Bab 26 - CCTV + Sapaan yang tak terduga

4.6K 488 39
                                    

Mata Fara melebar bersamaan dengan tangannya yang tiba-tiba bergetar ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri tentang cctv yang ada di apartemen Raizal. Fara tidak ingat. Fara bersumpah bahwa dia tidak sadar ketika ia keluar dari apartemen dan berjalan keluar dari gedung ini. Berulang kali Fara berusaha mengingat, tapi ia yakin betul bahwa ketika ia berjalan seperti itu, dia masih dalam keadaan tertidur.

Ini benar-benar tidak masuk akal. Bagaimana bisa ia tidak mengingat satu halpun yang ia lakukan saat keluar dari apartemen. Sebuah pertanyaan besar ketika ternyata Fara telah menghabiskan waktu yang cukup lama sebelum ia pada akhirnya kembali ke apartemen.

Raizal kini menatap ke arah Fara. Sama-sama kebingungan ketika para security itu menunjukkan gambar Fara yang ada di layar cctv. Sedikit mengernyit ternyata memang benar apa yang dikatakan para security itu bahwa Fara terhitung cukup lama berkeliaran di luar sana. Sedikit keanehan menyeruak. Jika memang benar ini yang dikatakan Raizal kalau Fara sedang mimpi dalam keadaan berjalan, kenapa waktunya bisa selama ini? Dan yang jadi pertanyaan besar di sini adalah, ke mana Fara pergi dalam waktu yang sangat cukup lama itu?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepala Raizal. Mengulang lagi memorinya saat berada di rumah sakit dan bertemu dengan Nuci. Ia benar-benar ingin menanyakan hal ini kepada Fara, tapi kondisi psikis Fara saat ini belum siap. Dan Raizal tidak ingin membuat Fara semakin frustrasi lagi.

"Fara. Apa kau benar-benar tidak ingat kamu pergi ke mana semalam?" Tanya Raizal kemudian. Dan Fara hanya menatap Raizal dengan tatapan sedih kemudian menggelengkan kepalanya.

"Sudahlah tidak apa-apa." Raizal kini meraih lengan Fara. Mengerti akan pikiran Fara yang kini semakin kebingungan. Dan Raizal tidak mampu membuat Fara lebih sedih lagi. Raizal kemudian membawa Fara pergi dari tempat ini. mencoba menenangkan dirinya dan segera masuk ke dalam apartmennya.

Raizal memberikan Fara secangkir teh. Duduk di sampingnya yang sedari tadi terus memeluk sebuah buku. Raut muka Fara semakin sedih. Satu teka teki belum ia pecahkan, kenapa sekarang muncul teka teki lainnya? Sedangkan Raizal yang menatap Fara seperti itu merasa kasihan. Seperti sebuah kesalahan besar tadi ia mengajak Fara ke ruang security itu. Itu hanya akan menambah beban yang ada di dalam pikiran Fara.

Raizal kemudian menatap buku yang sedari tadi terus Fara genggam. Ya. Bukankah tadi Fara bilang ingin bertanya sesuatu hal kepadanya?

"Fara. Buku itu...?"

Fara menatap ke arah buku ini. Meremasnya sebelum akhirnya memberikan pada Raizal. "Kamu pernah mengatakan padaku kalau dulu Alin pernah bunuh diri sebelum kamu bertemu denganku." Ucap Fara.

Raizal mengangguk dengan apa yang sedang Fara katakan. Meraih diary itu dan mulai membuka-buka. "Ya. Dulu aku memang pernah bertemu dengannya. Dia pernah melakukan bunuh diri kira-kira beberapa bulan yang lalu."

Fara semakin menahan napas ketika mendengar penjelasan dari Raizal. Sebuah kenyataan yang serasi dengan isi diary itu. Fara kemudian membuka sebuah lembar. Lembar terakhir agar di baca oleh Raizal. Sebuah kenyataan yang entah mengapa membuat Fara yakin bahwa itu ada hubungannya dengan apa yang sedang ia alami saat ini.

Tuhan, jika aku terus disiksa seperti ini dan akhirnya nyawaku benar-benar mati ditangan mereka, Izinkan aku untuk membalaskan dendam kematianku dengan membunuh mereka.

Raizal sedikit terbelalak dengan sebuah tulisan itu. Jantungnya ikut berdetak dengan sangat keras akan dendam yang sepertinya sedang Alin lakukan dengan tubuh Fara.

Astaga!

Pikiran macam apa ini? Raizal menggeleng-gelengkan kepalanya. Mengusir pikiran buruk yang sudah terlanjur melintas di kepalanya.

Ketika Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang