Bab 28 - Misteri yang terus bertambah

3.6K 386 13
                                    

Tuhan... sebenarnya apa yang sedang terjadi?

Fara kemudian bangkit. Melangkah keluar dari ranjang dan berlari ke arah cermin. Sekali lagi mengamati dirinya yang basah kuyup seperti ini. Membuat jantungnya berdetak dengan sangat keras saat ketakutan mulai menyanderanya.

"Apa yang sebenarnya aku lakukan?"

Fara tidak bisa berhenti menggigiti jemarinya. Membayangkan hal-hal mengerikan yang terus menghantui dirinya. Dan sekarang, bagaimana mungkin dia bangun dari tempat tidur dalam keadaan basah kuyup seperti ini?

Fara menggeleng-geleng keras. Menjambak-jambak rambutnya sendiri seperti orang frustrasi. Ia mengutuk takdir yang sampai saat ini terus membuatnya menderita. Mempermainkan dirinya hingga membuatnya terperangkap dalam ketakutan yang teramat sangat.

"Fara. Fara, tenanglah." Raizal yang sedari tadi mengamati Fara yang begitu syok langsung meraih lengannya. Memegang bahunya untuk menenangkannya.

"Bagaimana mungkin aku bisa tenang?! Lihat ini! Lihat aku!" Fara terus mencoba. Ia kemudian menepis tangan Raizal. Menjauh dari Raizal.

"Iya. Aku tahu. Tapi tenanglah." Disaat Raizal mencoba menenangkan Fara, tidak sengaja Raizal melihat pintu kamar yang tiba-tiba terbuka. Membuat Raizal tidak kalah syok dengan Fara. Menyipitkan matanya karena merasakan keanehan yang menghantui dirinya.

Bukankah tadi malam seharusnya pintu itu terkunci? Kenapa sekarang pintu itu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya?

Raizal melihat ke arah Fara lagi yang saat ini meremas tangannya. Ketakutan, sambil berjalan mondar mandir seperti orang depresi.

"Fara, aku mohon tenanglah." Raizal berlari ke arah Fara. Tidak mau melihat Fara yang begitu frustrasi seperti sekarang. Mencoba memeluknya untuk meringankan seluruh beban yang di tanggungnya.

Fara menangis. Sesenggukan. Ketakutan. Perasaannya benar-benar bercampur aduk saat ini. Fara tidak tahu bagaimana ia harus menggambarkan suasana hatinya saat ini. Yang jelas ia sudah terlalu pusing untuk memikirkan semua hal yang terjadi di dalam hidupnya.

Fara tahu. Ada sesuatu yang salah di dalam tubuh ini. Tapi semakin ia mencari tentang kebenaran di balik teka-teki semuanya. Fara malah dihadapkan oleh misteri yang tidak ada habisnya. Selalu bertambah hingga hampir membuat Fara gila.

Tiba-tiba Fara teringat kembali akan diary itu. Cepat-cepat ia melepas pelukan Raizal dan mencari diary itu kemudian membukanya kembali. Membacanya dengan seksama sebuah kalimat yang di garis bawahi oleh Alin yang berisi tentang rasa dendam yang teramat sangat.

Tuhan... jika aku terus disiksa seperti ini dan akhirnya nyawaku benar-benar mati ditangan mereka, Izinkan aku untuk membalaskan dendam kematianku dengan membunuh mereka

Fara menyipitkan matanya. Membaca perlahan kalimat itu dan mengulang berulang kali di dalam hati. Ia kemudian mengamati dirinya yang basah kuyup seperti ini. Hingga akhirnya, terdengar dering handphone yang akan menjawab semua pertanyaan yang ada di dalam kepala Fara. Sebuah broadcast message dari salah seorang teman Alin dan pesan itu sampai ke tangan Fara.

Dan ketika Fara membaca apa isi pesan itu, tiba-tiba tubuhnya bergetar. Jantungnya seperti berhenti seketika saat mendengar sebuah kenyataan kalau Nuci sudah meninggal.

Meninggal tenggelam di kolam renang.

Sekali lagi, Fara menatap lagi tubuhnya yang basah kuyup. Memandang dirinya ke arah cermin dari bawah sampai atas. Membaca lagi isi diary tentang dendam yang Alin buat untuk membunuh mereka.

Ya Tuhan. Mungkinkah?

Fara mengernyitkan dahinya. Untuk kedua kalinya tubuh Fara bergetar hebat saat teringat akan kejadian beberapa waktu yang lalu. Disaat Gea juga meninggal dan Maudi pernah mengatakan padanya kalau dirinya adalah pembunuh Gea.

Tidak. Ini tidak mungkin! Ini pasti hanya sebuah kebetulan. Ucapnya dalam hati.

Fara meremas kepalanya yang saat ini begitu pusing. Rasa sakit tiba-tiba menyergapnya. Membuat kepalanya berputar hingga tidak sanggup untuk ia tahan lagi. Sakit itu terus mencengkeram, dan di saat Fara sudah tidak mampu menahannya, Fara jatuh ke dalam kegelapan.

"Fara...!" Dan teriakan dari Raizal yang terdengar terakhir kali di telinga Fara.

***

Sementara itu, di tempat lain. Maudi masih menggenggam erat handphone miliknya dengan tangan yang gemetar. Bibir bawahnya membiru disertai dengan wajah yang sangat pucat. Air mata Maudi mengalir dengan sangat deras ketika mendapatkan pesan broadcast yang menyatakan bahwa sahabatnya Nuci telah meninggal dunia.

"Tidak. Ini tidak mungkin!" Maudi memekik keras. Ia masih tidak pecaya dengan apa yang sudah terjadi dengan Nuci.

"Tidak. Ini pasti salah!"

Maudi menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menjambak rambutnya seperti tidak mempercayai kejadian yang bertubi-tubi yang sangat membuatnya terpukul. Dulu dia kehilangan Gea, dan sekarang, kenapa Nuci juga ikut pergi bersamanya?

"Tidak mungkin! Lelucon macam apa ini?!" Tanpa sadar Maudi membanting handphone itu keras-keras ke atas lantai. Membiarkan semuanya buyar dan Maudi hanya bisa terjatuh lemas.

Seluruh pertanyaan mulai berkecamuk di dalam hatinya. Setelah semua hal terjadi di dalam hidupnya, tidak mungkin ini adalah suatu kebetulan bukan? Dan tiba-tiba Maudi mengepalkan kedua tangannya saat teringat akan satu nama. Sebuah nama yang Maudi yakini bahwa dia adalah biang kerok dari segala hal buruk yang menimpa dirinya.

"Alin!" Bahkan, ia tidak mampu menahan emosinya lagi saat menyebutkan nama itu. Tangannya mengepal penuh dengan kebencian disertai mata yang melotot tajam. Maudi yakin seratus persen bahwa dibalik sepeninggal teman-temannya, semua pasti ada sangkut pautnya dengan Alin.

Maudi kemudian bangkit. Keluar dari kamar dan buru-buru ke rumah Nuci untuk memastikan semua hal ini.

Ketika Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang