Bab 29 - Alin yang Hidup?

4.1K 359 19
                                    

Kaki Maudi seperti mati rasa saat menyadari bahwa berita yang ia terima adalah benar adanya. Nuci sudah meninggal, pergi untuk selama-lamanya. Makam Nuci bahkan masih basah ketika Maudi mendekat ke arah tempat di mana Nuci dibaringkan.

Beberapa orang tampak meninggalkan pemakaman satu persatu saat upacara pemakaman telah selesai. Menyisakan Maudi yang masih berdiri terpaku dengan pandangan kosong menatap ke arah makam milik Nuci.

"Nuci...? Ini semua tidak mungkin kan?" Dan ketika semua orang sudah tidak ada di makam ini. Maudi langsung mendekat ke arah makam itu dan langsung ambruk dihadapan makam Nuci. Air matanya menetes deras ketika menyadari bahwa sahabat terbaik yang ia punya kini telah meninggal pergi meninggalkannya.

Tangannya meremas gundukan tanah itu. Menepuk-nepuk makam Nuci berulang kali seakan masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya kali ini. "Maafin gue. Maafin gue Nuci." Isakannnya semakin menjadi. Dirinya masih syok. Sesekali Maudi menjambak-jambak rambutnya karena frustasi dengan semua hal yang sudah terjadi.

"Ini nggak mungkin!" Teriakannya membahana. Kepalanya menggeleng-geleng. Sorotan matanya kacau seperti orang gila. Maudi masih tidak terima jika Gea dan juga Nuci pergi meninggalkan dirinya sangat cepat seperti ini.

"Alin!" Tiba-tiba tubuh Maudi mengeram ketika ia mengingat nama itu. Tangannya mengepal kuat berusaha untuk menahan emosi. Tapi Maudi mencoba untuk terus menahannya sambil menatap lagi ke arah makam Nuci yang masih basah. " Lo tenang aja. Gue pasti akan membalaskan dendam demi kalian." Ucap Maudi sebelum memeluk lagi nisan milik Nuci.

Sementara itu dari ujung sana. Terlihat dua orang sedang mengawasi Maudi yang sedang menangis di makam Nuci. Dari arah kejauhan, dua orang itu tengah bergandengan tangan. Menautkan jemari mereka masing-masing sambil menatap ke arah Maudi dengan tatapan sendu.

"Aku takut," celetuk Fara yang kini ada di samping Raizal. Sementara itu Raizal langsung memeluk tubuh Fara, berusaha untuk menenangkan dirinya.

"Apa kamu memikirkan hal yang sama dengan pikiranku?" Ucap Fara. Menatap ke arah Raizal. Sementara itu Raizal hanya menggeleng. Tidak tahu dengan apa yang Fara katakan.

"Aku takut bahwa semua hal yang aku takutkan adalah hal yang nyata. Bagaimana kalau sebenarnya Alin masih menguasai tubuh ini dan berusaha membalaskan dendam untuk mereka?" tanya Fara kemudian. Perlahan air matanya menetes saat menatap ke arah Raizal.

"Tenanglah. Tidak mungkin itu semua terjadi."

Fara segera menggeleng menjawab pertanyaan dari Raizal. "Tapi kenapa Gea dan juga nuci bisa meninggal?"

"Ya Tuhan, Fara. Apa kamu tidak membaca surat kabar? Gea meninggal dinyatakan jatuh dari tangga dan mengalami gegar otak, sedangkan Nuci sedang berenang di kolam renang dan kakinya kram sehingga dia tenggelam. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?"

"Tapi. Entah kenapa aku yakin bahwa ini semua bukan suatu kebetulan semata. Diary itu? Sumpah itu?" Tanya Fara kemudian.

"Tapi polisi sudah bilang kalau semua murni kecelakaan." Ucap Raizal menenangkan. "Tenanglah." Raizal semakin memeluk Fara dengan sangat erat. "Tidak ada yang perlu kamu takutkan. Aku disini. Aku berjanji akan menjagamu."

Fara menggeleng. Mengusap air mata yang akan jatuh di bawah matanya. Mendongakkan kepalanya menatap ke arah Raizal lagi. "Untuk kali ini. apa aku boleh meminta bantuan padamu."

"Apa itu?"

"Entah mengapa aku selalu merasakan keanehan setiap aku tidur. Bisakah kamu menjagaku disaat aku sedang tidur?" ucap Fara.

Ketika Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang