4.Rahasia Lain

2.7K 150 4
                                    

"..berisik!"

"Diamlah.."

"Aww!" jerit Hime sambil mengusap-ngusap lengannya saat merasakan cubitan dilengan kanannya. refleks, dia menatap pelaku yang mencubitnya tadi dengan marah

"--Kenapa?!!"Yume yang memiliki nama asli Yumeko itu melototkan matanya balik menatap Hime dan langsung membuat Hime kaget dengan secepat kilat langsung melunturkan ekspresi marahnya perlahan-lahan. Bukan takut, tapi kali ini dia kehabisan kata-kata, dan malas berdebat. Ketua Osis itu memiliki tatapan yang tak mau dibantah

"Kenapa kau mencubitku,sinting!"

"Perlu Kuberitahu juga, atau kalian yang mengaku?!"Yume menekankan setiap kalimat yang dia ucapkan pada Hime  dengan wajah garang.  Pernyataan itu berhasil membuat Hime bungkam. Sayang sekali dia tak dapat meminta pertolongan dari Kimmy yang masih pingsan

"Sekarang, Coba jelaskan"

"Aku--"

"Sebaiknya kau memiliki alasan yang cukup baik untuk yang satu ini"

"Kau lihat sekitarmu. Aku tak tahu apa-apa tentang tempat ini!" Kesal Hime sambil bersikeras karena dia sendiri tidak tahu sedang berada dimana. Tiba-tiba saja mereka sudah berada didaerah bukit

Yume menyemburkan tawa meremehkan "Jangan mengelabuiku dan hentikan sekarang! Kau sedang menghipnotisku kan? Mengacaukan pikiranku?" Kali ini Yume benar-benar marah karena di akhir kalimatnya sedikit ada nada bentakan

"Aku Terperangkap--diantara dua orang yang sedang ber-"

"Diam!"Bentak Yume.Nyanyian asal Kimmy yang dinyanyikannya dengan nada naik turun mengacaukan perdebatan mereka.Kimmy hanya diam dan menyesal telah sadar lebih awal

"Aku tak akan diam soal ini. Kupastikan kalian mendapat hukuman yang setimpal dari pihak sekolah!"Melihat ekspresi ketua osis itu,Kimmy menjadi takut. Dimata Kimmy, sekarang Yume sedang mengeluarkan aura jahatnya yang berwarna keungu-unguan. Benar-benar sangat mengerikan. Dia merasa sangat kecil saat ini

"Jangan terlalu kasar padanya. Kau tak ingin mendengar suara tangisan bukan?"

"Ini untukmu juga bodoh!" Dikatai seperti itu Hime tidak takut. Dia tetap memasang wajah tak pedulinya.

"Akan kupastikan Ayah dan Ibu tahu soal ini!"

"Silahkan. Aku tidak takut!"Hime balas membentak.

"AAAAHHHHH....AKU SUDAH MATI....AKU SUDAH MATI!" Kimmy berteriak tak terkendali, melihat sekitar dan memegang kepalanya kuat-kuat.

"Jangan sekarang Kimmy" Hime menutup matanya rapat-rapat. Malu atas tingkah sahabatnya

"Dasar Gila. Urus temanmu dengan baik" Hime benar-benar kesal. Selalu saja dia yang menjadi sasaran kemarahan

Kimmy gelagepan"Kalian tak sadar? Seingatku tadi kita di-- sekolah. -Lalu a-apa yang--?" Dia terdiam sejenak. Menatap sekitar dengan frustasi.

"Hei,hei apa yang kau lakukan?" Panik Yume karena melihat Kimmy mulai sesegukan

"Sudah kubilang" jawab Hime sambil menghela napas lelah

"Aku belum sempat menyampaikan selamat jalan pada Ibu, Adik, Ayahku, semua keluargaku disana. Maafkan aku Ibu, aku tahu aku sering berbuat salah. Kemarin aku sempat berbohong soal Vas bunga itu. Bukan kucing, tapi aku yang merusaknya! Juga Ayah. Aku---hmptf" Hime membekap mulut Kimmy tak sabar sementara Yume bernapas lega. Hampir saja Kimmy menyelesaikan pidato yang akan mengalahkan pembina Osis sekolah mereka

"Jangan bercanda Kimmy. Tidak ada yang mati disini" Ucap Hime menenangkan sahabatnya walaupun dia sendiri ragu dengan ucapannya sendiri. Usaha Hime berhasil. Kimmy akhirnya bisa sedikit tenang

Mystiki Porta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang