Malik the Mafia

2K 216 49
                                    

*Rosella Bieber*

Aku membuka kulkas putih milik Zayn dengan kasar saat video make out Justin dan Hailey kembali terlintas di otakku. Dickhead.

Kuambil jus jeruk dan langsung meneguknya tanpa kutuangkan dulu ke dalam gelas. Aku bukanlah tipe orang seperti ini, tapi Justin telah merubahku. Dia telah merubah hidupku 360 derajat selama 4 tahun ini.

Dia membawaku ke dalam hidupnya yang penuh dengan bahaya dan aku juga setuju dengan semua tindakannya itu. Ini karena cinta, aku merelakan semuanya hanya untuk bersama gangster itu. Bahkan ayahku pun aku tinggalkan hanya demi bersama Justin, tapi apa yang sekarang dia berikan padaku?

"Rose?"

"Justin melupakan semua janjinya" kalimat itu keluar dari mulutku tanpa sadar.

"Come on, maybe it's Jason right?" Ujar Zayn memegang pundakku pelan, membuatku tersadar atas kehadirannya disampingku. Dia terus saja menyuruhku berpikiran positif dan kembali ke rumah.

"Pasti Justin sangat khawatir padamu, dia selalu menelf-"

Dering telfon masuk dari iPhone ku memotong pembicaraan Zayn. Tebakan Zayn memang benar, Justin menelofonku.

"Tuh kan" ucap Zayn melenggang pergi tak ingin mengganggu pembicaraanku dengan suamiku itu.

Aku hela nafasku dengan berat, untuk 1 malam ini Justin sudah menelfonku sebanyak 99 kali. Jika dia menelfonku lagi maka aku akan memberikannya piagam untuk 100 telfonnya yang tak aku jawab.

"Argh!"

"Zayn?!"

Aku segera berlari kearah suara teriakan Zayn berasal. Dan disinilah aku, bersembunyi dibalik dinding mengintip Zayn sedang kesakitan. Mataku menelisik dengan jelas, ternyata lengan Zayn baru saja ditusuk oleh lelaki kekar yang sepertinya aku kenal.

"Rgh li-" Dengan cepat aku mencoba menutupi mulutku yang nyaris saja berteriak.

"Liam" desisku.

"Tunggu saja pembalasan dari keluarga ku!" Teriak Zayn mencoba bangkit dari lantai.

"Malik the Mafia? Cuih!" Balas Liam meludah seolah hal yang ia bicarakan menjijikkan. Liam semakin menekan pisau dilengan Zayn, jeritan kesakitan pun tak bisa dihindarkan.

"Arghaahhh!!!"

"Tuan Dave tak akan tinggal diam pada keluarga sialan mu itu!"

Aku terdiam seribu kata saat mendengar Liam menyebutkan nama ayahku dipembicaraannya.
Apa sangkut pautnya ayahku dengan semua kegilaan ini, huh?

Dengan cepat aku pun berlari keluar dari rumah Zayn sambil mencoba menghubungi Justin. Tak peduli lagi jika aku marah, jika aku selalu menolak telfonnya. Ini keadaan yang sangat genting.

"Hei kau!" Teriak seseorang lelaki yang aku rasa temannya Liam. Dari cara berpakaiannya aku tebak ia juga bodyguard dari ayahku. Apa yang sedang mereka lakukan disini?

"Arghah Just!" Teriakku saat telfon mulai tersambung.

Aku terus berlari tanpa tujuan, yang penting aku lolos dari kejaran lelaki sialan dibelakang. Apa dia tidak tahu jika aku adalah putri dari atasannya?

"Rose? Oh my fucking god! Kau menelfonku? Aku tahu kau tidak akan bisa hidup tanpaku, aku sangat merindukanmu" ujar Justin diseberang. Bisa-bisanya dia bersikap seperti ini. Dasar.

"Tolong aku Just!" Teriakku dengan nafas yang terengah-engah.

"Rose? Kau kenapa?" Tanyanya.

Aku melihat kebelakang dan dia masih mengejarku, segera aku berbelok dan masuk ke dalam club malam untuk bersembunyi. Nafasku sudah tak kuat untuk berlari sejauh ini.

Aku intip dibalik pintu club akhirnya lelaki itu pergi meneruskan larinya .

"Oh god" desisku merasa lega, lebih baik aku ke toilet untuk membasuh mukaku yang sudah bercucuran keringat.

"Rose? Where are you? Are you okay?" Tiba-tiba suara Justin terdengar, sepertinya telfon tadi belum lah terputus.

Lalu aku dengar derap langkah dari high heels terdengar mendekat kearahku.

"Rose? Apa itu kau?" Tanya wanita yang berpakain sexy dibelakangku. Tebak siapa dia? Blonde's bitch.

"Kau ingin menggangguku lagi, Hail?" Tanyaku begitu sinis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau ingin menggangguku lagi, Hail?" Tanyaku begitu sinis.

"Mengganggu? Bisa-bisanya kau menuduhku seperti itu, Rose"

Aku memutar kedua bola mataku tak percaya, semua yang diomongkan oleh Hailey hanyalah bullshit. Ada tujuan dibalik basa-basinya ini.

"What do you want from me huh?" Decakku. Hailey melangkah ke sampingku, memegang pundakku dan membisikkan sesuatu tepat ditelingaku dengan lembut dan menyakitkan diwaktu yang bersamaan.

"Justin is the king, king of the bed"

Aku melirik iPhone ku yang masih tersambung dengan Justin.

"Babe? Who are you talk-"

Tanpa pikir panjang aku langsung mematikan telfonnya dan melangkah keluar dari club malam dengan tangisan. Ini semua benar. Dickhead!

Cie gue lanjoot ;-) kangen gug?

Btw thanks for 1k followers, what a surprise

I'm happeh

Survive (The Wattys 2016)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang