"Hi--himeko!!"
Kimmy berteriak kencang,menggapai- gapaikan tangannya kedepan, dan berusaha berdiri. Gadis itu meringis sebentar. Kaki kirinya benar-benar tak bisa digerakkan. Lea dan Yume menatap ke sumber suara, berlari menghindari musuh. Suara pedang tak terdengar lagi. Selama beberapa saat, ruangan itu sungguh hening.
Brak
Tubuh Himeko merosot jatuh kebawah perlahan-lahan dan berakhir jatuh menghantam lantai cukup keras, menyapu tembok dibelakangnya, menyisahkan bekas darah disana.
"Hi...Meko?! Himeko!" Yume tergagap ditempatnya. Seluruh tubuh gadis itu gemetaran. Lea melompat kesamping, menangkis musuh yang hampir saja mengenai Yume. gadis itu memberontak. Kali ini menyerang lebih cepat, berusaha menerobos musuh yang makin bertambah banyak.
"Tidak.tidak.Hime.." Kimmy berteriak, menangis piluh. Suaranya serak dan begitu sumbang.Gadis itu kembali berdiri berpegangan pada tembok, dan berakhir jatuh kembali di lantai. Kimmy meringis tertahan, menggigit bibirnya lalu menggelengkan kepalanya. Tidak berguna. Tak sampai disitu, Kimmy mengandalkan kedua tangannya. Tak peduli lengannya yang terluka dan kembali mengeluarkan darah, gadis itu menyeret dirinya sendiri, mencoba mendekat.
Pak
"Arghh!" Kimmy mengerang kesakitan. Tubuhnya kembali ditendang musuh dan berakhir menabrak tembok dibelakangnya. Gadis itu menangis, berteriak dan memaki dirinya sendiri. Tak bisa diandalkan disituasi seperti ini.
Hime terpental cukup keras mengenai tembok berpaku.seluruh tubuhnya dibanjiri dengan darah. Tubuh gadis itu terkulai tak berdaya. Matanya terbuka, antara berusaha tetap menjaga kesadarannya atau benar-benar tak bisa menutup matanya.
"BAJINGAN!!" Yume berteriak sekuat tenaga. Entah mendapat kekuatan darimana, dia menyerang dengan penuh amarah, langsung menjatuh -kan sepuluh orang sekaligus, mengeluarkan kekuatannya terus menerus. Gadis itu berlari, mendekat kearah Hime. Sedikit tersandung, tapi berhasil menyeimbangkan diri dan kembali berlari.
Dengan cepat dia mengangkat Hime, membalikkan tubuh gadis itu, merangkulnya erat, dengan tubuh bergetar ketakutan serta napas setengah-setengah menahan tangisnya. Yume melihat kedua tangannya. Darah. Tangannya berdarah tapi bukan darah miliknya. Tak bisa ditahan, gadis itu menangis dengan suara tertahan.
"Hi-himeko? Tenang.. tenang.. Aku akan menemani mu disini. K-kita akan pulang kerumah kita dengan s-selamat. Kau baik-baik s-saja" Yume menenggelamkan kepalanya di pundak Hime kemudian sedikit menjauhkan dirinya dan berusaha menghentikan pendarahan di punggung Hime. Gadis itu terisak. Tak ada gunanya. Apa yang dia lakukan adalah hal yang sia-sia. Tidak ada perubahan, cairan kental itu terus saja mengalir dari punggungnya.
"Yu-Yume--uhk" Suara Hime mengagetkannya. dia langsung melepaskan pelukan dan beralih memegang pundak Hime. Hime didepannya meneteskan darah dari dalam mulutnya, batuk dan berulang kali. Yume menggelengkan kepalanya. Ya Tuhan. Dia tak bisa melihat Hime seperti ini. Tak bisa berbuat apa-apa, dan hanya bisa memegangi pundaknya, menahan keseimbangan tubuh.
"I-iya...ini aku,Kakakmu. Bertahanlah! Kau akan baik-baik saja" Yume mengusap pipi adiknya yang menangis menahan kesakitan di sekujur badannya. Perlahan, Yume meletakkan Hime dilantai kembali. "T-tunggu disini. A-aku akan mencari Christy--"
Grep
"J-jangan. T--tetap disin--" Hime menarik ujung pakaian Yume, menghentikan gadis itu yang hendak meninggalkannya. Tak jauh didepan sana, Lea menghalangi siapapun musuh yang mendekati mereka berdua.
"Apa m-maksudmu? Aku harus membawa--"
"A-aku t-takut...Aku t-tidak mau m-mati--" Hime berkata dengan suara yang tersendat-sendat.dengan tangan yang bergetar, dia memegang tangan Yume dengan erat. Yume menggeleng -kan kepalanya sebagai jawaban.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mystiki Porta
FantasíaMystiki porta : Adventure In My School Dua hal yang dipercayai Kimmy dalam hidupnya yaitu, Mistis dan Keajaiban Dua hal yang dipercayai Himeko dalam hidupnya yaitu, Sains dan Realitas Dua hal yang dipercayai Yumeko dalam hidupnya yaitu, Sa...