Lea diam tak mengeluarkan suara. Tak ada yang tahu keadaan gadis itu saat ini. Lemah dan tak berdaya. Menangis tak mengeluarkan suara, matanya merah dan pedih serta bengkak tampak kesakitan. pakaian yang dikenakannya berbecak merah. Bukan darahnya, tapi darah Ayahnya. Mengingat itu, Tubuh gadis itu semakin gemetar.Buku ditangannya dipeluknya erat dengan tangan bergetar juga. Gadis itu menutup matanya kuat-kuat. Siapapun. Dia perlu bantuan siapapun yang bisa menolongnya saat ini.
Sesekali Griffer yang berjalan didepan, menengok kebelakang, memastikan Lea tetap mengikuti langkahnya sambil tetap waspada menatap sekitar.
Griffer berhenti mendadak. Dia sudah sampai ditujuannya. Laki-laki itu menengok kebelakang dengan tujuan menyampaikan kabar itu kepada Lea tapi setelah melihat wajah gadis yang tertunduk lesuh itu dia mengurungkan niatnya. Tatapan gadis itu kosong. Seakan tak ada lagi jiwa didalam sana
"A-aku pulang" Griffer menarik pintu pagat kayu itu, dan masuk kedalam rumah, membiarkan Lea berjalan disampingnya. Gadis itu berjalan tak lurus, sesekali kakinya tersandung dan beberapa kali juga harus jatuh.
"Selamat datang--Astaga!" sahut suara dari dalam rumah. Bibi Merry, Ibu Griffer. Wanita itu keluar, langsung menghampiri Lea.
"Lea.. apa yang terjadi padamu?" Bibi Merry memegang pundak gadis itu meneliti dari atas sampai bawah. Lea diam, menatap Bibi Merry. Tak memberikan jawaban, dan hanya menatap kosong.
Bibi Merry membekap mulutnya dengan kedua tangan.Sekujur tubuh gadis itu gemetaran hebat. Tangannya sangat dingin dan giginya terkatup-katup membuka dan menutup. Wajahnya kusam, matanya merah dan bengkak, air mata terus mengalir tanpa henti, tapi tak mengeluarkan suara. Matanya menatap Bibi Merry seolah memberitahukan semuanya. Dia sungguh kacau. Tanpa sadar Bibi Merry ikut mengeluarkan air mata, mendekat dan mengusap wajah Lea
"A-apa yang terjadi..." Bibi Merry memeluk gadis itu erat. Bagaimanpun, dia sering berkunjung ke istana dan cukup dekat dengan Gadis ini. Lea tetap tak merespon. Hanya diam dengan tubuh bergetar.
Griffer memegang pundak ibunya, kemudian menggeleng. Ini bukan saat yang tepat. Lewat tatapan matanya, dia akan memberitahukan ibunya itu nanti. Tapi untuk saat ini, sebaiknya tak bertanya apapun yang hanya akan lebih mengguncang jiwa gadis ini.
Bibi Merry menangis keras. Entah kenapa dia merasa sedih melihat penampilan Lea saat ini. Wanita itu menjauhkan diri, memegang pundak Lea kemudian menuntunnya masuk kedalam, memasuki kamar yang layak ditempati Lea. Bibi Merry mendudukkannya di kasur, membuka jubahnya yang berbekas darah, mengambil ahli buku digenggaman gadis itu dan meletakkannya di samping tempat tidur.
"Bibi akan menyiapkan makan malam. Mandi dan bersiaplah" Wanita itu mengelus puncak kepala Lea sekali kemudian pergi, menutup pintu, meninggalkan gadis itu sendirian
Lea diam, membeku ditempat, mengangkat kakinya dan menekuk lututnya, menenggelamkan wajahnya diantara lipatan itu
Maaf. Maaf ayah. Aku tak berguna. Tak bisa berbuat apa-apa. Tak bisa menolong Ayah dan Ibu juga kakak.
Ayah.. maaf. Aku tak bisa.. tak bisa menyampaikan pesanmu. Aku tak bisa--Gadis itu kembali menangis. Kali ini suaranya kedengaran. Terdengar pilu dan sumbang. Dia benar-benar kacau.
Siapapun.. siapapun..
*
*
*
*
Klik
Pintu dibuka pelan-pelan dari luar. Bukan Bibi Merry juga bukan Griffer, tapi anak kecil, adik dari Griffer. Dengan langkah kecil-kecil dia menuju kearah Lea yang masih tetap pada posisi yang sama. Tidak bersiap dan membersihkan diri, memilih menangis berjam-jam diantara lipatan tangannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystiki Porta
FantasyMystiki porta : Adventure In My School Dua hal yang dipercayai Kimmy dalam hidupnya yaitu, Mistis dan Keajaiban Dua hal yang dipercayai Himeko dalam hidupnya yaitu, Sains dan Realitas Dua hal yang dipercayai Yumeko dalam hidupnya yaitu, Sa...