Bab 10 - Penyelidikan

8.6K 643 29
                                    

Aku tidak tahu dengan apa yang kulakukan sekarang. Mungkin ini hanya sebatas rasa penasaran yang ada didalam otakku hingga aku bertindak sampai sejauh ini. Seluruh pemikiranku semenjak kemarin telah mematahkan logikaku kenapa aku dapat melakukan hal senekat ini. Pagi-pagi sekali aku rela menuju sekolah. Ya. Sekolah Menengah Atas tempat dimana seragam yang kemarin aku temukan digunakan.

Aku mengibas pandangan kesekitar. Ya. Tidak salah lagi. Dari tempatku memarkirkan mobil, aku dapat melihat dengan jelas banyak siswa mengenakan seragam yang sama persis dengan seragam yang aku temukan di ruangan milik dokter Andi.

Aku segera melangkah masuk. Setelah mendapatkan izin dari petugas satpam yang ada di sekolah ini, aku langsung masuk ke ruangan administrasi.

"Selamat pagi pak," ucapku basa basi saat aku berada didepan ruangan administrasi. Beberapa detik kemudian seseorang yang berada didalam langsung tersenyum kearaku. Ia kemudian menyuruhku untuk segera masuk mengikutinya.

Aku menurut. Duduk ditempat duduk dimana orang ini mempersilahkan aku duduk. Sesaat setelah itu, aku langsung membuka suara. Mengutarakan maksud hatiku kenapa aku datang ke sekolah ini.

"Maaf pak, maksud kedatangan saya kesini adalah, untuk mencari alamat Fara yang pernah bersekolah disini." Ucapku to the point.

Mendengar ucapanku, tiba-tiba petugas administrasi yang ada dihadapanku langsung memucat. Ia mengerutkan dahinya sendiri saat menatapku. Dia sedikit menahan nafas sebelum akhirnya ia membuka suara. "Fara?" ucapnya. "Tapi satu-satunya siswa yang bernama Fara disini sudah meninggal beberapa waktu yang lalu." Ucap pak tua itu kepadaku.

Aku mengangguk. Membenarkan apa yang dikatakan olehnya. "Tapi, saya ingin mencarinya pak. Emm.. maksud saya, saya ingin bertemu dengan orang tuanya karena ada beberapa hal yang harus saya sampaikan padanya." Ucapku menjelaskan.

Pak tua itu mengangkat alisnya saat aku mengatakan tentang orang tua Fara. Beberapa detik kemudian ia berdiri. Ia langsung menuju ke tempat dimana buku-buku besar dan sebuah map-map berjejer rapi di almari sana. Tubuh tuanya yang sangat rapuh membuatku langsung bangkit dari tempat dudukku. Aku membantunya saat dia meraih sebuah map besar yang berada diatas almari.

Dan setelah map besar itu sudah tergeletak diatas meja, dia segera membuka-buka map besar itu. Dan disaat tangannya sudah menemukan data diri Fara, pak tua itu langsung menyalinnya pada selembar kertas putih. "Ini nak," ucapnya sambil memberikan secarik kertas itu padaku.

"Terima kasih pak," ucapku. Aku kemudian meraih kertas itu. Tersenyum kepadanya karena pada akhirnya dia mau membantuku untuk mencari alamat rumah Fara.

"Gadis yang malang," celetuk bapak ini. Membuatku langsung mengangguk membenarkan apa perkataannya. Beberapa saat kemudian, ia meraih sebuah album yang ada didalam laci mejanya lalu memberikan kepadaku.

"Apa ini pak?" tanyaku.

Dia nampak mengernyitkan dahinya. "Hanya sebuah foto yang tak sengaja aku ambil beberapa waktu yang lalu." Ucapnya mengenang. "Beberapa waktu yang lalu, jauh sebelum Fara meninggal dia memintaku untuk membantunya memotret bersama kedua sahabatnya."

Mataku menyipit saat menatap kearah foto ini. Seorang gadis yang bernama Fara ini nampak begitu cantik saat dia tersenyum bersama dengan kedua sahabatnya.

"Ambillah," ucapnya kemudian. "Jika aku terus menyimpannya, itu akan membuatku mengingat kejadian buruk yang telah menimpanya."

Aku mengangguk. Tanganku kemudian meraih foto itu. "Terima kasih pak," ucapku, sebelum aku berpamitan untuk keluar dari ruangan ini.

Ketika Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang