Part 4 "Present"

4K 128 0
                                    

Aku membuka mataku perlahan. Bau ini.... tempat putih.... shit gue di rumah sakit. "Lo gapapa kan, My?"tanya Sasa di sampingku ketakutan. Aku baru menyadari keadaan. Ada lima laki-laki mengerumuniku dan ada Adam salah satunya. "Kakak agak enakan? Mau makan apa nanti Leo beliin."kata salah satu laki-laki. Aku hanya diam menatap mereka bingung.

"Ah iya, My. Yang ini Leo, sebelahnya Rama, sebelahnya Rama ada Adam, sebelah Adam ada Gio sebelah Gio ada Raven. Mereka yang nolongin gue ngangkut lo yang berat banget."kata Sasa. "Ngga kok, kak. Kakak ga berat. Kakak enteng banget."kata Gio. "Ish! Elo tuh yang paling cerewet tadi."kata Sasa marah. "Sebelumnya makasih ya udah bawa gue ke sini. Gue uda enakan, gue mending pulang."kataku duduk dari ranjang rumah sakit. "No!"kata Sasa mendorongku lebih kuat. "Di sini aja dulu sampek sore, pak Yadi ntar yang nganterin lo pulang."kata Sasa. Aku mengangguk paham.

"My gue duluan ya. Bye boys! Jagain Aimee ya!"kata Sasa pergi duluan. Dan di sinilah aku dalam keadaan canggung dengan lima cowok. "Hehehehe hai."kataku mencoba memecah keheningan. "Ya Tuhan kenapa engkau membawa bidadari ke bumi."kata Rama. Aku tertawa kecil namun aku melihat Raven diam menatapku. "Raven kan ya?"tanyaku sambil menunjuknya. Ia mengangguk kaku. "Salam kenal!"kataku mengulurkan tanganku. "Ra.... Ra..... Ra..." "R.A. Kartini? Ahahaha."godaku. Ia menggapai tanganku dengan tertawa kecil, "Saya... Raven kak."katanya malu-malu.

Tiba-tiba darah deras mengalir dibawah hidup lubang sebelah kiri. Aku mengambil tisu dan menyumbatnya. "Raven lo gapapa?"tanyaku sambil menyumbat darahnya namun, justru lubang hidung sebelah kanannya yang kini mengalir darah segar. "Looh kok jadi dua-duanya yang mimisan?"tanyaku kaget. Gio pun membawa Raven keluar.

Aku pun mencabut selang infusku lalu mengambil jaket kulit hitamku dan keluar dari UGD. "Kak tapi kata kak Sasa kakak harus di sini belum boleh pulang."kata Leo. "Nah, im fine. Gue benci rumah sakit."kataku jalan sempoyongan. Adam tiba-tiba menyambar tanganku dan meletakkan di lehernya lalu membantuku berjalan. "Kakak jutek keras kepala ya?"katanya. "Kakak jutek sapa maksud lo. Lo uda tau nama gue masih manggil jutek."jawabku kesal.

"Iihhh ituh jutek!"kata Adam menunjuk wajahku. "Yee! Elo nya nyebelin!"balasku. Tiba-tiba Adam berhenti menuntunku. "Woy ngapain lo? Liat semut lewat? Ayo jalan!"kataku. Aku melihat ke depan dan aku tau mengapa Adam berhenti. "Makasih ya boys, kalian pulang aja. Gue ada urusan."kataku pada Leo, Adam dan Rama.

Aku mengisyaratkan Alvin untuk mengikutiku menuju mobilku dan berbicara di dalam sana. "Ada apa lagi?"tanyaku sambil memakai kaca mata hitamku. "Besok acara penutupan ospek universitas. Rektor minta elo yang nutup acaranya."kata Alvin. "Oke. Besok kan? Yaudah gue mau istirahat."jawabku. "Gue.... gue minta maa--" "Gue minta maaf. Dinda pasti salah paham lo bantuin gue tadi."potongku.

"Ah iya. Dinda udah ga salah paham. Umm, istirahat ya. Cepet sembuh."kata Alvin menepuk pundakku lalu keluar dari dalam mobilku. "Non, sudah siap pulang?"tanya pak Yadi, aku hanya mengangguk lemas.

Rasanya masih baru kemaren pas gue sakit lo pasti ngerawat gue seharian. Rasanya masih baru kemaren kalo gue telat makan, elo bawain gue makan.... rasanya.... baru kemaren....

Tak terasa aku meneteskan air mataku namun segera kuhapus dengan kasar. Sesampai di rumah, aku masuk ke dalam rumah dan melihat Reza sedang duduk di meja makan dan Ijah sedang menebar pesona noraknya. "Reza!"kataku menghampirinya. "Ada apaan lo ke sini?"tanyaku. "Ya nyamperin Ijah to nooonnn!!"kata Ijah. "Gue ga tanya ama lo, Jah."jawabku. "Gue denger dari Sasa lo masuk rumah sakit, gue mau jenguk tapi katanya lo uda pulang ya gue ke sini."jawabnya.

"Lo udah jenguk gue sekarang. Lo bisa pulang."kataku pergi ke kamarku dengan lemas. "Yah nooonnn kok masnya disuruh pulang siiii!"teriak Ijah kesal. "Aimee!" Reza mengejarku dan membantuku berjalan menuju kamar. "Sebenernya gue ke sini juga nganterin sesuatu."katanya. "Nganter? Lo udah magang jadi kurir?"jawabku.

"Sialan. Bukan bego!"kata Reza menjitak kepalaku.

"Duh! Sakit bego! Lo nganter apaan sih?"tanyaku memegang kepalaku.

"Lo bakal tau pas buka pintu kamar lo."jawabnya.

"ELO GA NGELAMAR GUE KAN ZA?!"teriakku. Reza hanya mengangkat kedua bahu dan tersenyum ambigu. Aku membuka pintu kamarku dan melihat hadiah juga bunga yang sangat banyak. "Gue ga ulang taun."jawabku singkat.

"Lu kira gue gatau kapan ulang taun lo? Ini dari maba. Oh sorry maba cowok lebih tepatnya. Semua ngasih ini, tadinya harusnya Sasa yang nganter ke rumah lo, tapi berhubung lo masuk rumah sakit, jadi gue yang anter."katanya. "Thanks. Pulang sono gue mau istirahat."kataku mendorongnya. "Siap preman!"kata Reza berlari pulang.

Aku dibantu Ijah mencoba hanya mengambil kartu yang ada di setiap bunga atau hadiah lalu bunganya diambil Ijah karena mau di foto biar dikira punya pacar. Hadiahnya kubuka satu persatu ada yang memberiku coklat padahal bukan valentine ada yang memberiku pernak-pernik lucu. Bahkan ada yang memberiku baju.

11:11 PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang