Married 29

126K 5.3K 96
                                    

"Aku bisa jelasin." Ucap Jonathan. Sekarang mereka ada di kamar. Tempat terbaik bagi mereka untuk menumpahkan perasaan sakit.

Zolla hanya menoleh. Matanya sembap, hidungnya memerah, dan rambutnya sudah berantakan. Dia sudah di batas kekuatannya untuk bersabar.

"Aku sama Vega... Kita emang pernah tidur." Ucap Jonathan. Hati Zolla hancur seketika.

"Ja-jadi.... I-itu bukan e-editan?" Ucap Zolla terisak. Awalnya dia mengira Jonathan hanya bercanda. Jonathan hanya bisa diam.

"Dulu... A-aku gak sadar ka-kalo Vega segila i-itu. A-aku diajak sama dia. Di tebar bentuk tubuhnya di depan aku. A-aku gak bisa tahan." Lirih Jonathan. Zolla hanya diam dan terus terisak.

"Aku pikir dia masih suci dan ngelakuin hal itu cuma sama aku. Tapi ternyata enggak." Lanjutnya penuh sesal. "Aku udah benci sama dia, dia yang ambil kesucianku, dan... Sejak itu aku mulai main cewek. A-aku minta ma---"

"Cukup." Ucap Zolla sambil berusaha meredakan tangisnya. Lanjutan cerita itu hanya akan membuat hatinya semakin sakit.

"KAMU... KAMU PIKIR AKU BISA SABAR TERUS?! KAMU PIKIR KESUCIAN BISA DIMAIN MAINKAN?! KAMU PIKIR GAK SIH KALO AKU BAHKAN NGERASA LEBIH RENDAH DIBANDING VEGA DI MATA KAMU?! KAMU BISA CERITA DENGAN TENANG SEKARANG SEAKAN KITA GAK ADA APA APA!!! KAMU SADAR GAK SIH HUBUNGAN KITA ITU APA??!!! KAMU ANGGEP AKU APA, JON?!! KAMU GAK PERNAH CERITA INI DI AWAL KITA NIKAH. SEKARANG KAMU BARU CERITA!!! SEKARANG!!! KAMU TAU GAK SIH AKU NGERASA KALO AKU GAK KAMU HARGAI DISINI. HUBUNGAN ITU TENTANG RASA PERCAYA, JON! Kalo kamu masih gak mau cerita kalo gak kepaksa, mending kita gak usah jadi suami istri. Aku capek Jon. Selalu aku yang harus sabar. Aku gak bisa terus sabar Jon. Aku bukan Tuhan." Ucap Zolla dengan pelunakan di akhir kalimat.

Jonathan mendesis. "Aku gak akan pernah cerai dari kamu, Zoll. Inget itu." Ucapnya dengan nada penuh amarah. Sepertinya perkataan Zolla tadi menyinggungnya.

Sedangkan Zolla hanya terkekeh di sela tangisnya. "Ternyata kamu egois, Jon. Kalo kamu udah ngelakuin itu ke Vega, kenapa kamu masih mau menikah sama orang lain, hah?!! Dasar gak sadar diri." Sindir Zolla.

Jonathan meremas ujung tempat tidur. Berusaha meredam emosinya.

Dia menghela nafas panjang. "Maaf. Aku gak bermaksud gitu Zolla. Aku bener bener menyesal sama tingkahku yang mainin kesucian orang, aku yang udah gak suci, aku juga minta maaf nyembunyiin ini dari kamu. Aku nyesel Zolla." Zolla hanya diam dan tidak membalas.

"Tinggalin aku sendiri." Ucap Zolla datar.

"Ta-tapi.."

"Aku butuh sendiri Jonathan." Ucap Zolla mutlak. Jonathan menghembuskan nafasnya lagi. Dia berjalan keluar kamar.

Setelah kamar ditutup, Zolla menangis tersedu sedu. Dia mengeluarkan semua amarahnya dengan memukul bantalnya.

★★★★★★★★

Hari ini adalah minggu pagi. Hari ini Jonathan dan Zolla akan mewakili perusahaan ayah Jonathan untuk mendatangi acara undangan kolega ayah Jonathan, seharusnya.

Zolla terbangun di pagi hari. Dia merasakan sesuatu yang tidak nyaman di kelopak mata dan pipinya. Ya, air matanya yang mengering karena kemarin dia menangis semalaman sampai tidak makan.

Dia segera bangun, jam 6, batinnya. Dia memandang dirinya di cermin. Sangat menyedihkan. Dia memutuskan untuk mandi dan menyegarkan diri.

Selesai mandi, dia turun ke bawah. Dia hendak memasak untuk sarapan. Bagaimanapun, tugas seorang istri adalah melayani suami, apapun keadaannya.

Saat melewati kamar tamu, dia melihat Jonathan tidur disana. Bukan tidur di tempat tidur, tetapi di kursi sambil memangku laptop yang sudah tertutup, sepertinya dia mengalihkan semua penyesalannya dengan bekerja. Ya... Workaholic...

Zolla hanya menatapnya iba. Dia ingin sekali menyuruh Jonathan tidur di kamar mereka, tetapi mengingat cerita Jonathan membuat hati Zolla sakit, dan mengurungkan niat baiknya tadi.

Zolla berlalu menuju dapur. Dia langsung membuka kulkas. Hari ini tidak ada siapapun di rumah. Jonathan memang meminta Bi Asih hanya bekerja hari Senin hingga Sabtu saja.

"Kalo makanan Indonesia sih, aku suka ayam bakar sama nasi goreng."

Ucapan itu tiba tiba terlintas di benak Zolla. Zolla menimbang nimbang sebentar. Akhirnya, dia meraih potongan ayam fillet segar dan beberapa bahan untuk membuat ayam bakar.

Zolla mulai memasak. Tangannya yang cekatan membumbui ayam fillet itu dan membakarnya di atas teflon.

Dia juga memasak cah kangkung sebagai lauk lainnya. Hal yang membuat Zolla melupakan masalahnya selain membaca novel adalah memasak.

Beberapa lama kemudian, masakan pun selesai. Zolla melihat ke arah jam di ruang makan. Jam 9.

Dia sedikit mengendus bau tubuhnya dan menepuk dahinya pelan. Harusnya aku masak dulu baru mandi. Bau masakan nih. Mendingan mandi lagi. Batin Zolla.

Dia melangkah menuju kamar dan mandi. Dia tidak menemukan siapapun di kamar mereka. Artinya Jonathan belum bangun.

Dia bergegas mandi dan mengganti bajunya. Setepah itu, dia turun dan mengintip Jonathan di kamar tamu. Dia belum bangun.

Dia menghela nafas panjang dan melangkah masuk ke dalam kamar tamu dan menyingkirkan laptop Jonathan ke nakas yang ada di sana.

"Jon... Bangun." Zolla berucap sekilas dan mengguncang tubuh Jonathan. Jonathan mengerjapkan matanya sekilas dan meringis saat dia menggerakkan tubuhnya. Pasti pegal tidur di kursi.

"Mandi, aku udah siapin makanan." Zolla meninggalkan Jonathan. Tetapi tangannya ditahan oleh Jonathan.

"A-aku minta maaf." Ucapnya lagi. Zolla hanya melepaskan tanganya dari genggaman Jonathan dengan pelan. Dia berlalu keluar dari kamar itu.

Jonathan hanya menghela nafas pasrah. Dia segera bangkit dan keluar dari kamar itu untuk mandi.

Setelah mandi, dia menuju ruang makan. Zolla sudah duduk manis disana sambil menopang dagunya menunggu Jonathan.

Jonathan hanya terkesiap melihat masakan Zolla. Dia masih inget, batin Jonathan. Jonathan segera duduk dan seperti biasa, Zolla mengambilkan lauk untuk Jonathan. Jonathan terus menatap wajah istrinya itu. Dia merasa sangat bersalah mengenai kejadian itu.

Saat makanannya sudah ada di hadapan Jonathan, dia menyantapnya dengan pelan.

"Enak." Gumamnya tanpa sadar. Sementara Zolla yang mendengar itu, entah kenapa merasa sangat lega. Dia menciptakan seulas senyum sekilas sambil tetap menatap piringnya. Tetapi Jonathan menatapnya. Jonathan merasa lebih tenang bisa melihat senyuman istrinya itu lagi.

"Nanti malem ada acara. Evan's Group undang kita buat dateng ngerayain ultah perusahaan mereka. Kamu bisa kan?" Tanya Jonathan. Dia tau kalau suasana ini terlalu canggung untuk bertanya seperti itu. Tetapi, itu bisa dicoba.

Zolla hanya terdiam sekilas. Lalu mengangguk. Senyum Jonathan merekah.

Dia masih buka hatinya, Gue masih ada kesempatan dapet kata maafnya. Batin Jonathan. Sejenak dia terdiam, seperti hendak mengatakan sesuatu, tetapi ditahannya.

Ini bukan waktu yang tepat. Kata batinnya lagi. Kalo Gue kasih tau sekarang, malah akan buat semuanya makin awkward.

★★★★★★★★

New chapter... Mereka marahannya lama juga ya. Gak pernah selama ini sih kayaknya.

Tapi semua masalah pasti ada penyelesaiannya. Kita lihat aja apa penyelesaian mereka nanti.

Tetep vomments yang banyak ya... Supaya aku tetep semangat nulis.

Callista

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang