Bab 15 - Mimpi yang sama + pembalasan yang dimulai

8.6K 645 14
                                    

Pov Author

Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Disebuah ruang kamar yang redup, tampak seorang gadis tertidur dengan gelisah diatas ranjang miliknya. Butiran-butiran keringat terus muncul membasahi seluruh wajahnya. Kepalanya terus menggeleng-geleng. Sepertinya ia sedang bermimpi buruk kali ini.

Perkataan Alin yang penuh dendam entah mengapa terus terngiang-ngiang dikepalanya. Membuatnya sangat ketakutan dan berusaha untuk segera terjaga dari tidurnya.

Kalau kalian nekat meninggalkan aku, dan aku mati disini. Aku akan menghantui kalian dengan menyimpan rasa dendam ini. Aku berjanji jika aku mati, aku akan membuat kalian menyesal dan mati bersamaku.

Ucapannya terus berulang hingga membuat Gea sangat ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat saat ia semakin berusaha untuk bangun dari mimpi yang mengerikan ini.

"Tidak!" Jerit Gea.

Ia segera bangkit dari tidurnya saat ia sudah berhasil bangun dari mimpi buruknya. Nafasnya terengah-engah. Ia kemudina mengambil air minum yang ada diatas meja dan segera meminumnya.

"Astaga mimpi apa ini?" ucapnya sambil memijit kepalanya sendiri. Entah mengapa mimpi ini membuat kepalanya pening luar biasa. Gea kemudian menarik nafas panjang. Menormalkan nafasnya yang terengah-engah.

Tapi baru saja Gea dapat mengatur kembali nafasnya, tiba-tiba ia melihat sebuah bayangan hitam saat dia mencoba untuk tidur kembali. Bayangan itu sangat cepat bergerak. Membuat Gea langsung terhenyak kaget dengan apa yang baru saja ia lihat itu.

"Astaga."

Ia kemudian mengibaskan pandangan kesikitar. Menyingkap kelambu putih yang ada didepannya. Menajamkan penglihatannya untuk mencari bayangan apa yang tadi sempat ia lihat.

Deg deg deg,

Entah mengapa jantung Gea berdetak dengan sangat keras. Bulu kuduknya juga meremang saat menyadari bahwa ada sesuatu yang janggal disini. Tapi kemudian Gea menarik nafas. Ia meraih selimut lalu menghempaskan tubuhnya diatas ranjang untuk tidur kembali.

***

Pagi menjelang. Wajah Gea memucat saat dia pergi ke sekolah. Membuat kedua temannya khawatir saat memperhatikan Gea dengan wajah yang sangat pucat. Bahkan, saat Maudi dan Nuci mengajaknya pergi ke kantin dimana itu adalah tempat favorit Gea, Gea tetap saja lesu dan tidak berselera makan seperti biasanya.

"Ge. Lo kenapa?" tanya Nuci.

"Iya. Lo kenapa Ge? Muka lo pucet banget. Lo sakit?" Maudi ikut membenarkan apa yang dikatakan oleh Nuci.

Gea hanya menggeleng. "Enggak. Gue nggak papa. Gue hanya kurang tidur makanya gue kayak gini." Ucap Gea.

"Emang kenapa lo sampek kurang tidur?" tanya Nuci.

Gea menggeleng. "Gue hanya mimpi buruk." Ucap Gea.

"Mimpi buruk?"

Gea mengangguk. "Gue nggak tahu kenapa semalem gue ngimpiin Alin. Entah mengapa kata-kata Alin masih terekam dengan jelas dipikiran gue sampek sekarang." Gea kemudian melenguh panjang. "Sebuah kata yang berisikan dendam." Ucap Gea melanjutkan kata-katanya lagi.

"A-Alin?" entah mengapa Nuci menelan ludahnya sendiri. Ia terlihat memandang Gea dengan tatapan yang tidak percaya.

"Gue... Gue juga." Ucap Nuci kemudian. "Gue semalem juga ngimpiin Alin. Tiba-tiba bulu kuduk Nuci meremang saat menyadari bahwa dirinya dan Gea dihantui oleh sebuah mimpi yang sama.

Tiba-tiba Maudi yang sedari tadi hanya diam dan memperhatikan kedua sahabatnya, kini membuka suara. "Kenapa sih kalian nyebut nama itu didepan gue?" Maudi nampak mengerutkan dahinya saat menatap kearah Gea dan juga Nuci. "Bikin gue nggak nafsu makan tau nggak?"

Ketika Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang