Bab 14 - Sebuah mimpi

8.1K 614 22
                                    

Dimana ini?

Hanya kalimat itu yang aku ucapkan saat aku tidak tahu dimana aku berada saat ini. Ruangan ini sangat gelap. Disekitarku hanya penuh dengan barang bekas, serta tumpukan-tumpukan kardus yang berdebu hingga membuat paru-paruku sesak.

Pandanganku mengibas kesegala arah. Aku hanya ingin mencari cara agar aku bisa keluar dari ruangan ini. Dan ketika aku menemukan sebuah pintu keluar, aku segera menghampirinya. Tanganku meraih knop pintu lalu segera membuka pintu ini.

Mataku melebar saat aku berhasil keluar dari ruangan . Dahiku mengerut saat menyadari dimana aku berada. Sebuah lorong-lorong kelas ini menandakan bahwa sekarang aku berada di sekolah.

Ya. Ini adalah sekolah dimana tadi aku bersekolah sebagai Alin.

Aku mengibaskan pandangan keskitar. Tidak ada orang disini. Hanya ada aku seorang sedang berjalan melewati lorong demi lorong kelas yang terkesan tak berujung.

Sebuah kabut hitam telah menutupi pandanganku. Membuat hari yang sebenarnya masih pagi, tapi terkesan redup. Aku menarik nafas panjang. Bulu kudukku berdiri saat aku tidak tahu kenapa aku bisa disini.

Kakiku melangkah untuk melewati lorong demi lorong kelas. Dan ketika aku tak sengaja menemukan sebuah cermin besar berada didsamping mading yang ada didinding lorong kelas ini, tiba-tiba mataku melebar. Mulutku menganga dibuat tidak percaya karena pada akhirnya mukaku kembali. Dengan raut muka yang tirus, serta lesung pipi indah dikedua sisinya, serta hidung yang teramat mancung menandakan bahwa aku telah kembali menjadi Fara.

Ya Tuhan, syukurlah. Desisku dalam hati.

Sungguh. Aku sangat bahagia. Setelah sekian lama aku menginginkan agar aku dapat kembali ketubuh asliku, kini keingiananku terwujud.

Tapi, belum sempat aku berlama-lama berbahagia dengan perubahan tubuhku, tiba-tiba suara ribut-ribut mengangguku pendengaranku. Secara spontan aku langsung menoleh mencari sumber suara itu.

"Gea... Nuci... Maudi?" aku kaget setengah mati karena tiba-tiba mereka sudah berada tepat disampingku. Mereka nampak berbisik-bisik sambil mengintip dari arah balik pintu. Membuatku mengerutkan dahiku sendiri saat tidak tahu dengan apa yang mereka lakukan.

Apa yang sebenarnya mereka intip?

Dari celah pintu yang tak tertutup sempurna, mereka nampak melihat kearah ruangan yang ada didalam. Membuatku penasaran dan ikut mengintip apa yang mereka lihat sebenarnya.

Astaga.

Hanya itu yang keluar dari mulutku saat ini.

Ya. Aku tahu siapa itu. Dia adalah Alin. Orang yang selama ini kurasuki tubuhnya. Dia nampak tersenyum lebar saat berhadapan dengan kedua orang perempuan yang usianya jaub lebih tua dengannya.

"Bu Inggrid?" aku mendesiskan nama itu saat mengetahui kalau salah satu dari perempuan-perempuan itu adalah guru wali kelas yang sempat aku temui tadi pagi.

Lalu siapa perempuan yang satunya? Dia nampak begitu akrab dengan Alin?

"Selamat Alin. Kamu benar-benar hebat. Kamu berhak mendapatkan beasiswa ini," ucap perempuan itu. Suaranya agak kencang hingga membuatku dapat mendengar secara jelas percakapan antara mereka.

"Terima kasih bu,"ucap Alin.

"Saya bangga denganmu, Alin. Kamu cantik, baik, sopan, jujur dan kamu sangat pintar. Coba saja, anak kami Maudi juga bisa seperti dirimu." Ucap perempuan itu sekali lagi.

Ketika Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang