21.......

119 2 0
                                    

ARDI Pov.

Matahari tengah bersinar di luar rumahku, I mean my family home.  Aku sudah rindu dengan Ismi my lovely sister, aku –sudah jarang mer-skype semenjak dia masuk ospek. Yanf katanya sangat melelahkan namun jiwanya senang mengikuti ospek mahasiswa yang hanya sekali seumur hidup. Seperti itulah yang aku lihat distatus terakhirnya di twitter dan facebook.

Dan hari jum’at ini sepertinya dia sudah selesai ospek, dan hati kecilku berkata ingin mengganggu tidurnya pagi ini dengan menelfonnya.

Segera aku kembali kekamar dan mencari ponselku, setelah aku menemukannya di meja belajarku, segera aku tekan nomor Ismi yang sudah aku hapal dan menempelkan headset pada kedua telingaku. ( kebetulan ponselku terpasang headset ).

Telfonku yang pertama tidak digubrisnya, aku mendengus karena beraninya dia mencuek telfon dari her lovely brothernya ini.

Lagi-lagi, telfon kedua dariku tidak diangkat, dasar sapi tukang tidur.

Dan sebelum aku menelfonnya lagi, aku memanjatkan do’a agar Ismi mau mengangkat telfon dari her lovely brother yang paling ganteng se Makassar ini. Hahaha… am I narsis? I think no problem…

Dan yes, Alhamdulillah… akhirnya telfonku diangkat olehnya, terdengar suara khas orang baru bangun yang serak dan sexi maybe.

“ hhmmm….. hallo Assalamualaikum. Who isi this?.” Tanyanya di seberang dengan suara serak seperti orang kehausan.

“ waalaikum salam…. Hallo my lovely sister… selamat bangun.” Cerocosku ceria.

“ hhmmm…. Di… you are so annoying. You know..” rengek Ismi di seberang, and I don’t care.

“ and then? What will you do?.” Tanya ku jail. Aku ingin tau apakah dia akan mematikan telfonnya atau tidak.

Dan benar instingku, Ismi langsung mematikan telfonnya.

“ hu… dasar, adik yang tidak kangen dengan kakak nya rupanya. Atau setidak nya biarkanlah kakak nya yang ganteng ini mendengar suaranya saat bangun tidur dan menceritakan pengalamannya selama ospek.”

Karena kesal, Ismi memutuskan telfonnya aku tidak memperhatikan jika ada message masuk di ponselku.

Semenit..

Satu setengah menit…

Dua menit…

Dan barulah aku sadar, jika ada message masuk dari ismi. ISMI.

To: Ardi.

Di, kalau mau nelfon jangan pagi lah… I know what you want. Kamu mau dengerin ceritakukan tentang pengalaman ospek ku? Well, nanti siang saja yah… sesudah Dhuhur, baru kita ber-skype-an dari pada lewat telfon sayang tau pulsa kamu. Nanti gak bisa di pake telfon kak Putri lagi. Hhehee…

 Aku tersenyum membaca pesan Ismi barusan. Ternyata dia mematikannya karena tidak tega kalau pulsaku habis, atau ada alasan lain selain itu? Apa karena ngantuk dan kelelahan? Ya sudahlah, aku biarkan saja dia tidur hingga siang nanti.

*******

Jam dua belas siang, aku sudah duduk manis di depan laptop diatas tempat tidurku.

Sesekali melirik jam dinding tidak sabar untuk ber-face to face dengan Ismi. Jujur, aku kangen mendengarnya berbicara lemot seperti saat bangun tidurnya.

Tiga kali aku keluar masuk kamar mandi karena kebanyakan minum. Sepertinya kau mulai lebay semenjak ditinggal Ismi sendiri dirumah.

Satu jam kemudian akhirnya Ismi mengaktifkan skype-nya. Dan aku bisa liat kalau dia berpakaian casual, celana traning abu-abu, baju putih bertuliskan smile berwarna kuning dan rambutnya yang mash basah.

LEMOT, IT'S METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang