Bab 18 - Jiwa yang sempat hilang

9K 674 67
                                    

Fara meringsut mundur karena kaget akan perlakuan Dokter Raizal yang tiba-tiba ini. Berdiri dari sofa dan melangkah menjauh dari Dokter Raizal. Dan ketika Dokter Raizal melihat Fara yang syok seperti ini, cepat-cepat Dokter Raizal langsung meminta maaf kepadanya.

"M-Maaf, Fara. Aku tidak bermaksud bertindak kurang ajar padamu," ucap Dokter Raizal. Ia kemudian menatap Fara dengan tatapan menyesal. "Hanya saja ... perkataan yang tadi kuucapkan benar-benar tulus. Aku benar-benar tidak ingin kehilanganmu."

Dan perkataan Dokter Raizal langsung membuat Fara menatap ke arah Dokter Raizal. "Tolong jawab dengan jujur Dokter ... sebenarnya Dokter tidak ingin kehilangan siapa? Aku atau―" Kata-kata Fara tertahan.

"Tentu saja kamu, Fara." Ucap Dokter Raizal. Dia kemudian berjalan ke arah Fara. Memegang kedua bahu Fara berusaha untuk meyakinkannya.

Ada perasaan lega ketika Dokter Raizal mengatakan hal itu kepadanya. Sungguh. Fara benar-benar bersyukur ada orang yang benar-benar tidak ingin kehilangan dirinya. Disaat semua orang mempercayai kalau dia sudah meninggal, hanya Dokter Raizal yang mempercayai kalau ia masih hidup. Bahkan, Dokter Raizal juga mengatakan kalau dia tidak mau kehilangan Fara.

"Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu." Ucap Dokter Raizal sekali lagi.

"Terima kasih, Dokter. Hanya Dokter satu-satunya orang yang mau membantuku." Fara mengucapkan kata terima kasih pada Dokter Raizal. Tersenyum ke arah Dokter Raizal karena hanya Dokter Raizal yang mempercayainya saat ini. Jika tidak ada Dokter Raizal, Fara tidak tahu harus membagi kesedihannya dengan siapa lagi.

Dokter Raizal mengangguk. "Ya, tapi bisakah sekarang kamu memanggilku dengan menggunakan namaku saja? Aku tidak mau ada jarak diantara kita karena kamu terus-terusan memanggilku dengan sebutan Dokter." Ucap Raizal. Dia terlihat menepuk pundak Fara sebelum akhirnya dia pergi meninggalkannya. "Aku akan membuatkan teh hangat untukmu. Sementara itu kamu bisa mengganti seragammu dengan pakaian milikku lagi."

Fara mengangguk. Menuruti apa permintaan Raizal.

***

Sementara itu, Raizal telah selesai membuatkan teh hangat untuk Fara. Niatnya ia ingin segera memberikan teh hangat itu pada Fara, tetapi ia malah menemukan Fara sudah tertidur di atas tempat tidur.

Tubuh Fara meringkuk membelakangi Raizal. Membuat dahi Raizal mengerut lalu meletakkan teh buatannya di atas meja. Mungkin Fara benar-benar kelelahan sehingga dia bisa tertidur seperti ini. Membuat Raizal tidak tega membangunkan Fara.

Di sini, Raizal mengamati Fara dengan pandangan yang sangat lekat. Dari ujung kaki sampai ujung kepala, Raizal sadar betul kalau tubuh yang tertidur di sana adalah tubuh milik Alin. Tapi, bagaimana mungkin tubuh itu diisi oleh jiwa Fara? Dokter Raizal melenguh panjang, kemudian mengacak-acak rambutnya frustrasi. Bahkan, di dunia kedokteran yang selama ini dia tekuni tidak ada hal semacam ini. Sesuatu hal yang tidak bisa dijelaskan bahkan dimengerti oleh logika.

"Tuhan ... takdir macam apa ini?" Raizal mengamati Fara lagi. Melihat gadis yang tertidur di sana dengan pandangan putus asa.

Tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh kulit Raizal. Membuat Raizal menoleh ke arah jendela yang tidak tertutup. Tetesan-tetesan air hujan yang ada di luar sana membuatnya bergidik kedinginan. Raizal segera berjalan ke arah jendela dan menutup jendela itu rapat-rapat agar Fara juga tidak merasakan dingin yang menusuk tulang. Raizal benar-benar tidak ingin menganggu tidurnya. Karena ia tahu, Fara sangat membutuhkan waktu untuk beristirahat.

Raizal kemudian berjalan ke arah Fara. Membentangkan selimut untuk menutupi tubuhnya dari dingin yang menyiksa. "R-Raizal ..." Fara agak sedikit kaget saat merasakan seseorang menyelimuti tubuhnya.

Ketika Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang