Epilogue

1.1K 136 7
                                    

*Rosella Bieber*

Saat Justin mengajakku untuk pergi ke Kanada bersamanya, awalnya aku sedikit ragu karena aku tidak yakin dapat meninggalkan semua yang telah terjadi disini. Semua memori dan setiap bangunan yang menjadi saksi. Begitu juga halnya dengan ayahku yang telah mati.

"Are you sure?" Tanya Justin meyakinkanku. Dan aku pun menjawabnya hanya dengan sebuah anggukan yang mantab.

Kita bertiga sudah membeli tiket pesawat ke Kanada. Ya, hanya 3 orang saja yang pergi ke negara Amerika bagian utara itu. Aku, Justin dan juga Harry. Zayn tidak ikut pergi bersamaku karena dia tidak bisa meninggalkan keluarganya dan membiarkan bisnis gelap keluarga besarnya begitu saja, karena dia merupakan putra tunggal dari penerus Malik the Mafia.

"Jangan lupa untuk selalu mengabariku" pintaku pada Zayn.

"Jangan lupakan aku" pinta Zayn yang menatap wajahku lekat-lekat dengan kedua mata cokelatnya.

Aku menggeleng pelan, menandakan aku tidak akan melupakannya. Aku tidak mungkin melupakan sahabatku itu, sampai mati sekalipun.

Zayn membuka kedua lengannya dan aku masuk kedalam dekapannya dengan senang hati. Perpisahan ini terasa begitu berat bagiku.

"Jaga diri kalian baik-baik ya" pesan Zayn pada kita bertiga. Beberapa kalimat perpisahan, harapan, pelukan dan tangisan bersatu, sebelum akhirnya kita bertiga harus masuk ke dalam pesawat dan take off menuju tempat kelahiran Justin di Ontario, Kanada.

Selama beberapa jam kita habiskan dengan duduk dan berharap kita sampai ditujuan dengan selamat. Terkadang Justin menggenggam tanganku, mencium pipiku, aku menyandarkan kepalaku dipundaknya, atau mendengarkan guyonannya yang lucu untuk menghiburku dari penerbangan yang membosankan ini.

Sedangkan Harry lebih banyak diam karena ia  tidak mengajak Barbara ikut bersamanya. Ini semua disebabkan mereka telah putus tepat sebelum kita berangkat ke Kanada. Barbara tidak bisa meninggalkan keluarganya untuk ikut bersama Harry ke Kanada dan dia tidak percaya dengan long relationship. Kini aku berpikir mungkin Barbara tidak begitu mencintai lelaki berambut panjang itu. Karena jika Barbara benar-benar mencintainya maka dia akan ikut bersamanya, seperti aku akan ikut kemana pun selama aku bisa hidup bersama Justin.

Tapi sudahlah, aku berharap Harry dan Barbara menemukan kebahagiaan mereka sendiri. Bukankah kita semua berusaha menemukan kebahagiaan kita masing-masing selama ini?

Diantara mimpi buruk yang aku dapat saat aku tertidur, Justin akhirnya membangunkanku karena kita sudahlah sampai di Kanada. Di tanah kelahiran Justin.

Dulu, negara yang sangat ingin aku kunjungi adalah Perancis. Tapi setelah aku mengenal Justin,  Kanada  merupakan negara idaman yang aku mimpikan. Dimana tempat Justin tumbuh, aku pun ingin mengenal setiap inchi dari kota ini. Mendatangi setiap tempat-tempat bersejarah milik Justin dulu. Mungkin rumahnya yang ia ceritakan, sekolahnya, taman tempat ia bermain skateboard atau pun hal lainnya. Setiap memori yang Justin punya aku ingin mengetahuinya.

Justin dan Harry membawa koper milik kita bertiga. Sedangkan aku hanya membawa sebuah ransel hitam sedang dipunggungku. Kubuka jendela taxi yang aku naiki, kuhirup aroma Kanada yang menyegarkan. Berharap masa depan kita semua sesegar ini.

Memasuki jalan yang lebih sepi dari pada jalan raya tadi, memasuki perumahan yang berjejer rapi. Akhirnya sampailah kita disebuah rumah bercat putih dan cokelat. Aku pikir ini adalah rumah milik Justin dulu, tetapi ternyata ini adalah rumah sahabat Justin, Fredo.

"Justin? Oh my god! What's bring you here?!" Kejut lelaki berkulit cokelat dengan rambut pendek keritingnya.

Survive (The Wattys 2016)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang