Bab 7 - Bunda Aini + Siapa Alan?

10.8K 672 24
                                    

Tempat apa ini?

Ketika kakiku melangkah memasuki pagar panti asuhan, aku hanya melihat sebuah pekarangan semak-semak belukar. Disekeliling gedung panti asuhan ini hanyalah sebuah kebun tak terawat dengan sampah yang berserakan diberbagai sudut halaman.

Gedung tua itu tampak begitu mengerikan dari arah depan. Guratan-guratan tua hampir disemua lapisan, sarang lumut yang terdapat diberbagai sudut, ditambah dengan cat dinding yang hampir semuanya mengelupas, bahkan tidak bisa dikatakan layak untuk sebuah panti asuhan.

"Lepaskan saya dokter. Saya tidak mau masuk!" aku terus meronta melepaskan diri dari cengkeraman dokter Raizal yang terus menggeret lenganku.

"Kau harus masuk Alin."

"Tidak!"

Disaat aku terus menjerit-jerit untuk minta dilepaskan, tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka. Seorang wanita paruh baya yang kuingat terus bersamaku saat di Rumah Sakit tiba-tiba muncul keluar dari pintu.

"Ya Tuhan Alin." Raut mukanya terlihat kaget saat menatap kearahku. Pandangannya masih syok, mulutnya agak sedikit terbuka ketika mendapatiku berdiri kaku didepannya.

"Alin," dan akhirnya dia menghamburkan tubuhnya ketubuhku. Terdengar suara isakan ketika ia memelukku. "Syukurlah kamu selamat, bunda mencarimu sampai kemana-mana." Ucapnya.

Aku masih berdiri kaku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dengan wanita ini. Dia terus menangis dan memelukku seperti orang yang sedang putus asa.

"Ehem," tiba-tiba terdengar suara deheman hingga membuatku melepaskan pelukan dari perempuan ini. "Kalau begitu saya permisi dulu." Ucap dokter Raizal meminta pamit.

"Tidak dokter. Tunggu!" aku menarik lengan dokter Raizal ketika dokter Raizal beranjak pergi meninggalkan aku sendirian bersama perempuan itu. "Saya tidak bisa disini dokter," desisku.

Dokter Raizal menatapku sebentar. Ia hanya tersenyum sambil melepaskan tanganku yang menarik lengannya. Dan setelah itu, ia melambaikan tangan kepadaku lalu beranjak pergi tanpa menjawab permintaanku.

Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?

Jeritku didalam hati.

***

Saat ini aku sudah benar-benar kehilangan kesempatan. Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya aku harus membuktikan kepada semua orang kalau aku ini adalah Fara. Aku sudah lelah, tenaga yang seluruhnya kukerahkan untuk membuktikan bahwa aku bukan Alin ternyata sia-sia.

Untuk kali ini saja biarkan aku istirahat sejenak. Kubiarkan diriku menuruti apa yang dikatakan orang-orang. Lagipula, aku butuh istirahat. Jika aku terus-terusan keras kepala, aku tidak akan pernah bisa berpikir jernih untuk membuktikan bahwa aku adalah Fara.

Aku juga butuh tempat tinggal, aku tidak tahu harus tinggal dimana selain menerima ajakan perempuan ini untuk tetap di panti asuhan ini. "Masuk Alin,"

Aku mengangguk. Mengekor dibelakang perempuan ini dengan putus asa. Sedari tadi, aku terus memeluk tubuhku sendiri ketika kakiku benar-benar melangkah memasuki ruangan. Ada perasaan asing menyeruak begitu saja ketika merasa bahwa aku benar-benar tidak mengenal tempat ini sebelumnya.

Kuamati keadaan sekitar. Ada banyak sekali anak kecil yang ada didalam rumah ini. Mereka terlihat bermain, sebagian nampak berkelompok dan sebagian lainnya duduk sendirian sambil mengamati teman-temannya bermain.

Ketika Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang