Bab 20 - Masa lalu kelam yang muncul kembali

6.9K 557 51
                                    

"S-siapa dia?" Mata Fara melotot tajam. Menatap anak kecil seumuran Alan yang sudah pergi meninggalkannya. Baru saja Fara ingin berlari menyusul anak kecil itu, tapi tiba-tiba sebuah suara memanggilnya.

"Alin?" Suara bunda Aini membuat Fara tersentak. Ia kemudian menoleh ke arah bunda Aini yang kini sudah ada di belakangnya. Seketika itu juga bunda Aini langsung mendekat ke arah Fara dan langsung memeluknya. "Kamu sudah pulang? Syukurlah, kamu tidak apa-apa."

Fara mengangguk. "Aku tidak apa-apa." Ucapnya kemudian. Fara melepas pelukan bunda Aini lalu menoleh lagi ke tempat di mana anak kecil tadi meninggalkannya. Perhatiannya tercurah pada anak kecil itu. Seorang anak perempuan yang memanggilnya dengan sebutan Fara.

"T-tadi ... siapa anak kecil itu?"

Bunda Aini sedikit menaikkan alisnya. "Anak kecil? Maksud kamu anak kecil yang bersama dengan adikmu, Alan?"

"Ya." Fara mengangguk cepat.

"Oh ... dia Ana. Penghuni baru di panti asuhan ini." Jawab Bunda Aini.

"Penghuni baru?" Dahi Fara semakin mengerut.

"Iya. Kakaknya mengalami koma di rumah sakit sehingga tidak ada orang yang mengurusnya. Orang tuanya sudah meninggal, sedangkan keluarga yang lain sangat sulit untuk dihubungi oleh karena itu dia di bawa ke sini."

Mendengar penjelasan bunda Aini semakin membuat Fara berpikir. Sepertinya, Fara tidak pernah mengenal siapa anak kecil itu. Tapi, kenapa anak kecil itu bisa tahu siapa jati dirinya? Apakah ada hubungannya antara anak kecil itu dan juga dirinya? Kenapa anak kecil itu bisa memanggilnya dengan sebutan Fara? Tanpa sadar Fara menggigit jemari tangannya.

"Siapa Ana?" Fara masih menggigiti jemarinya dan tampak bingung. Dia menatap lagi tempat di mana anak kecil itu meninggalkannya. Tiba-tiba Fara bergegas. Ia sangat penasaran dan ingin menanyakan kenapa anak kecil itu bisa menyebutnya dengan nama Fara.

"Alin kamu mau ke mana?" Tiba-tiba bunda Aini mengeret lengan Fara yang ingin pergi meninggalkannya.

Fara menggeleng. "Aku hanya ingin menemui anak kecil itu." Jawab Fara sambil berusaha melepas genggaman bunda Aini.

Tapi tiba-tiba wajah bunda Aini memucat. Bunda Aini menatap ke arah Fara. Dahinya mengerut dan genggamannya yang menggeret lengan Fara semakin kuat. Dapat dirasakan tangan bunda Aini gemetar ketika menggenggam tangan Fara. "Tidak. Jangan. Jangan sakiti dia."

Dan perkataan bunda Aini tiba-tiba membuat Fara tersentak.

Apa maksudnya?

Belum selesai Fara berpikir, tiba-tiba terdengar sebuah suara. Raizal datang dan mendekat ke arah mereka berdua. "Bunda Aini," sapanya.

"Nak Raizal?"

Raizal langsung tersenyum dan menjulurkan tangan ke arah bunda Aini. Tapi beberapa detik kemudian, Raizal sedikit mengerutkan dahinya ketika melihat wajah bunda Aini yang tiba-tiba pucat seperti ini. "Bunda .. bunda tidak apa-apa?" Tanya Raizal yang saat ini khawatir.

Bunda Aini melirik sebentar ke arah Alin. "Tidak. Aku tidak apa-apa."

Raizal menarik napas panjang. "Kalau begitu saya ingin membicarakan sesuatu."

Tiba-tiba Bunda Aini mengangguk cepat. "Ya. Sepertinya aku juga ingin bicara denganmu."

Mereka kemudian meninggalkan Fara. Tapi sebelum bunda Aini pergi bersama dengan Raizal, bunda Aini memperingatkan agar Alin diam di sana. Duduk di sofa sembari menunggu bunda Aini berbicara dengan Raizal.

Ketika Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang