Zolla hanya menunduk seakan tidak peduli dengan panggilan Jonathan. Padahal dia sedang meredam emosinya sekarang. Hatinya sangat perih. Dia juga menahan tangisnya agar tidak pecah sekarang juga. Saat itu pula, perempuan tadi melenggang pergi melewati Zolla.
Satu menit kemudian, Zolla mengangkat wajahnya dan memberikan fake smile terbaiknya kepada Jonathan.
"Jadi... lo udah punya pacar baru? Yaudah... gu-gue nebeng Fanya sama Cleo aja deh." Kata Zolla sambil berbalik. Dia sudah tidak bisa menahan tangisnya lagi. Air matanya sudah turun. Saat itu pula, ada yang menahan tangannya. Ya, Jonathan.
"Ngapain nebeng mereka? Ayo pulang..." Kata Jonathan dengan nada datar.
"Pacar lo gak dianterin?" Kata Zolla. Dia membekap mulutnya sendiri agar isakan tidak keluar dari mulutnya.
"Gak." Jawab Jonathan. "Ayo pulang..." Jonathan melembutkan suaranya. Zolla hanya mengangguk. Dia melepaskan tangan Jonathan yang menggenggam tangannya dengan pelan. Dia berlalu menuju sisi lain mobil dan langsung masuk ke mobil. Dia mengusap wajahnya dengan kasar dan cepat sebelum Jonathan masuk ke dalam mobil. Mereka pun meninggalkan lapangan parkir itu.
Di perjalanan suasana mobil sangat tenang, Zolla hanya menghadap ke kaca mobil dan melihat pemandangan luar. Dia tidak mau Jonathan mengetahui wajahnya yang sembap ini.
Dia juga mengingat momen itu dan perkataan Jonathan terus terngiang di kepalanya.
"Zolla? Lo mau nggak nih? Gue tau gue gak pernah ada friendship sama cewek. Tapi gue nyaman ada di deket lo. Jadi... lo mau jadi sahabat gue?"
Dan saat itu pula, air mata Zolla jatuh lagi. Dia ingin menangis sekencang kencangnya sekarang. Jika saja Jonathan tidak ada di sebelahnya. Zolla membekap mulutnya mencegah isakan keluar dari mulutnya.
Dia berhasil. Zolla menangis dalam diam. Zolla langsung keluar dari mobil begitu sampai di halaman rumahnya dan berlalu menuju rumah.
Jonathan hanya menatap Zolla heran. Dia tahu kalau Zolla menangis sejak tadi. Tetapi dia tidak mau terkena imbas kemarahan Zolla yang dia tidak tahu karena apa. (Tai banget gak?)
"Zolla?" Panggil Jonathan ketika dia sudah memasuki kamar mereka. Zolla terkejut dan segera bangkit dari tempat tidur dan berlalu menuju ke kamar mandi. Jonathan mulai tidak sabar dengan tingkah Zolla. Dia menarik Zolla yang melewatinya dan membenamkan tubuh Zolla dalam pelukannya. Zolla mendorong tubuh Jonathan pelan dan menghapus air matanya di depan Jonathan. Sepertinya dia tidak perlu menyembunyikan tangisnya lagi.
"Lo kenapa Zoll?" Tanya Jonathan pelan. Dia mencoba mengelus kepala Zolla, namun tangannya diturunkan secara pelan oleh Zolla. Zolla tidak mau Jonathan tahu kalau dirinya sedang menangis karena Jonathan. Dan jika Zolla memperlakukan Jonathan dengan kasar, otomatis Jonathan akan langsung tau kalau dirinya marah kepada Jonathan. Dahi Jonathan mengerut dalam.
"Hei... lo gapapa? Kenapa nangis." Kata Jonathan memegang pundak Zolla. Tetapi tangannya kembali diturunkan oleh Zolla. "Gue gapapa kok." Kata Zolla, yang pasti tidak akan dipercaya Jonathan. Dan benar.
"Gak mungkin. Kenapa sih? Cerita lah sama gue." Kata Jonathan penasaran.
"Gak papa... gue mandi dulu." Kata Zolla sambil memasuki kamar mandi. Jonathan hanya mengerutkan dahi pertanda heran.
Semalam itu, Zolla hanya diam. Saat Jonathan menanyainya kenapa, hanya dibalas gelengan oleh gadis itu. Mereka pun tidur malam dengan perasaan tidak nyaman. Jika besok tidak sekolah, mungkin Jonathan sudah mengikat Zolla di kursi dan menanyainya apa yang terjadi sampai Zolla mau menjawabnya.
★★★★★★★★
"Hai guys... gimana nih kelas baru kalian?" Tanya Steven pada teman temannya.
"Gue sekelas sama Dio dan Mikhael. Kelas 12C. Hehehe... seneng juga sih. Hari ini juga masih perkenalan dan nasehat nasehat khas anak kelas 12 sih." Kata Fanya. Ya, kalian tau lah nasehat yang diberikan guru ke anak kelas 12 yang mau lulus.
"Gue sekelas sama Cleo. Kelas 12B. Iya, kita juga diceramahin." Kata Steven.
"Gue sekelas sama Zolla. Kelas 12A. Dan yah... sama lah kayak kalian." Kata Jonathan. Semua mengerling menggoda ke arah mereka. Jonathan hanya memutar matanya, sedangkan Zolla langsung beranjak pergi. "Gue ke toilet."
"Kalian kenapa deh? Aneh banget. Diem dieman kayak gini. Ada masalah?" Tanya Fanya pada Jonathan.
"Gatau. Dari kemaren habis pulang basket dia kayak gitu." Kata Jonathan dengan nada yang juga heran.
"Daei pulang basket... Oh... Zolla kemaren nyari lo di ruang ganti. Gue bilang lo ke parkiran sama cewek yang gue ga ngerti siapa." Kata Cleo.
"Hah? Lo ngapain sama tuh cewek Jon?" Tanya Dio.
"Dia mantan gue. Gue gak mau buat keributan disana. Dan ya, gue ke parkiran. Cewek itu minta last kiss ke gue buat tanda perpisahan." Kata Jonathan.
"Dan itu kepergok Zolla?" Tanya Steven. Semuanya sudah mulai mengerti kronologi permasalahan ini.
"Ya. Dia nangis ga jelas gitu. Terus setiap gue ngomong cuma dijawab anggukan atau gelengan. Dia gak mau gue rangkul kayak biasanya. Dan waktu gue tanya kenapa. Dia jawab gapapa." Desah Jonathan putus asa.
"Sebaiknya lo lebih peka sama perasaan orang lain ke elo, Jon." Kata Mikhael yang diikuti anggukan dari yang lainnya.
"Emangnya kenapa?" Tanya Jonathan tidak mengerti.
"Kasian kalo lo ga peka ke dia. Dia juga malu buat ngungkapin hal itu Jon. Lo tau, cewek ga punya keberanian buat ngungkapin perasaannya. Jadi lo sebagai cowok harus peka. Keburu nanti lo menyesal." Jonathan hanya mengerutkan dahinya mendengar perkataan Cleo tadi.
"Yaudah, gue sama yang lain ke kelas dulu ya." Kemudian mereka semua meninggalkan Jonathan sendirian di halaman tempat mereka berkumpul tadi.
"Hai, Jon..." Kata seorang laki laki di belakang Jonathan. Jonathan langsung bangkit dan menoleh ke belakang.
"Lo..." Tunjuk Jonathan ke arah orang itu.
"Gue cuma mau minta maaf. Gue sadar, gara gara gue, lo jadi gak percaya sama yang namanya hubungan kekasih." Kata Laki laki itu sambil menunduk.
"Apa lo bilang hah?!! Gue percaya sama hal itu. Gue gak pernah main main sama relasi official. Kenapa lo dateng ke hadapan gue dan bilang hal itu Nathan?!!! Gue udah cukup membentengi ingatan itu. Dan sekarang dengan lo muncul, itu sama aja ngancurin tembok yang udah gue buat!!!" Teriak Jonathan pada Nathan. Untung halaman ini sepi. Jadi tidak ada yang mendengarnya.
"Otak lo emang serius. Tapi hati lo enggak, Jonathan. Gue cuma kasian sama Zolla." Kata Nathan dengan nada seakan sudah biasa menghadapi kemarahan sahabatnya itu.
"Zolla??!!! Setelah yang lo lakuin ke Vega, lo tinggalin dia. Sekarang lo mau mau gituin Zolla, hah?!!" Kata Jonathan dengan keras.
"Gue gak akan lakuin itu lagi. Gue serius cinta ke Zolla, Jon." Kata Nathan.
"Gue gak akan biarin lo dapetin Zolla. Banyak cewek rendahan diluar sana yang sederajat sama lo. Cari aja salah satu dari mereka. Jangan lo sentuh Zolla sedikit pun." Kata Jonathan sambil meredam amarah. Dia berlalu pergi sambil menabrak bahu Nathan dengan keras.
Sementara itu, ada sepasang mata yang menyaksikan mereka dengan terkejut. Ada apa dengan mereka? Batin wanita itu pelan.
★★★★★★★★
Hai hai... New chapter.
Ada yang penasaran sama apa yang terjadi antara Jonathan sama Nathan? Atau bagaimana kelanjutan kisah cinta Zolla yang gak terbalas? Atau ada yang mau nyuruh aku bunuh Jonathannya karena gak peka?#evilsmirk
Kalo penasaran, keep reading ya... vomments juga... follow aku juga ya di wattpad (yang satu ini gak maksa kok)
Callista
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage
RomanceCover by: samuderablue Dia cowok pembully di sekolah Dia cowok berandalan di sekolah Dia selalu dapet nilai paling tinggi Dia suka menggoda perempuan Dia ketua tim basket ........ Dia suamiku. Kisah pernikahan antara anak SMA... ya SMA! Kisah aneh a...