Married 17

155K 6.2K 112
                                        

Zolla langsung menuju ke kelasnya. Dia sebenarnya tidak ada niat ke toilet sedikit pun. Dia hanya mencoba... yah... menghindari Jonathan.

"Zoll... lo kemana aja sih? ke toilet lama banget." Kata Fanya.

"Gue tadi jalan jalan bentar, cari angin." Kilah Zolla. "Lo ngapain ada di kelas gue?" Lanjutnya.

"Gapapa kan..." Kata Fanya. Zolla hanya mengangguk. Dia menolehkan pandangan ke pintu. Jonathan sedang berbicara kepada seorang gadis. Gadis yang kemarin. Zolla sempat terkejut karena gadis itu juga bersekolah disini. Tapi di sisi lain hatinya lagi lagi perih karena melihat gadis itu menggelayut di lengan Jonathan.

"Jadi... lo suka sama Jonathan?" Kata Fanya pelan. Zolla hanya mengangguk lemah dan menghela nafas panjang.

"Salah ya? Salah kalo gue udah mulai suka sama dia?" Keluh Zolla. Fanya menggeleng.

"Ga ada yang salah kok." Kata Fanya lembut.

"Kalo ga salah, kenapa Tuhan kasih rasa sakit terus ke gue." Satu air mata berhasil menembus pertahanan Zolla.

"Gue yakin kok, cepat atau lambat, Jonathan bakal sadar kalo lo suka sama dia." Kata Fanya.

"Bagus kalo dia sadar terus suka sama gue. Kalo dia malah ngetawain gue gimana? Kalo dia benci gue gimana? Dia itu bukan orang yang serius dalam official, Fan." Air mata itu keluar makin deras. Zolla begitu takut membayangkan hal itu.

"Gue tau seumur umur lo gak pernah pacaran, iya kan? Lo langsung dinikahin sama orangtua lo. Tapi gak ada salahnya kan kalo kalian coba dari tahap pacaran? Bukan langsung nikah kayak status kalian." Fanya tau kalau Zolla selalu memikirkan kemungkinan buruk, karena dia tidak pernah berpacaran. Dan sepertinya, Jonathan adalah orang pertama yang mengisi hati Zolla.

"Thanks." Kata Zolla pelan. Dia pergi keluar kelas.

"Ada satu hal yang perlu gue beresin disini." Fanya keluar kelas. Dia mencari sosok Jonathan. Dan ketika menemukannya, dia langsung menyeretnya keluar keramaian. Semua orang hanya bingung karena tingkah Fanya itu.

Dan disinilah mereka sekarang. di ujung koridor dekat gudang yang sangat jarang didatangi. Fanya melepaskan tangan Jonathan dengan kasar.

"Lo ngapain bawa gue kesini?" Tanya Jonathan. "Apa jangan jangan lo mau mer--"

"Gausah mikir hal mesum deh." Potong Fanya. Jonathan terkekeh.

"Iya iya." Tawanya berhenti ketika mendapat tatapan tajam dari Fanya.

"Gue cuman mau kejelasan dari lo. Siapa cewek yang nggelayut di tangan lo waktu di koridor kelas tadi?" Tanya Zolla.

"Hah? Oh.. dia mantan gue." Kata Jonathan. "Gue udah ga mau tapi dia tetep gelayutan gitu." Fanya sedikit emosi dengan jawaban itu.

"Lo tau gak sih kalo Zolla cemburu ngeliat hal itu?!! Lo gak pikirin kenapa dia ngehindarin lo?!! Itu semua karena dia takut terjebak lebih jauh dalam pesona lo!!! Lo peka dong jadi cowok." Kata Fanya setengah berteriak. Jonathan terkejut mendengar pernyataan itu.

"Zolla... suka sama gue?" Tanyanya lagi.

"Iya bro... masa gitu aja lo ga tau. Lo harusnya tuh peka sama keadaan. Tadi gue liat Zolla nangis. Dan setelah denger amukan Fanya, gue rasa dia nangis gara gara mantan lo itu." Fanya terkejut karena Mikhael datang dari belakang dan merangkulnya.

"Ka-kalian serius?" Jonathan tidak menyangka Zolla akan menangis karena dia.

"Kita serius. Dan sebaiknya, lo jangan tanya hal ini ke Zolla. Gue gak mau kalo Zolla sedih karena tau kenyataan kalo lo belum bisa suka sama dia." Kata Fanya sambil meredam emosinya.

"Lo tau dimana Zolla sekarang?" Tanyanya pada pasangan itu.

"Dia tadi bawa tas. Mungkin mau bolos. Pulang kali." Jonathan dan Fanya terkejut mendengar kata kata Mikhael.

"Demi apa? Setau gue Zolla itu gak pernah bolos kayak gini?" Kata Fanya frustasi. Jonathan memijat keningnya.

"Yaudah. Gue titip ijin ke kalian. gue susulin Zolla dulu." Kata Jonathan dan dia pun berlalu.

"Ekhm... aku gak suka liat kamu pegang pegangan tangan sama Jonathan. Apalagi narik ke tempat kayak gini. Nanti kalo kamu diapa apain gimana?" Tanya Mikhael dengan nada pelan namun tajam. Fanya menunduk.

"Maafin aku..." Kata Fanya pelan. Mikhael hanya tersenyum dan membawa Fanya ke dalam dekapannya.

★★★★★★★★

Sementara itu, Zolla sudah keluar dari area sekolah. Dia tidak mungkin masuk kelas dengan wajah sembap seperti ini. Zolla tidak tau kalau ada yang mengikutinya dari belakang.

"Mmmmpphh!!!" Teriak Zolla saat orang itu membekapnya sdengan sapu tangan. Tetapi kesadarannya mulai menipis. Sepertinya ada obat tidur dalam saputangan itu.

Sementara itu, Jonathan terus mengemudi dengan penuh penyesalan. Dia tidak tau kenapa bisa semenyesal ini.

Sesampainya di rumah, dia mencari Zolla di setiap ruangan. Tetapi tidak menemukannya.

"Bi Asihhh!!!" Seru Jonathan. Bi Asih yang sedang mengepel lantai tergopoh gopoh mendatangi Jonathan.

"Ada apa toh, Den? Kenapa udah pulang jam segini?" Tanya Bi Asih.

"Zolla mana?" Tanya Jonathan tidak sabar.

"Loh, kan sekolah den. Belum pulang tuh dari tadi." Kata Bi Asih.

"Bibi nanti pulang jam berapa?" Tanya Jonathan.

"Habis ini bibi balik ke rumah bapaknya Zolla." Kata Bi Asih. Jonathan hanya mengangguk angguk.

"Yaudah Bi. Nanti kalo Zolla pulang kabarin saya ya." Jonathan lalu pergi.

"Lo kemana sih Zoll?" Kata Jonathan cemas.

★★★★★★★★

Zolla terbangun di dalam sebuah kamar, mungkin kamar hotel. Dia samar samar melihat 3 wanita yang dikenalnya sebagai mantan Jonathan. Dan 1 wanita yang dia kenal sebagai pacarnya -mungkin- untuk sekarang.

Tangan dan kaki Zolla diikat di tepi tepi tempat tidur.

"Lo udah bangun Zolla?" Tanya Claire. Zolla hanya membuang muka.

"Wah berani juga ya lo?Febby, ini enaknya kita apain ya?" Tanya Vie pada perempuan yang Zolla anggap sebagai pacar Jonathan.

Jadi namanya Febby... batin Zolla.

"Mmm... gini nih. Kita berempat tuh lagi baik sama lo Zoll. Biasanya kan terkenal sama yang namanya cewek sewaan. Nah kita punya cowok sewaan buat 'main' sama lo." Kata Febby. Zolla menangis.

"No... please..." Kata Zolla.

"Mmm... lumayan loh Zoll, sama gedenya kayak punya Jonathan. Lo pasti udah tau ukurannya kan? Secara tingkah laku lo itu kayak bitch!!!" Kata Alana sambil menampar pipi Zolla. Zolla hanya bisa menangis.

"Mau kalian apa, hah?" Tanya Zolla. Mereka menyeringai.

"Kita mau lo jauh dan putus dari Jonathan. Kita benci sama lo, bitch!!!" Zolla hanya bisa menangis mendengar perkataan Alana.

"Gue telpon aja ya pangeran lo itu, biar tau semua kelakuan lo nanti." Kata Vie. "Tapi sebelumnya, kita panggil dulu nih cowok yang dengan senang hati kita sewain buat lo." Kata Febby. Dia membuka pintu, dan lelaki usia 30 an dengan kumis dan janggut serta pandangan penuh gairah menatap Zolla. Zolla menangis sejadi jadinya.

Jonathan... batinnya memanggil suaminya itu.

★★★★★★★★

Yang perlu aku sampaikan disini adalah aku membuat di cerita ini tidak ada 21+ atau yang istilahnya 'masuk masukan' itu. Mungkin hanya 17+ karena itu memang alur dari cerita, dan itupun sudah saya minimalkan.

Yaudah... mau tau kejadian selanjutnya. Vomment dulu yaa...:))

Callista

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang