Bab 33 - Awake

2.5K 342 18
                                    

Kaki Raizal lemas seketika saat selesai mengakhiri pembicaraan dengan bunda Aini. Menatap Fara di dalam cermin itu yang sedang bersiap untuk meninggalkan mereka. "FARA!" Teriak Raizal. Memanggil namanya berulang kali agar dia dapat mendengarnya.

"Dengarkan aku. Kamu masih hidup!" Teriaknya lagi. Sementara Fara terus berjalan menjauh mendekati sebuah cahaya putih yang bersiap untuk memasukinya.

"FARA!" Teriak Raizal lagi. Ia kemudian menurunkan tubuh Alin dan berlari ke arah cermin. Memukul-mukulnya keras agar Fara mau mendengarkannya. Memanggil jiwa Fara agar dia percaya kalau dirinya masih hidup dan harus kembali ke tubuhnya sekarang juga.

"FARA!" Teriak Raizal lagi. Masih terus berusaha agar ia dapat meyakinkan Fara. "Aku mohon. FARA!" Hingga akhirnya Fara menoleh. Mengamati Raizal di sana yang suaranya semakin jauh.

"Aku mohon kembalilah!" Teriak Raizal lagi. Tapi Fara menggeleng. Dia sudah teramat lelah dengan semua hal ini. Sudah saatnya dia pergi untuk tidur dengan damai. "FARA KAMU MASIH HIDUP!" Teriakan Raizal semakin keras.

Tapi sepertinya, Fara benar-benar tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Raizal. Hanya sebuah samar-samar tidak jelas saat Fara mendekati cahaya putih yang semakin besar kemudian menyerupai awan yang ingin menelannya.

"Aku mohon kembalilah. Ragamu sedang berada di rumah sakit dan kamu harus kembali secepatnya." Raizal tidak ingin menyerah. Terus meyakinkan Fara agar dia dapat mempercayai semua perkataannya. Dan seketika itu juga cahaya itu semakin besar. Dan kini mendekati tubuh Fara dan bersiap ingin menelannya.

Tidak. Ini tidak boleh terjadi. Mata Raizal melebar disertai dengan bayangan Fara yang semakin tidak terlihat. "FARA. KEMBALILAH!"

Matanya mengibas. Raizal dipaksa untuk bertindak cepat. Otaknya memutar untuk mencari cara agar Fara mau mendengarkannya untuk tidak masuk ke dalam cahaya putih itu. Dan tiba-tiba, dia tidak sengaja menemukan sebuah balok berukuran besar yang ada di ujung sana. Segera mengambil balok itu dan dengan sekali hentakan ia langsung memukul keras cermin itu. Berharap agar Fara tidak keburu di telan oleh cahaya putih itu.

"FARA!"

PRANG!

Dan kemudian disusul dengan suara pecahan yang terdengar begitu keras. Berhamburan jatuh ke atas lantai.

***

"Aku mohon Fara. Kembalilah." Bunda Aini berlari lagi masuk ke dalam ruangan. Mendekat ke arah Fara yang masih terbaring di sana. Bunyi dengkingan nyaring masih terus berbunyi dari arah monitor. Menandakan bahwa denyut nadi dan jantung Fara masih belum mau untuk berdetak.

Semua petugas medis masih mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menolong Fara. Belum mau menyerah untuk mengembalikan detakan jantung dan nadi agar Fara dapat hidup kembali.

"Fara. Aku mohon. Kamu masih hidup!" Wajah bunda Aini memucat. Seluruh pemikiran buruk terus berkecamuk di dalam kepalanya. Apakah Raizal tidak mampu meyakinkan Fara? Apakah Raizal telah gagal untuk membuat Fara kembali ke raganya.

Tidak. Ini tidak boleh terjadi.

Bunda Aini menggeleng-geleng keras. Bersamaan dengan dokter dan para petugas medis yang akhirnya menyerah dan menatap bunda Aini dengan tatapan menyesal. Sebuah makna tersirat bahwa mereka sudah tidak mampu lagi mengembalikan nyawa Fara.

Wajah bunda Aini semakin memucat. Bibirnya bergetar hebat ketika tidak percaya kalau pada akhirnya Fara tidak bisa diselamatkan. Tertatih-tatih bunda Aini mendekat ke arah Fara. Tangisannya jatuh tak terbendung bersamaan dengan penyesalan yang semakin menyeruak tajam.

Tidak. Ini tidak mungkin!

Bunda Aini masih tidak ingin menyerah. Tangannnya memegang jemari Fara dengan kuat kemudian menghentak-hentakkan tubuhnya. "Fara. Fara dengarkan aku. Kamu masih hidup. Kamu masih hidup." Berulang kali Bunda Aini terus meyakinkan Fara. Menepuk-nepuk bahunya dan terus menggoyang-goyangkannya agar Fara kembali sadar.

Sementara itu, petugas medis berusaha menenangkannya. Meraih tubuh Bunda Aini untuk menjauh dari jenazah agar tidak melukainya. Tetapi bunda Aini meronta. Menggeleng-geleng keras dan terus berteriak kalau Fara harus hidup. Mendorong keras para petugas medis dan kembali menepuk-nepuk bahu Fara berulang kali.

"Fara. Fara. Fara." Bunda Aini masih tidak ingin menyerah. Ingin sekali ia menghantam monitor itu yang tidak henti-hentinya membunyikan sebuah dengkingan nyaring yang semakin menyesakkan dada.

Lagi-lagi Bunda Aini memukul-mukul bahu Fara. Menghentak-hentakkan tubuhnya berusaha untuk membangunkannya. "Aku mohon. Siapapun kamu. Walaupun aku belum pernah mengenalmu. Tapi aku mohon kembalilah. Kembalilah Fara." Ucapnya sambil membisikkan sesuatu ke telinga Fara.

Petugas medis yang terus menyaksikan Bunda Aini memukul-mukul jasad itu berusaha lagi menarik Bunda Aini untuk segera menjauh. Beberapa petugas lainnya kemudian beranjak melepaskan semua alat-alat pemompa kehidupan yang terpasang di seluruh tubuh Fara.

"Tidak. Jangan dilepaskan! Fara masih hidup!"

Tidak ada yang percaya. Para petugas medis segera melepaskan alat-alat pemompa kehidupan itu. Mengabaikan permintaan Bunda Aini yang mengatakan bahwa pasien yang tertidur di sana masih hidup.

Salah satu petugas medis hanya menaikkan sedikit alisnya. Ikut menyesal bahwa dia juga tidak bisa menyelamatkan nyawa pasien ini. Dengkingan lengking masih memekkan telinga. Layar monitor yang berupa garis lurus masih terus berjalan, membuat dada Bunda Aini seperti ditikam dengan pisau yang teramat tajam.

"FARA! BANGUN!" Teriak bunda Aini mulai putus asa.

Dan tiba-tiba, baru saja petugas medis ingin melepas salah satu alat yang terhubung di jemari Fara. Ia merasakan jaru manis pasien itu bergerak. Membuatnya tersontak kaget ketika garis lurus yang ada di layar monitor tiba-tiba memulai pergerakan naik turun.

Para petugas medis terlonjak kaget. Detakan yang awalnya bergerak tipis lambat laun berdetak seirama. Semua orang tertegun. Dokter yang tadi melangkah mundur dengan cepat kembali memeriksa keadaan pasien itu lagi. Bunda Aini juga ikut kaget. Segera berlari dan melepaskan cengkeraman dari orang yang sedari tadi menyuruhnya keluar untuk kembali mendekat ke arah Fara. "F-Fara."

Dan ketika dokter itu berusaha mengecek kembali denyut nadi dan jantung Fara, tiba-tiba jiwanya seperti tersontak kaget dan mata Fara langsung terbuka lebar-lebar. Membuat semua orang terlonjak kaget ketika Fara tiba-tiba hidup kembali dengan mata yang nyalang memandang ke atas sana.

***

Jadi gini, aku mau ngomong... sebenernya nih ya aku punya 2 akun.. wkwkwk

Katakanlah aku mempunyai 2 kepribadian. Hahaha. Karena di akun ku yang satu ceritanya suwerr beda banget sama di akun ini... well. aku gag tau. Gag tau kenapa aku udah gede tapi kadang juga masih labil. So, silahkan kalau mau mampir di akunku yang lain .. baca aja prolognya, kalok gag suka silahkan keluar dan jangan simpen di library. Tapi plis aku jangan dibuli karna bikin cerita absurd kayak gitu. Haha

Niih DNandasari

Hari ini aku update 3 cerita sekaligus. Siluet, Unexpected Relationshit sama Before Sunrise. Well UR insha Allah segera naik cetak, dan udah hampir tamat tinggal 2 3 bab lagi. Jadi jangan protes kalau sewaktu2 aku hapus ya... Berhubung Siluet (when i was dead) dan juga UR mau tamat. Aku emang sengaja nelorin cerita baru Before Sunrise. hehe. Before Sunrise terinspirasi sama authornya sendiri sih yang kocak. Yang udah gede. Udah kerja jugak, eehhh masih suka Bangtan Boys. Sapoo sih BTS? Yang suka Korea pasti ngerti. HEHE

Ketika Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang