Bab 3 - Terjebak di tubuh asing

11.9K 732 5
                                    

Sakit....

Aku benar-benar merasakan sakit dikepalaku. Kepalaku terasa sangat pening hingga membuatku sulit untuk membuka mata. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku pingsan, tapi aku dapat merasakan kalau tubuh ini sudah terbaring dengan nyaman diatas sebuah kasur.

Perasaanku mengambang. Aku tidak tahu pada saat ini aku masih masuk kedunia mimpi atau kedunia nyata. Semuanya gelap. Aku masih belum mampu untuk membuka mata karena sakit disekitar kepalaku.

"Jadi bagaimana keadaan Alin sekarang dok? dia sama sekali tidak mengenali bundanya sama sekali." Dan diantara semua kegelapan, samar-samar aku dapat mendengar dengan jelas percakapan antara dua orang yang kini ada disampingku.

"Sementara ini dugaan untuk Alin adalah amnesia. Yang harus kita lakukan saat ini hanyalah membantu dan terus mensupport agar ingatan dia cepat pulih."

"Tapi dokter, dia terus menyangkal kalau dia bukan Alin."

"Ini bukan pertama kalinya Alin berada dirumah Sakit, dulu ia pernah masuk kesini karena mencoba bunuh diri tetapi gagal. Dulu, Alin juga pernah bilang kalau dia begitu membenci hidupnya. Mungkin sebab itu saat ini dia tidak mau menjadi dirinya."

Dan disaat mereka menyelesikan pembicaraannya. Aku menangis didalam hati. Ya Tuhan apa yang sedang mereka bicarakan? Dan apa yang sedang terjadi pada diriku?

**

"Sssshhh."

Aku terus berpikir kenapa wajahku bisa berubah hanya dalam waktu satu malam setelah kecelakaan itu. Lalu kenapa orang-orang memanggilku dengan nama Alin, dan kenapa orang tuaku tidak mengunjungiku padahal mereka tahu kalau anaknya sedang dirawat di Rumah Sakit.

Dan akhirnya aku menyadari, bahwa hanya ada satu alasan yang dapat menjawab semua pertanyaan yang ada dikepalaku,

Aku terjebak didalam tubuh ini,

Dan yang harus aku lakukan adalah,

Aku harus mendapatkan tubuhku kembali dan berbicara pada semua orang tentang apa yang sudah terjadi pada diriku sebenarnya.

Tapi ketika aku mencoba untuk menggerakkan tubuhku, aku baru sadar kalau ternyata kedua tangan dan kakiku terikat disetiap sudutnya, hingga membuatku kesulitan untuk bangkit dari ranjang ini.

Ya Tuhan, apa yang telah mereka lakukan?kenapa mereka mengurungku seperti ini?

Aku mengibaskan pandangan kesekitar, ternyata untuk yang ketiga kalinya aku sudah dipindahkan kesebuah kamar tertutup, dan hanya ada aku seorang yang ada didalam kamar ini.

Tok tok tok,

Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk.

Seorang suster terlihat masuk kedalam ruangan. Tersenyum kearahku sambil membawa nampan berisi makanan. "Selamat sore Alin, aku membawakan makanan dan obat untukmu." Ucap suster itu sambil meletakkan nampan yang ia bawa keatas meja.

"Kamu harus makan Alin. Dari semalam kamu belum makan. Aku akan membantu menyuapimu." Ucapnya sekali lagi.

Tapi aku segera menggeleng-gelengkan kepalaku saat mendengar suster itu terus memanggilku dengan sebutan Alin. Dahiku mengerut. Mataku menatap tajam kearah dirinya.

Mau sampai kapan mereka memanggilku dengan sebutan Alin?

Aku tidak mau semua orang menganggapku sebagai Alin. Aku adalah Fara. Dan sampai kapanpun aku bukan Alin seperti apa yang mereka katakan.

Dahiku mengerut lagi. Pandanganku mengibas kesegala ruangan. Aku harus mencari cara agar aku bisa keluar dari Rumah Sakit ini. Aku harus membuktikan pada mereka semua kalau aku adalah Fara.

"Suster," ucapku. Kini mataku menatap kearah suster itu.

"Ya." Suster itu tersenyum sambil menatapku.

"Aku ingin pipis, tolong lepaskan ikatan saya." Ucapku memohon.

Mendengar perkataanku, raut muka suster itu langsung berubah. Suster itu nampak mengernyit. Menatapku sambil menggaruk-garuk kepadanya sendiri. Sepertinya ia sedang menimang-nimang dengan permohonan yang aku katakan tadi. "Tapi,"

"Tolong suster, saya ingin ke kamar mandi. Atau saya pipis disini." Ancamku.

"Jangan. Emmm, baiklah." Mendengar ancamanku suster itu langsung bergegas mendekat kearahku. Mengambil kunci yang ada di dalam saku seragamnya, kemudian berusaha melepas kunci yang menyandera tubuhku.

Berhasil. Aku harus kabur dari sini setelah suster ini melepaskan semua ikatanku. Pikirku.

Suster itu kini berhasil melepaskan semua ikatan tangan dan kakiku. Ia kemudian membantuku untuk bangun dari tempat tidur. Tetapi saat aku turun dari ranjang dan melihat suster ini lengah, aku langsung mendorong tubuh suster ini hingga terhempas jatuh kelantai.

"Aw." Suster itu memekik panjang. Merasakan sakit saat aku mendorong tubuhnya.

"Maaf suster saya harus pergi!" Ucapku meminta maaf. Setekah itu aku langsung berlari keluar dari ruangan. Mengunci pintu ruangan ini agar dia tidak mengejarku, dan mengabaikan suster itu yang terus berteriak-teriak meminta pertolongan untuk dibukakan pintu.

���

Ketika Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang