5.Penyamaran

2.6K 151 2
                                    

Wajah Yume ketika sampai sungguh merah padam. Tak tahu kenapa ekspresinya seperti menahan malu

"Ada apa dengan wajah jelekmu itu Yume?"Hime bertanya sambil mendekat kearah Yume, memperhati -kan dengan lebih jelas wajahnya.

"Benar juga. Ada apa dengan wajahmu?"

"Sudah kuperingatkan bukan?" Lea menghela napas"sebaiknya kita bergegas" Sambil membawa kantong belanjaan di tangan kanan dan kirinya Lea lekas berjalan diikuti ketiga gadis di belakangnya tanpa banyak bertanya walaupun tidak tahu kemana mereka akan dibawa pergi setelahnya.

Lea menuntun mereka keluar dari pusat kota tempat seluruh aktivitas perbelanjaan dan pekerjaan berlangsung. Jalan setapak mulai digantikan dengan aspal yang sedikit sempit tapi masih muat untuk sebuah truk lalu lalang--kalaupun disini ada sebuah truk. Suasana ini Sangat menggambarkan kehidupan pinggiran kota.

Beberapa anak bermain bola di lapangan, dan beberapa warga juga melakukan aktivitas mereka seperti biasa. Berjemur pakaian, menebang pohon dan mengembalakan ternak. Tapi ada sedikit keanehan disini. Setiap mereka melewati beberapa penduduk dan sedikit tersenyum bahkan sampai berinisiatif menyapa, mereka langsung menatap Kimmy, Hime dan Yume ketakutan kemudian masuk kedalam rumah, membanting pintu kuat-kuat. Ada pula yang terang-terangan berbisik-bisik didepan mereka.

"A-ada apa sebenarnya ini?" Kimmy yang duluan angkat suara setelah merasa tak nyaman dengan tatapan-tatapan yang ditujukan kepadanya

"Itu yang kurasan tadi" Yume memutar kembali ingatan saat mengikuti Lea tadi, ditatap begitu lama bahkan ada yang terang- terangan menunjuk-nunjuknya

"Harus kuberitahu, kalian sungguh mencolok dan menarik perhatian" yang disinggung Lea disini adalah pakaian mereka. Lea kemudian sedikit menghalangi pandangan warga dengan tubuhnya"tetap dibelakang dan ikuti aku"

Ketiga gadis itu mengangguk patuh dan mereka terus berjalan dalam diam. Tak ada yang mengangkat suara untuk sekedar membuka percakapan. Merasa tidak nyaman karena ditatap aneh seperti itu. ketiga gadis itu berusaha menutupi diri mereka sebaik mungkin Baik itu dengan bersembunyi di belakang Lea atau menutup-nutup wajah dengan tangan yang mereka tak sadari lebih menarik perhatian.

"Kita sudah sampai"Lea memberhenti -kan langkahnya yang membuat ketiga gadis dibelakangnya secara otomatis juga memberhentikan langkah. didepan sana tampaklah sebuah Rumah yang dipagari dengan kayu-kayu yang tak terlalu tinggi dicat putih.sudah agak kecoklatan mungkin karena termakan usia.Beberapa rumah berjejer rapih mengapit rumah yang mereka tuju itu dengan model yang sama. Kelihatan jelas ini perumahan. Dari batas pagar ini dapat terlihat taman yang cukup luas tertata rapih dengan bunga warna-warni yang menghiasi beserta kolam ikan kecil. Jalan setapak menghiasi sepanjang jalan menuju depan pintu rumah itu.

Rumah pagar putih itu berlantai dua tapi terkesan sederhana. Letaknya yang berada di ujung kota,membuat latar perumahan ini adalah hutan lebat dibelakangnya.Beberapa rumah yang mengapitnya saja dapat dihitung dengan jari.makin kesini rumah-rumah yang terlihat mulai jarang karena batas perumahannya tinggal dihitung langkah saja.

"Tuan---"

"Hei, Aku pulang!" Lea cepat-cepat melangkah kedepan lalu menepuk pundak lelaki yang baru saja keluar hendak menyapanya. Tatapan Lea terlihat canggung tapi tak sampai membuat ketiga gadis itu merasa terganggu. Yume,Hime dan Kimmy tidak terlalu memperhatikan dan hanya sibuk terkagum-kagum dengan pemandangan di sekitar mereka. Beberapa saat kemudian fokus ketiga gadis itu langsung terahlihkan saat sadar ada orang lain didepan sana

"Tampan!"Seru Kimmy, terdengar nyaring dan spontan mengagumi lelaki didepannya tanpa malu.

"Kimmy, jangan mulai" Hime menegur Kimmy sesaat. Walaupun Kimmy yang berkata seperti itu, Entah kenapa Hime yang merasa malu dengan tingkah sahabatnya itu

Mystiki Porta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang