Married 15

162K 6.8K 57
                                    

Beberapa bulan pun berlalu, dan Zolla... yaa... hanya menjadi sahabat. Beberapa bulan ini juga Jonathan tidak berpacaran dan dia juga sudah tidak mencintai Vie lagi.

Banyak perubahan dalam diri Jonathan dan kawan kawannya. Antara lain, sekarang Jonathan tidak suka make out dan keluar masuk bar. Mereka jarang membully anak anak lagi,walaupun tatapan tidak suka mereka saja membuat anak lain takut.

"Eh Zoll, gak kerasa ya ini udah 6 bulan." Kata Jonathan sambil merangkul Zolla. Zolla bisa merasakan bau musk dari tubuh Jonathan, yang membuat pipinya memerah.

"Eh??? Kenapa pipi lo merah gini?" Tanya Jonathan, lebih tepatnya untuk menggoda Zolla.

"Gak... disini panas aja." Kilah Zolla.

"AC nya udah nyala, lo juga gak keringetan. Kenapa coba? Jangan jangan lo lagi mikir kotor ya?" Kata Jonathan yang langsung mendapat cubitan di pinggangnya oleh Zolla.

"Apaan sih? Ga usah cubit cubit juga kali." Kata Jonathan gusar.

"Cuci tuh otak lo. Lo tuh yang pikirannya mesum terus." Kata Zolla. Dia menoleh ke arah Jonathan. Dia meneguk ludah melihat tatapan tajam Jonathan.

"Apa lo bilang?" Katanya dengan suara yang mengintimidasi.

"Nggak kok... bercanda. Bercanda aja kok." Kata Zolla sambil tertawa. Dia langsung memeluk Jonathan. Jonathan pun terkekeh dan membalas pelukannya.

"Emang segitu lucunya muka gue? sampe gak mempan buat marahin lo?" Tanya Jonathan. Zolla melepas pelukan mereka dan tersenyum.

"Mempan kok... tapi timingnya yang gak pas. Makanya jadi lucu." Zolla tertawa lagi mengingat ekspresi Jonathan.

"Diem gak. Kalo gak, lo gue cuekin nih." Ancam Jonathan. Zolla berusaha meredakan tawanya. "Ooo... mau nyuekin gue. Emang bisa?" Tantangnya.

"Lo aja lah yang gak bisa. Ntar nangis nangis." Kata Jonathan pede.

"Amit amit deh..." Ketus Zolla. Iya juga sih, gue bakalan nangis kalo lo tinggalin. Batin Zolla.

"Eh, gue lupa bilang... mama, mami, papa, sama papi mau makan malem kesini besok." Zolla langsung menoleh.

"Makan malem?" Ulang Zolla.

"Iya Zolla.... telinga lo masih normal kan? Atau udah berdenging denger teriakan Fanya tiap hari?" Kata Jonathan.

"Yeee... telinga gue normal kali." Ucap Zolla.

"Oh iya, sore ini gue ada tanding basket. Kata Pak Daren, pelatih gue, hari minggu jam 4 sore. Lo ikut gak nih? Gue sama temen temen gue, sama Mikhael masuk tim inti." Kata Jonathan.

"Mikhael? Kok bisa anak baru masuk tim inti?" Tanya Zolla heran.

"Kan ini udah liburan semester juga, Zoll. Dia udah satu semester disini, itu lumayan lama lah. Basketnya juga jago kok." Jawab Jonathan.

"Iya iya deh... Oh ya... nanti kita masuk selang 1 bulan, pengurus OSIS ngadain Camping ke danau terpencil yang ada di sekitar hutan 10 km dari sekolah kita. Kerjaan lo gimana?" Tanya Zolla.
"Asisten gue yang ngurus. Dia orang kepercayaan papi." Kata Jonathan santai. Dia sedang memainkan laptopnya sekarang. Zolla hanya melihat dengan bingung.

"Ini bukan level lo. Lo ngitung x+x aja gak bisa mau ngurusin keuangan... gimana jadinya nanti." Sindir Jonathan.

"Sorry lah... gue gak teliti waktu itu. Gue masih 10 besar juga kali. Dan kalo masalah keuangan, otak lo emang encer. Gue akuin deh." Kata Zolla menyerah. Jonathan tidak menanggapinya. Dia hanya tersenyum.

"Eh, ini udah jam dua, lo gak siap siap?" Tanya Zolla.

"Udah, ada di bagasi mobil. Lo ikut kan?" Tanya Jonathan. Xolla mengangguk.

"Yaudah, mandi gih. Habis itu gue yang mandi." Kata Jonathan.
Zolla mengangguk. Dalam hati, Zolla senang karena Jonathan lebih hangat sekarang, tidak seperti es batu yang dulu.

★★★★★★★★

"Udah siap? yuk..." Ajak Jonathan. Zolla mengangguk.

Jonathan memakai baju basket yang dilapisi dengan jaket, sedangkan Zolla memakai kaos putih dengan jeans biru.

Sesampainya disana Jonathan menarik Zolla menuju ruang ganti timnya.

"Ehh... ngapain nih... ini isinya cowok semua tau..." Kata Zolla sambil mencoba melepaskan tangannya. Tetapi tidak berhasil.

"Oh, lo mikirin cowoknya ya? Niat gue sih lo nonton barengan sama Fanya. Tapi, lo pergi aja deh." Kata Jonathan datar. Dia berlalu meninggalkan Zolla. Cepat cepat Zolla menyusulnya.

"Jon... gue gak maksud gitu. Gue takut aja kalo mereka lagi ganti, atau lagi nyusun strategi. Nanti gue ganggu." Kata Zolla sambil menarik tangan Jonathan. Jonathan hanya menghela nafas panjang. Dia merangkul Zolla dan mengajaknya masuk ke ruang ganti itu.

"Ada toilet disini. Dan lagian mereka gak akan bisa nyusun strategi." Kata Jonathan.

"Emang kenapa?" Tanya Zolla. "Tim basket kok gak bisa nyusun strategi." Lanjutnya.

"Ya karena kaptennya belum ada. Kan belakangan ini pelatih kita ambil cuti, jadi papan buat nyusun strategi ada di gue. Emang mereka mau nulis dimana? Lantai? Tembok? Enggak kan." Kata Jonathan panjang lebar. Zolla takjub karena ini salah satu kalimat terpanjang yang Jonathan katakan padanya.

"Iya, nyantai aja kali. Gue kan gak tau." Kata Zolla santai.

"Tuh Fanya. Kalian ke tribun penonton gih." Suruh Jonathan.

"Ngusir nih ceritanya?" Tanya Fanya dyang ada di belakang Jonathan.

"Iya. Ada masalah?" Jawab Jonathan cuek.

"Lo tuh... dasar es. Nyebelin tau gak." Ucap Fanya karena sebal dengan nada cuek Jonathan.

"Ayo pergi deh mendingan." Ajak Zolla sambil menarik tangan Fanya ke tribun penonton. Mereka pun mengobrol sambil menantikan pertandingan.

★★★★★★★★

Pertandinan sudah selesai. Skor akhir adalah 24-16, penenangnya adalah Tim Jonathan.

Zolla dan Fanya menyusul ke ruang ganti lagi. Sampai disana, mereka tidak menemui Jonathan sama sekali.

"Emm... Cleo, Jonathan mana ya?" Tanya Fanya kepada Cleo yang ada di ruangan ganti itu.

"Gak tau. Tadi dia keluar habis ganti. Mmm... sama cewek sih. Gak tau siapa. Dia keluar, mungkin ke arah parkiran. Kalo gak salah." Kata Cleo sambil berpikir.

"Ok, thanks. Gue balik duluan ya." Pamit Zolla kepada Fanya dan Cleo. Mereka hanya mengangguk.

Zolla sangat sangat penasaran. Siapa perempuan yang diajak Jonathan itu? Pacarnya? Atau Jonathan udah mulai kebiasaannya make out lagi? Zolla cemas. Hatinya berdetak tidak menentu.

Sesampainya di parkiran, Zolla langsung mencari Jonathan. Opsi pertama yang ada di pikirannya adalah mobil Jonathan. Dia langsung mencari Jonathan di sekitar mobilnya.

Terdengar suara sayup sayup yang tidak jelas. Zolla pun semakin penasaran. Dia mempercepat langkahnya dan....

Yang dia temui adalah Jonathan berciuman mesra dengan seorang perempuan seusianya, dengan rambut brunette. Zolla yang menyaksikan hal itu hanya bisa tersenyum getir sambil menunduk dan membatin.

'Apa gue kurang di matanya? Apa dia gak bisa ngerasain rasa cinta gue?' Banyak pepatah mengatakan, perempuan takdirnya dikejar, bukan mengejar. Tetapi itu sepertinya tidak berlaku untuk Zolla.

"Zolla..." Lirih Jonathan saat mengetahui Zolla tertunduk di depannya dan teman wanitanya itu.

★★★★★★★★

Berantem lagi.... berantem lagi... gak ada abis abisnya nih.

Ada yang penasaran siapa perempuan itu? Vomment ya buat next chapternya.

Callista

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang