*Author POV*
Dibawah langit Los Angeles yang mendung, didalam rumah mewah yang pernah menjadi tempatnya bernaung, Rose tak kuasa menahan semua yang telah terjadi pada dirinya dalam waktu semalam. Dia telah kehilangan 2 orang yang berharga dalam hidupnya; ayah dan juga sahabatnya.
Dave dan Cody sama-sama mati karena tembakan peluru dibagian dadanya. Dave tertembak saat dia mempertahankan mobilnya yang menunggu Justin dan kawan-kawan diluar, sedangkan Cody tertembak saat dia mengecek keadaan gedung untuk pertama kalinya. Mereka berdua sangatlah berjasa dalam penyelamatan Rose kemarin malam dan Rose tak akan memaafkan dirinya untuk itu.
Proses pemakaman Justin percepat, ia tak ingin terus larut dalam rasa kesedihan yang menggerogoti pikirannya. Apalagi mengenai Rose, Justin tak bisa melihat Rose terus menangis sepanjang malam.
"Sayang?" Panggil Justin pada istrinya tersebut. Tapi diam adalah jawabannya.
Rose masih tak bisa melupakan betapa dia mencintai ayahnya, meskipun semua orang tahu jika ia telah meninggalkan ayahnya demi hidup bersama lelaki berandalan. Ditambah Justin telah menceritakan semua hal tentang ayahnya. Tentang bagaimana ibunya mati karena dunia gelap ayahnya, pekerjaan pendeta yang sebenarnya mafia, pulang larut malam bukan karena berkutbah melainkan narkoba. Semua hal yang telah ayahnya berikan padanya adalah kebohongan. Bahkan kini Rose tak mengenali lagi siapa sebenarnya ayahnya tersebut. Dave si pendeta atau Dave si mafia.
"Sayang?" Panggil Justin lagi dan lagi. Tapi hanya air mata dipipi Rose yang bergerak menjawab panggilannya.
Justin telah mengumpulkan semua keberaniannya untuk berbicara dengan Rose sore ini. Hal ini karena Justin merasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan Dave semalam. Bukan hanya ayah mertuanya, Justin juga tak dapat menyelamatkan sahabatnya. Dalam kata lain Justin merasa telah membunuh mereka berdua.
Dengan bantuan Zayn, Justin pun akhirnya berani menemui Rose dan melangkah untuk membicarakan hal yang sangat sensitif ini. Meskipun diantara perkataan Zayn ada yang membuatnya sedikit tersinggung tetapi Justin berterimakasih pada lelaki mantan saingannya tersebut.
"Kau tahu, Just? Mengapa Dave dan Cody merelakan nyawa mereka untukmu atau pun untuk Rose? entah itu rasa persahabatan atau persaudaraan tapi yang terpenting mereka berdua menyayangimu. Apalagi mengenai Dave, dia telah mempercayaimu untuk membuat putrinya hidup bahagia. Apa kau mau aku mencoba mengambilnya lagi darimu?"
Segera ia enyahkan rasa kesal pada lelaki berparas Arab itu dari pikirannya, kini yang harus ia pikirkan adalah Rose.
Diantara 2 jendela besar di kamar Rose, kilau jingga dari mentari yang terbenam menyeruak masuk dengan mudahnya. Membuat kamar yang seharusnya bernuansa putih ini menjadi bewarna jingga dengan indah.
"Sayang? Maafkan aku. Aku tahu maafku tidak akan cukup atau bahkan membawa mereka kembali kesini. Aku tidak bisa. Tapi aku hanya ingin kau tahu jika aku disini bersamamu dan aku mencintaimu. Kau memilikiku"
Tanpa terduga setelah mendengar ucapan dari suaminya, Rose langsung menghamburkan tubuhnya pada tubuh Justin. Lagi-lagi ia memeluknya begitu erat, seolah-olah mereka adalah satu.
"Aku tidak punya siapa pun didunia ini, ibuku mati! ayahku mati! Aku sendirian, Just!" Isak tangis Rose sambil meremas kemeja putih Justin kuat-kuat. Ingatan saat Justin menangis karena keluarganya mati dibunuh oleh Jason beberapa bulan yang lalu pun terputar lagi di otak mereka berdua.
"Tidak. Hei, lihat aku" Justin merengkuh wajah Rose dengan kedua tangan besarnya. "Ayahku. Ibuku. Saudaraku juga telah mati. Aku juga tidak memiliki siapapun disini. Bahkan aku sendiri yang telah membunuh saudara kembarku. Tapi... Hei, Apa kau melupakanku? Aku disini untukmu, dan ingat, kau memilikiku. Kita memiliki satu sama lain, kan?"
Rose hanya terdiam lalu menganggukkan kepalanya. Saat ibu jari Justin menghapus air mata dari wajahnya, Rose tersadar jika ia memiliki Justin yang akan selalu menyayanginya dan menjaganya seperti ayahnya. Ia harus melanjutkan hidupnya bersama suaminya tersebut dan jauh dilubuk hatinya, ia menginginkan sebuah kehidupan yang lebih baik dari pada ini, jika mungkin mereka memiliki anak kelak, maka mereka harus keluar dari kehidupan gelap ini sesegera mungkin.
Justin pun memikirkan hal yang sama, berbagai kekacauan ini tentu saja membuat sedikit trauma bagi Rose. Jadi, Justin telah memutuskan untuk memulai kehidupan barunya.
Tinggal jauh dari Los Angeles. Memulai hidup bersama Rose sebagai suami dan istri yang normal. Tidak ada kehidupan gangster. Tidak ada masalah. Dan tidak ada lagi kekerasan. Mungkin mereka akan hidup bahagia.
Sebuah ide gila itu merasuki dirinya, bahkan hal tersebut rasanya tak pantas dipikirkan ketika semua orang berduka seperti saat ini. Tapi gambaran mengenai masa depan yang seperti inilah yang Justin dan juga Rose perlukan. Sebuah kehidupan normal.
"Let's go" ujar Justin memberikan tangannya pada Rose. Tapi Rose hanya terdiam tidak mengerti dengan maksud Justin.
"Where?"
"Let's go to Canada"
✨
Baca buku baru gue kuy!
EXECUTION (buku adventure science-fiction)
ROSES AND THORNS (Kumpulan puisi bhs inggris gue)
KAMU SEDANG MEMBACA
Survive (The Wattys 2016)
Fanfiction[COMPLETED]↪book 3 of GANGSTA TRILOGY {Go check PURPOSE for sequel} Justin Bieber ✖ Jason McCann Rose terjebak dalam kehidupan gangster yang keras dan penuh ancaman bersama suaminya itu untuk seumur hidup. ❗strong words and mature content #82 in ga...