Secret Revealed

1.3K 145 11
                                    

*Justin Bieber*

"Sial!" Pekiku saat sudah kembali dari rumah.

Bagaimana tidak? Tempat yang kami serbu dan kami kira adalah markas Jason, ternyata semua itu hanyalah tipuan belaka. Sepertinya setiap Jason menelfonku maka dia akan pergi dari markasnya dan menelfon dilain tempat. Sehingga ia tidak akan ketahuan.

"Fuck you bastard!" Teriakku sambil mengacak-ngacak rambutku yang sudah sedikit panjang dengan kasar. Aku benar-benar putus ada dan kehilangan cara bagaimana untuk menemukan Rose.

Emosiku berada dalam puncaknya, wajahku marah padam dan rasanya aku ingin menghancurkan sesuatu jika bisa. Aku akan melemparnya dan membuatnya pecah berkeping-keping. Seperti aku akan menghancurkan Jason, maka akan aku buat dia seperti kepingan dan membuangnya.
Lalu mataku menangkap sebuah vas bunga diatas meja, segera tanganku meraihnya dan melemparkannya sekuat tenaga ke lantai.

"Fuck you!"

*PRAK*

suara pecahan vas membuat semua orang disini terlonjak kaget.

"What the fuck are you doing, Just?!" Keluh Zayn menolehkan wajah kesalnya padaku.

"Calm down, Just" pesan Harry padaku yang malah membuat emosiku semakin tersulut tanpa alasan yang jelas.

"You keep telling me to calm down! But I can't!" Teriakku mendorong kedua bahu Harry dengan kasar.

"Just, everything's gonna be okay and I promise you Rose is fine"

"What?! Everything is not okay, dude! And Rose is not save! She's in danger and she's not like Barbara who always hides gun under her skirt! Rose is just... A regular girl, dia gadis yang polos dan lugu!"

Dengan itu aku pun melangkahkan kedua kakiku keluar dari rumah yang panas. Kuambil rokok dari saku celana jeansku dan menyalakannya. Kuhirup dalam-dalam aromanya yang nikmat, hembusan asap putih diudara menjadi sebuah seni yang indah. Meski Rose telah melarangku, tetapi aku tidak bisa bertahan tanpa rokok dihidupku, apalagi dalam keadaan tertekan seperti ini, aku bisa menghabiskan berpack-pack rokok dalam sehari.

"Hei, bastard!" Teriak seseorang dari arah gerbang rumah. Siluet dari lampu jalan membuatku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dengan terpaksa aku pun menghampirinya.

"Hei! Where's my daughter?!" Teriakknya yang langsung membuatku terkejut setengah mati. Dave, dia datang dengan tampilan yang sangat berbeda.

Sebagai pendeta tentu saja Dave harus berpakaian rapi dengan setelan jas hitamnya, tetapi malam ini dia datang mengenakan jacket kulit hitam serta celana denimnya. Damn, he's so cool.

"Wha-what the-" ujarku terbata-bata karena ketakutan. Ayah Rose akan membunuhku jika dia sampai tahu Putri kesayangannya telah diculik oleh saudara kembarku sendiri.

"Cut the crap! Where's Rose?!" Where's is she?!" Bentaknya.

"She is inside" ujarku berbohong sambil menunjuk ke arah rumah.

"Bullshit!"

*BRAK*

"Arghh!" Teriakku kesakitan saat Dave memukul wajahku dengan keras. Tak hanya berhenti disitu, ayah Rose langsung menendang tubuhku yang telah tersungkur diatas tanah. Membuat darah keluar dari mulutku.

"Dia telah diculikkan?! Ariana told me today!"

Aku yang masih kesakitan hanya bisa melihati wajah ayah Rose yang menakutkan. Dia begitu marah padaku, sebagai seorang ayah yang memiliki putri hal ini sangatlah wajar.

Kemudian dia menarik krah bajuku dan menatapku dengan kedua mata hitamnya yang persis seperti milik Rose.

"Find her! Or I will kill you, boy!"



Mikum...

Comment for next ;-)

Btw besok gw ujian toefl....

Survive (The Wattys 2016)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang