungguin trans pakuan. Belum dateng. Acaranya udah di mulai?.

Baru aku akan membalas pesannya, suara perempuan memberitahukan agar para mahasiswa baru segera ke lapangan yang ada di belakang.

To : Nuri.

Iya udah di mulai. Ini lagi di suruh jalan ke lapangan bagian belakang… ngikutin senior-senior yang jalan.

Setelah menekan sent  aku berjalan ke lapangan belakang, mengikuti mahasiswa baru yang lainnya.

Jalanan yang dilalui seperti jalan tikus yang sempit dan hanya muat satu orang, namun setelah itu, Nampak lah lapangan yang dimaksud. Yang sudah ada tenda hijau dan banyak mahasiswa baru yang sudah berbaris.

“ yang baru datang, tolong cepat baris sesuai dengan fakultasnya masing-masing,  saya ulangi, dari sebelah kiri saya yang paling ujung adalah…” kata seorang senior yang menjadi MC kali itu. Aku mengambil barisan yang jurusan kesehatan masyarakat. Bersampingan dengan fakultas ekonomi disebelah kananku dan hukum disebelah kiriku. Menurutku, cukup banyak orang yang mengambil kesehatan masyarakat.

Selama satu jam kemudian, semuanya baru lengkap. Jumlah keseluruhan mahasiswa baru tahun ini adalah seribu lebih. Di lapangan yang masih banyak lubang-lubang inilah semua maba dikumpulkan untuk pembukaan ta’aruf alias ospek.

Parca senior-senior memakai jas kebanggaan fakultas mereka masing-masing. Ada hijau, ungu, kuning, pink, biru, merah, dan hitam.

Selama upacara pembukaan berlangsung para senior yang berjaga di belakang para maba senantiasa mengingatkan agar para maba sekalian yang merasa sakit atau ingin pingsan segera memberi tahu mereka.

Benar saja, beberapa menit kemudian, ada beberapa orang yang pingsan karena terik matahari yang panas. Alhamdulillah aku tidak pingsan. Aku tidak suka digendong dengan laki-laki walau aku tidak sadarkan diri.

Sebelum acara pembukaan selesai, senior yang menjadi MC kali itu, membagi kami menjadi lima belas kelompok. Dan aku mondapat kelompok tujuh dan di mentori oleh senior bernama Jamaludin. Dari jurusan agama islam.

Tidak semuanya disebutkan namanya, dan yang tidak disebutkan namanya mereka-mereka itu akan masuk kegolongan tahap tiga. Kira-kira begitulah yang aku dengar dari sang MC tadi.

Di kelompok tujuh, aku tidak bisa menghapal semua nama-namanya. Hanya ada beberapa saja yang aku ingat, Mega dari jurusan yang sama denganku. Fikes. Brian, aku lupa dari jurusan apa. Serta William, aku juga lupa dia ambil fakultas apa.

LEMOT, IT'S METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang