Bab 13 - Aku Fara!

8.7K 642 33
                                    

Dengan kondisi yang mengenaskan, aku berjalan menyusuri jalan untuk pulang. Tubuhku basah kuyup. Aku mengigil kedinginan. Tanganku memeluk tubuhku sendiri berusaha untuk menghangatkan tubuhku.

Entah mengapa air mataku terus mengalir. Aku tidak pernah tahu kalau rasanya disia-siakan ternyata sesakit ini. Membuatku terus terisak disepanjang aku berjalan saat ini.

Ditengah-tengah perjalanan, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat disampingku. Nampak seseorang langsung turun dari dalam mobil itu dan berjalan menghampiriku. "Astaga Alin," dia kaget saat melihatku dengan kondisi basah kuyup seperti ini. "Kamu kenapa sampai seperti ini?" dia mengerutkan dahinya saat menatapku.

"Dokter Raizal,"

"Ya Tuhan Alin, kamu kenapa?" tanyanya kemudian.

Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku sendiri saat menjawab pertanyaan dari dokter Raizal. Aku hanya bisa menangis sesenggukan saat menatap wajahnya. Hingga akhirnya dokter Raizal meraih bahuku lalu memelukku dengan sangat hangat. "Baiklah, aku mengerti. Ayo ikut aku." ucap dokter Raizal sebelum menyuruhku untuk naik kedalam mobil miliknya.

***

"Terima kasih dokter," ucapku saat dokter Raizal mau meminjamkanku sebuah baju saat kami sudah sampai di apartement miliknya.. Meskipun baju yang dokter Raizal nampak kedodoran ditubuhku yang kecil ini, paling tidak baju ini mampu menghangatkanku.

"Sama-sama." Ucap dokter Raizal. Ia kemudian menyuruhku untuk duduk bersamanya di sofa ruang tamu yang ada di apartement ini. "Minumlah," ucapnya sambil menyodorkanku secangkir kopi untukku.

Aku mengangguk menerima kopi itu lalu mencecapnya agar tubuhku bisa menjadi lebih hangat.

"Memangnya ada apa? Kenapa tiba-tiba kamu basah kuyup seperti itu?" tanya dokter Raizal. Sepertinya dia masih sangat penasaran ketika tadi dia memergokiku dengan tubuh yang basah kuyup.

Aku hanya menggeleng. Tidak mau menjawab pertanyaan dari dokter Raizal. Aku terus menundukkan kepalaku karena menolak untuk membicarakan masalah ini kepada dokter Raizal.

"Alin," ucap dokter Raizal.

"Cukup dokter...," ucapanku tertahan saat dokter Raizal memanggilku dengan nama Alin. "Aku mohon jangan panggil aku dengan nama Alin." Ucapku sekali lagi. Entah mengapa telingaku sakit karena setiap orang memanggilku dengan nama Alin.

"Tapi Alin...,"

"Hentikan dokter!" ucapku setengah memekik. "Aku mohon dokter, aku sudah mengatakan berkali-kali kalau aku bukanlah Alin."

"Tapi, kamu hanya amnesia," ucap dokter Raizal. Membuatku langsung menggeleng-gelengkan kepalaku karena menolak jawaban dokter Raizal yang mengatakan kalau aku sedang amnesia.

"Seharusnya aku tidak menuruti permintaan bunda Aini. Seharusnya aku tidak pulang ke panti asuhan itu. Semakin aku menuruti permintaan kalian, maka kalian akan terus menganggapku sebagai Alin." Ucapku panjang lebar.

"Tapi Alin, aku yakin kamu amnesia dan hanya terobsesi pada orang lain sehingga kamu seperti ini."

"Hentikan dokter!" kini aku berani membentaknya. Aku sudah muak jika semua orang mengatakan kalau aku adalah Alin. "Aku bukan Alin dan aku tidak sedang terobesesi dengan orang lain." Ucapku. Nafasku kini memburu untuk menahan emosiku yang akan meluap.

Melihat dokter Raizal yang masih tidak percaya seperti ini, lebih baik aku segera pergi. Tidak akan pernah ada gunanya menjelaskan sesuatu kepada orang yang tidak pernah mengerti seperti dokter Raizal.

Ketika Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang