Married 36

155K 5.3K 91
                                    

Malam pun berganti fajar. Mereka larut dalam permainan mereka hingga pukul 4 dini hari tadi.

Sekarang sudah pukul 7 pagi. Sinar matahari yang menyeruak masuk lewat lubang ventilasi dan jendela yang tertutup korden membuat Zolla terbangun.

"Ssshh..." Dia membuka matanya. Bagian bawahnya terasa nyeri setelah apa yang mereka lakukan kemarin.

Dia mengintip ke dalam selimut yang menutupi tubuh mereka. Dan, itu nyata. Tubuh mereka polos tanpa sehelai benang pun. Wajah Zolla kembali memerah mengingat kejadian semalam.

Dia turun dari tempat tidur dengan sedikit tertatih. Dia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Mereka masih harus sekolah. Persiapan untuk perpisahan. Mereka masuk pukul 8.30 nanti. Sedangkan dia belum mengganti seprai mereka. Habis ngelakuin 'itu' masa gak diganti, sih? Ga mungkin kan...

Dia keluar dari kamar mandi menggunakan kaos dan celana selutut. Penampilan khas-nya sejak Jonathan melarangnya menggunakan pakaian kurang bahan di awal pernikahan mereka dulu.

"Jon... Bangun gih... Mandi. Kita sekolah hari ini." Ucap Zolla sambil menggoyangkan lengan kokoh Jonathan.

"Mmm... Jam berapa ini?" Ucap Jonathan setengah sadar.

"Jam 7.15 Jon... Bangun gih." Ucap Zolla lalu pergi menyiapkan seragam mereka. Jonathan menepuk pundak Zolla dari belakang.

"Last night was very amazing. Thank you Zolla." Ucap Jonathan sambil berlalu ke kamar mandi. Wajah Zolla memerah.

Dia bergegas mengganti sprei mereka, selagi Jonathan belum menganggunya. Dia menggantinya secepat mungkin.

Lima belas menit dia selesai mengganti sprei bsertepatan dengan Jonathan yang keluar dsri kamar mandi dengan shirtless. Membuat wajah Zolla memerah untuk ke sekian kalinya pagi ini.

"Kenapa muka kamu merah, Zolla? Bahkan kamu udah liat yang lebih dari ini." Ucap Jonathan berjalan ke arah Zolla yang sedang memasukkan sprei kotornya ke keranjang cucian. Zolla hanya diam tanpa menatap Jonathan. Dia takut mengingat kejadian panas mereka semalam. Oh tidak... Bahkan dia sedang mengingatnya sekarang.

Jonathan menarik lengan Zolla dan mengangkat wajah Zolla untuk menghadapnya. Zolla heran dengan raut penyesalan yang tampak pada wajah Jonathan.

"Kamu masih belum siap ngelakuin itu? Apa aku nyakitin kamu? Mana yang sakit? Harusnya kamu bilang kalo kamu belum siap, Zolla... Sekaranng ka---" Bibir Zolla mendarat singkat di bibir Jonathan.

"Kamu tau gak, sih? Kamu tuh nyebelin. Cepetan pake seragam kamu sana. Di. Kamar. Mandi." Zolla menekankan ucapannya pada 3 kata terakhirnya.

"Aku nyebelin kenapa, Zolla?" Ucap Jonathan tidak menghiraukan perintah Zolla.

"Gapapa." Zolla menatap jari jari kakinya. Dia menunduk dalam. Tidak ingin membayangkan... yahh... Kalian tau lah...

"Kenapa, Zolla?" Ucap Jonathan lagi.

"Gapapa."

"Kenapa?"

"Gapapa, Jonathan."

"Kenapa, Zolla?"

"Gapapa. Kamu bawel ah."

"Jawab kenapa atau kita gak sekolah."

"Hih, dibilang gapapa tetep aja bawel. Gak peduli kalo kamu gak mau sekolah, aku bisa panggil taksi."

"Aku bikin kamu gak bisa jalan biar gak panggil taksi." Ucapan Jonathan dengan nada merendah dan menatap Zolla tajam seolah ingin 'memangsanya'. Hal itu sontak membuat Zolla bungkam.

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang