12.Istana Langit

1.3K 110 1
                                        

Hime membuka matanya perlahan-lahan. masih sangat sulit hanya untuk sekedar membuka kelopak mata.

"Akh--!" Usaha gadis itu gagal saat mencoba untuk berdiri dari tempat tidur, dan berakhir terlentang kembali disana

D-dimana ini?

Hime bertanya-tanya masih dengan memegang kepalanya yang sedikit berdenyut dan menatap sekitarnya. Dua lemari yang tak tahu berisi apa, satu pintu keluar dan satu jendela. Setidaknya itu yang sejauh ini dapat dilihatnya.

Klik

"Hime!? Hime!?" Lea yang baru saja masuk, menatap kedepan terkejut.

"Lea it--"

"Jangan bergerak! Christy! Siapapun!" Lea kembali keluar, mencari siapapun, dan meninggalkan Hime sendirian lagi, dengan kebingungan.

Tak lama, pintu dibuka dari luar. Christy yang pertama kali masuk, mendekat dan mengecek keadaan Hime. Dia menyentuh dahi dan ujung jari Hime. Gadis itu bernapas lega dan menganggukkan kepalanya kemudian membantu Hime untuk duduk

"Dua hari lagi, keadaannya akan membaik"

"S-siapa?" Masih dengan raut bingung, Hime mengingat-ingat wajah gadis didepannya, samar-samar. Tak bisa. Dia tak mengingat siapapun. Gadis didepannya ini sangat asing baginya.

"Christy" gadis itu mengulurkan tangannya kedepan,ditatap cukup lama oleh Hime, dengan raut menimbang-nimbang

"Ayolah. Tanganku mati rasa"

"H-hime. Maaf" Hime membalas uluran tangan itu agak canggung

"Christy. Dia penyelamatmu. Berterimakasihlah" Yume yang tiba-tiba saja muncul bersama Kimmy, menambahkan sambil menyenderkan badannya di tembok belakangnya. Yume tak sekhawatir sebelumnya. Dia lebih tenang.

"A-ah! Maaf--- dan terima kasih!" Hime membungkukkan badannya pelan, meminta maaf sekaligus berterimakasih telah diselamatkan

"Hime!aku sangat mengkhawatirkan -mu!" Kimmy dengan langkah seret-seret tapi masih berusaha mendekat dengan cepat, merentangkan tangannya kemudian memeluk sahabat baiknya itu.

"Y-yeah. Kau juga..tampak tak baik-baik saja"Sejenak Hime memperhatikan kaki kiri Kimmy. Kondisinya sungguh mengenaskan

"Tak seburuk keadaanmu. Sekali lagi aku harus berterima kasih pada Christy. Dia yang menolongku" kemudian Kimmy membungkuk. Sangat amat merasa berterima kasih. Bukan hanya nyawanya yang terselamatkan, tapi sahabatnya juga. Dan itu merupakan sesuatu yang besar. Kimmy benar-benar sangat berhutang budi

"Tak usah sungkan. Sudah tugasku sebagai Tabib kerajaan. Menolong siapapun, musuh atau teman, dalam keadaan apapun. Dan aku tak akan melanggar sumpahku" Christy mengangkat kedua tangannya keatas merasa canggung mendapat ucapan terima kasih yang berulang-ulang, sambil mengingat sumpah yang dia ucapkan saat tamat akademi pengobatan setahun yang lalu.

"Berbicara tentang kerajaan, Aku sudah mendengar cerita tentangmu Hime, dan sagitarius tentu saja" Christy menurunkan tangannya yang sedari tadi mengambang di udara kemudian melanjutkan "Aku sudah berpesan pada ajudan Ratu untuk memberitahukan Ratu tentang ini. Kau boleh menemuinya sebentar kalau kau mau dan merasa baikan"

"Tentu"

"Kau masih perlu---"

"Aku sudah membaik. tak perlu khawatir" Sebelum Kimmy sempat berkata-kata Hime sudah lebih dulu menyelanya dan meyakinkan diri bahwa kondisinya sudah lebih baik.

"A-aku penasaran. Berapa lama aku pingsan?" Hime meneliti bagian dadanya yang dilingkari kain yang mirip perban di tempat asalnya tapi yang satu ini berwarna cokelat muda. Masih terasa berdenyut, tapi tak sesakit sebelum dia sadar berada disini.

Mystiki Porta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang