Bab 16 - Pembalasan dendam yang berjalan

8.9K 646 39
                                    

Fara benar-benar benci saat ia harus memakai tubuh Alin dalam menjalani hari-harinya. Membuatnya semakin frustasi saat ia harus terus menjalani hidupnya sebagai orang lain.

Disore hari ini, dokter Raizal sengaja mengajaknya berbincang di taman rumah sakit. Entah mengapa ia hanya ingin selalu berada disampingnya. Dia hanya ingin membantu Fara agar ia bisa melewati hari-harinya.

"Maaf dokter. Saya selalu merepotkan dokter," ucap Fara meminta maaf.

"Iya tidak apa-apa Alin... eh, maksud saya Fara." Ucap dokter Raizal dengan kikuk. Dokter Raizal masih tidak biasa memanggilnya dengan sebutan Fara karena saat ini dia masih menggunakan tubuh Alin sebagai raganya.

"Saya seharusnya banyak meminta pada kepada dokter karena terus-terusan menganggu dokter." Fara nampak menunduk merasa menyesal. "Tapi dokter. Percayalah. Hanya dokter satu-satunya orang yang percaya padaku saat ini."

Dokter Raizal mengangguk. Iya,Tenanglah. Aku ikhlas membantumu Alin.. Emmmm maksutku Fara." Dan lagi-lagi dokter Raizal salah menyebut nama. Membuat Fara tersenyum kecut saat menyadari bahwa dokter Raizal masih belum terbiasa dengan nama aslinya.

"Well," dokter Raizal kemudian menepuk bahu Fara. Maafkan aku. Jujur aku juga tidak tahu dengan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi percayalah, aku akan membantumu sekuat tenaga." Ucap dokter Raizal. Tapi kemudian dokter Raizal melenguh panjang saat menatap kearah Fara. "Meskipun, aku tidak tahu harus memulai dari mana agar aku bisa membantumu."

Fara tersenyum. "Kita sudah memulainya dokter." Ucap Fara. "Dokter yang percaya kalau saya bukan Alin, itu sudah cukup membantu saya." Lanjutnya kemudian.

Dokter Raizal kemudian tersenyum kearah Fara. "Iya. Aku percaya padamu Fara." Dia kemudian mengusap-usap rambut Fara untuk menenangkannya.

"Tapi Fara. Ada sesuatu yang mengganggu pikiranku sejak lama." Ucap dokter Raizal. Membuat Fara langsung menatap kearah dokter Raizal. "Apa dokter?"

"Kalau ditubuh Alin ada jiwamu? Lalu dimana jiwa Alin sesungguhnya?" tanya dokter Raizal.

Dan Pertanyaan dokter Raizal langsung membuat Fara terhenyak kaget. Ia kemudian menatap kearah dokter Raizal dengan lekat. Bibirnya sedikit bergetar saat ia akan membuka suaranya menjawab pertanyaan dari dokter Raizal. "Aku yakin kalau saat kita bertukar jiwa, dia sudah menghilang." Jawab Fara mantap.

"Jadi maksutmu? Kamu mau bilang kalau Alin yang sesungguhnya sudah meninggal?" tanya dokter Raizal. Membuat Fara langsung menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari dokter Raizal.

"Apa kamu tidak curiga kalau Alin masih hidup?"

Fara menggeleng-geleng hebat. "Tidak. Tidak mungkin Alin masih hidup. Kemungkinan besar dia sudah meninggal bersama dengan jasadku yang sudah dikuburkan didalam tanah."

Dahi dokter Raizal mengerut saat Fara mengatakan hal seperti itu kepadanya dengan sangat mantap. " Kenapa kamu bisa seyakin itu?"

"Karena... karena...." ucapan Fara tertahan. Dia kemudian melirik kearah dokter Raizal sebelum akhirnya dia meneruskan kalimatnya. "Karena kalau Alin masih hidup. Bukankah aku yang mati? Karena tubuhku sudah dimakamkan didalam tanah." Ucap Fara menahan tangisnya.

Dokter Raizal langsung menahan nafas saat mendengar penjelasan dari Fara. Ia kemudian mengangguk paham akan maksud dibalik perkataan Fara. Sepertinya saat ini Fara benar-benar ketakutan. Ia kemudian langusng meraih tubuh Fara. Ia kemudian memeluknya dengan sangat erat berusaha untuk menenangkannya.

***

Sementara itu, dari ujung sana, ketika Fara dan dokter Raizal sedang bercengkerama di taman rumah sakit. Nampak seseorang digledek menyusuri ruangan menuju ruang unit gawat darurat.

Ketika Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang