Zolla sudah siap dengan dress putih selututnya untuk menghadiri acara ulang tahun Evan's Group malam ini. Rambutnya dibentuk ikal di bagian bawah. Dia juga memakai make up natural yang menambah kecantikannya.
Saat dia turun dari lantai atas, dia melihat Jonathan menunggunya dengan kemeja hitam lengan pendek dengan celana hitam dan sepatu hitam pula.
Zolla berdehem. Jonathan membalikkan badan dan dia menahan nafas seketika. Bagaimana tidak, Zolla begitu cantik malam ini.
"Ayo." Ucap Jonathan sekilas. Dia berjalan menuju keluar. Zolla segera mengunci rumah dan masuk ke dalam mobil yang pintunya telah Jonathan buka untuknya.
Di perjalanan, mereka hanya saling diam. Setengah jam terasa sangat lama bagi mereka untuk sampai ke ballroom hotel yang digunakan untuk acara itu.
Setengah jam pun berlalu, mereka sampai ke Hotel Triana, nama yang unik untuk hotel. Mungkin gabungan nama anak keluarga pemilik Evan's Group.
"Selamat malam." Ucap waitress yang ditugasi di bagian penyambut tamu. Jonathan mengeluarkan undangan dari saku celananya. Waitress itu melihatnya sebentar.
"Silahkan masuk. Terima kasih sudah datang." Ucapnya kemudian. Jonathan hanya mengangguk lalu masuk ke ballroom hotel itu.
Ballroom itu sangat megah dengan nuansa merah dan gold. Glamour. Jonathan dan Zolla masuk lalu bertemu dengan Pak Wardana. Pemilik Evan's Group.
"Selamat ya pak. Semoga semakin sukses dan tetap menjadu perusahaan besar." Ucap Jonathan sambil menyalami Pak Wardana.
"Terima kasih nak." Ucap Pak Wardana. Dia orang yang sangat sibuk. Jonathan melihat dari raut wajahnya yan serius walaupun ada raut kelelahan pada sekitar matanya.
"Ini pacar kamu Nak?" Tanya Pak Wardana sambil menatap Zolla dan tersenyum. Zolla membalas senyumannya.
Jonathan melingkarkan tangannya pada pinggang Zolla. Zolla sedikit terkejut. Ia hendak menyingkirkan tangan Jonathan dari pinggangnya, tapi dia tau kalau ini acara formal, jadi dia urungkan niatnya.
"Menurut Bapak?" Ucap Jonathan sambil tersenyum.
Pak Wardana hanya bisa terkekeh melihat tingkah laku dua anak muda dihadapannya.
"Baiklah kalau begitu, saya mau menemui kolega lain dahulu. Permisi." Jonathan hanya mengangguk dan tersenyum.
"Aku mau ke kamar mandi dulu ya, Jon." Zolla langsung melepaskan tangan Jonathan dari pinggangnya dan berlalu pergi. Jonathan hanya menghela nafas panjang melihat kelakuan Zolla.
Di kamar mandi, Zolla menyenderkan punggungnya ke dinding di salah satu bilik. Jantungnya berdetak cepat. Dia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya.
Saat merasa jauh lebih baik, Zolla keluar dari kamar mandi. Dia melihat dua orang perempuan di depan pintu kamar mandi. Febby dan Vega.
"Heh cewek sialan, lo tuh harusnya nyadar ya kalo lo itu gak pantes buat Jonathan!!! Cuma cewek kelas atas yang pantes buat dia, bukan cewek rendahan kayak lo!!! Lo tuh gak lebih dari sekedar sampah di mata Jonathan!!!" Seru Vega memaki Zolla. Zolla mengumpilkan keberaniannya dan bersikap tetap tenang.
"Emang lo pantes gitu buat Jonathan? Lo cuma temen tidurnya, gak lebih. Lo cuma bahan pelampiasannya kalo dia lagi suntuk. So, siapa yang lebih rendah sekarang?" Ucapan Zolla membuat kemarahan Febby dan Vega memuncak, mereka memukul Zolla dan menendang perutnya. Zolla meringis. Dia menahan tubuhnya dengan salah satu tangan yang diletakkan di tembok dan satunya lagi menekan perutnya yang terasa sangat nyeri.
"Cepetan bekap dia!!!" Zolla memekik saat seseorang membekapnya dengan saputangan, kesadarannya menipis dan semuanya menjadi gelap.
Vega dan Febby menyeringai melihat Zolla yang sudah terkena pengaruh obat bius itu. "Bawa dia ke tempat yang udah kita rencanain." Orang suruhan itu mengangguk dan mengangkat tubuh Zolla yang tidak sadarkan diri pergi dari pesta itu melalui pintu dan halaman belakang.
★★★★★★★★
Jonathan terus menunggu kedatangan Zolla dengan dua piring makanan kecil di meja yang sudah disediakan. Dia semakin cemas karena lama menunggu dan Zolla tidak kunjung kembali dari toilet. Akhirnya Jonathan memutuskan mencari Zolla di toilet.
Dia tidak menemukan siapapun di toilet yang tampaknya sepi ini. Mungkin toilet di samping ballroom itu. Batin Jonathan. Dia segera berlari menuju toilet yang lain yang ia tau di hotel ini.
"Astaga..." Jonathan mengeraskan rahangnya, alisnya bertaut menjadi satu menandakan kemarahannya, buku buku jarinya memutih karena dia mengepalkannya terlalu keras.
Bagaimana tidak, dia melihat tas Zolla tergeletak di depan kamar mandi itu dan juga bercak darah di lantai. Dia memasuki toilet -tidak peduli lagi jika itu toilet wanita- dan mencari Zolla di setiap biliknya, tetapi nihil, Zolla tidak ditemukan dimanapun. Jonathan bergegas kelua dari ballroom acara dan hotel itu. Dia turun ke ground floor tempat ia memarkir kendaraannya dan segera mencari seseorang yang ia yakini terlibat dalam peristiwa ini.
Dia merasa cemas selama perjalanan ini, dia tidak tau kenapa. Otaknya berkata bahwa itulah cinta, tapi hatinya masih kurang percaya akan adanya cinta.
Tolong jangan bikin aku cemas Zolla. Jangan bikin aku menyesal karena kehilangan orang yang benar benar aku cintai. Aku gak mau kamu diapa apain sama Vega sama Febby. Please, bertahan buat aku Zolla. Batin Jonathan mengucapkan kata kata yang tidak akan di dengar oleh orang yang dibatinnya sekarang.
★★★★★★★★
Zolla terbangun di sebuah gudang kosong. Dia tidak diikat atau dirantai. Dia hanya ditidurkan di lantai di gudang itu.
Zolla meringis sedikit saat merasakan nyeri di perutnya. Dia menajamkan matanya untuk melihat keadaan sekitar. Semuanya gelap. Dan ada beberapa orang yang mendatanginya.
Zolla melihat orang itu baik baik. Ada Febby, Vega, dan satu orang yang sangat dia kenal.
"Om Deon?!!" Ucapnya berseru, namun pelan karena menahan sakit di pipinya yang dipukul tadi.
"Well, well... Masih ingat saya Zolla?" Ucap Om Deon dengan nada dingin. Dia menyeringai.
"Kenapa-kenapa om lakuin ini?" Lirih Zolla lagi. Orang yang selama ini dikaguminya malah ikut serta dalam peristiwa tidak mengenakkan ini.
"Saya sudah muak Zolla!!! Saya benci sama keluarga Leonard yang sudah rebut semua dari saya. Papa kamu menarik semua pekerjaan saya Zolla!!! Kamu tidak tau itu kan? Yang kamu tau saya pergi jauh waktu itu. Padahal nyatanya apa?!! Papa kamu pecat saya Zolla!!" Bentak Om Deon. Dia maju selangkah dan menendang Zolla yang terkapar dilantai.
Zolla terpental. Darah segar kaluar dari mulutnya. Dia tetap diam menunggu saat yang tepat untuk melawan.
"Kamu tau Zolla?!!! Istri saya tidak kuat dengan semua kehidupan ini. Tiga tahun lalu, dia bunuh diri Zolla!!! Saya membawa Vega jauh ke luar negeri karena dia trauma. Dia yang melihat istri saya menusuk dirinya dengan pisau!!! Kurang apa lagi Zolla?!! Puas papa kamu ngelakuin hal ini ke saya, hah?! Sekarang apalagi?! Saya datang dan mendengar dari Febby yang masih disini bahwa kamu sudah menikah dengan kekasih Vega dan mantan kekasih Febby?!! Setelah apa yang papa kamu lakukan ke saya kamu mau melukai perasaan anak saya yang kembali untuk mendapatkan cintanya lagi?!! Dasar keluarga gak bermoral!!!" Om Deon kembali meninju Zolla sekuat tenaga, tanpa mempedulikan kalau Zolla ini perempuan. Vega dan Febby hanya menyeringai senang melihat kejadian itu. Dress putih yang Zolla kenakan sudah kusam dan penuh bercak darah. Pipinya sudah lebam lebam dan darah segar terus keluar dari mulutnya sekarang.
Dia sudah jatuh terkapar di lantai. Dia meringis menahan sakit di punggungnya yang terantuk lantai gudang yang dingin itu.
Jonathan.... Batinnya untuk kedua kalinya dia memanggil nama dewa penyelamat yang dia harap akan segera datang itu.
★★★★★★★★
Hai hai... Chapter baru sekaligus puncak konflik. Gak nyangka udah sampe puncak aja :))
Saya minta maaf kalau ini gak nge-feel, karena saya gak bakat bikin pertengkaran ginian. Kalo nge feel sih syukurlah.
Kalo kalian mau next part, vomments yang banyak yaa.. Biar saya semangat:))
Callista
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage
RomanceCover by: samuderablue Dia cowok pembully di sekolah Dia cowok berandalan di sekolah Dia selalu dapet nilai paling tinggi Dia suka menggoda perempuan Dia ketua tim basket ........ Dia suamiku. Kisah pernikahan antara anak SMA... ya SMA! Kisah aneh a...