Bab 2 - Hidup Kembali

14.5K 860 7
                                    

Perasaanku mengambang, ditelingaku hanya terdengar sebuah alat-alat pemompa kehidupan yang terdengar begitu nyaring, menemani jiwaku yang ingin menelisip keluar agar aku dapat kembali tersadar dari tidur lelapku kali ini.

Rasa sakit menyeruak ketika kesadaranku kembali. Dari ujung kaki hingga ujung kepala terasa begitu menyakitkan. Rasa pening dikepalaku, dan rasa nyeri disekujur tubuhku bercampur hingga membuatku meringis kesakitan.

Dengan menahan rasa sakit itu, pelan-pelan aku membuka mata, awalnya kabur tapi lama-kelamaan semakin jelas. Saat ini aku tidak bisa melakukan apa-apa kecuali hanya mengibaskan pandangan kesekitar. Dan tepat disampingku, aku dapat melihat seorang perempuan sedang tertidur sambil menggenggam erat tanganku.

Siapa dia?

Orang ini begitu asing. Kenapa dia memelukku seperti ini?

Aku mengibaskan pandanganku lagi.

Dimana orang tuaku? dimana sahabat-sahabatku?

Aku terus mencari mereka, tetapi kondisiku sangat lemah, aku hanya dapat mengibaskan pandangan kesekeliling ruangan tanpa bisa menggerakkan tubuhku.

Dan akhirnya, aku dapat menemukan orang tua dan kedua sahabatku berada diujung ruangan. Perasaan lega luar biasa membuncah didalam hatiku ketika mendapati mereka diujung sana.

Tapi, kenapa mereka disana? Kenapa mereka menangis histeris seperti itu?

Mama-ku terlihat memeluk seorang pasien yang ada disana sambil menangis menjerit-jerit. Papaku berusaha dengan tegar menenangkan mama. Sedangkan Lia dan Rizka, sedari tadi terus berpelukan sambil menyebut namaku berulang kali.

"Fara, Fara. Bangun Fara!"

Aku semakin tak mengerti. Aku disini. Tetapi kenapa mereka malah diujung ruangan dan memeluk pasien lain? Siapa pasien itu? Apa dia juga salah satu korban dari kecelakaan yang aku alami?

"Ma-mama?"

Dengan kekuatan yang ada, aku berusaha memanggil mamaku. Tetapi suaraku sangat rapuh, aku masih sangat lemah untuk memanggil mereka.

Dan akhirnya, ketika pasien yang mukanya sudah ditutupi dengan kain dan digledek keluar dari ruangan, orang tua serta kedua sahabatku ikut mengikuti pasien itu dari belakang.

"Li-Lia?" panggilku. Aku tidak mau mereka semua meninggalkan aku.

Lia menoleh. Sepertinya ia mendengar panggilanku. Tpi, ketika mata kami bertemu dan dia menatap kearahku. Dia melongos begitu saja seperti orang yang tidak pernah mengenalku.

Ya Tuhan, mau kemana mereka?

Tanganku melambai-lambai berusaha memanggil mereka. Tapi terlambat, mereka semua sudah pergi meninggalkan aku.

"Kamu sudah sadar, Alin?" Tiba-tiba seseorang yang sedari tadi memelukku, bangun dari tidurnya dan menatap kearahku.

Aku menatap perempuan ini dengan tatapan bingung. Siapa dia? Kenapa malah dia yang menungguiku? Dan kenapa dia memanggilku dengan nama Alin?

Tiba-tiba seorang dokter datang menghampiriku. Wajahnya yang masih sangat muda itu nampak tersenyum saat menatap kearahku. "Syukurlah kamu sudah sadar, Alin."

Alin? Siapa Alin? Kenapa dokter ini juga memanggilku dengan nama Alin? Lalu kemana mama papaku pergi? Kenapa mereka malah meninggalkan aku?

Memikirkan semua hal ini, membuat kepalaku sakit. Rasanya pening sekali, hingga membuat bayangan yang ada didepanku terlihat mengabur. Aku merasakan kantuk yang luar biasa. Akhirnya aku pasrah, untuk sementara waktu, lebih baik aku ditelan dalam kegelapan agar aku dapat mengistirahatkan tubuhku untuk sejenak.

Ketika Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang