Part 15 "The Operation"

1.5K 84 0
                                    

"Lo beneran gapapa kan?"tanya Reza terus mengecek lengan infusku. "Beneran uda gapapa kok. Eh iya lo uda ketemu dokter kan? Gimana? Kapan gue pulang?"tanyaku. "Gue gatau, kata dokter nya dia yang langsung jelasin ke elo."kata Reza. "Dan satu lagi... gue janji gabakal ninggal lo sendiri lagi. Daripada lo di datengin orang-orang yang mau nyakitin elo."lanjut Reza. Aku tertawa kecil sambil mengangguk.

"Ortu gue?"tanyaku. "Mereka gatau kalo lo disini, gue denger mereka balik ke Paris buat ngurus bisnisnya."kata Reza. "Ijah yang bilang?"tanyaku. Reza mengangguk. Gue seneng mereka gatau gue di sini, tapi di sisi lain gue juga pengen mereka di sini.

Beberapa dokter memasuki kamarku, melihatnya saja membuatku takut. "Selamat sore, Aimee. Saya dokter Farhan, ini rekan saya dokter Farid dan dokter Arif. Kami di sini mau memberitahu jadwal operasi kamu."kata dokter Farhan. "Operasi? Emang saya sakit apa sampek harus dioperasi?"tanyaku. "Kami khawatir melihat CT Scan di bagian kepala Aimee ada sedikit benjolan yang harus dioperasi."kata dokter Arif. "Apa Aimee bersedia di operasi sore ini pukul 16:00?"tanya dokter Farhan.

Aku diam, menatap Reza, lalu menatap diriku sendiri. "Iya, saya mau dioperasi."jawabku. Dokter Farid memberiku sebuah berkas yang harus ditandatangani. "Baiklah, masih ada waktu setengah jam kami permisi dulu."kata dokter Farhan.

"Hey whats wrong?"tanya Reza saat melihatku murung. "Gue takut..... gue ga pernah operasi, gue benci rumah sakit. Gue takut, gue--" Reza segera memelukku dan tangisku pecah lagi. "Yang penting lo bakal sembuh, My. Lo tenang aja, dokter-dokter tadi yang terbaik di bidangnya."kata Reza. Aku hanya mengangguk lemas.

***
Reza point of view

"Selamat sore. Mari kami antar ke ruang operasi."kata seorang suster. Aku bisa melihat kegelisahan di mata Aimee saat empat suster mendorongnya menuju ruang operasi. Aimee terus menggenggam tanganku erat seakan tak mau melepasnya.

Saat sampai di depan pintu ruang operasi, aku sudah tak bisa masuk. "Tunggu."ucap Aimee. Aimee duduk lalu menoleh ke arahku, "Tungguin gue, gue takut."ucapnya hendak menangis. Aku mengangguk dan pintu ruang operasi tertutup.

Aku pergi berlari ke kantor papa yang ada di lantai paling atas rumah sakit. "Papa, apa Reza boleh liat Aimee operasi?"tanyaku. "What? Ngga boleh dong, Za. Ruang operasi udah harus steril."kata papa. "Oke, Reza mau liat di ruangan yang buat dokter magang liat operasi pah. Gimana?"tanyaku lagi. "Yasudah ayo ikut papa."kata papa meninggalkan kantornya.

"Kamu beruntung papa di sini, tadi papa mau balik ke Rockwell."kata papa. (Rockwell itu nama perusahaan papanya Reza gaes!) "Ya untung deh, maaf ya, pah Reza banyak maunya."ucapku merasa bersalah. "Its ok. Lagipula baru kali ini kamu minta banyak."kata papa tersenyum. Kami pun sampai di ruang khusus para dokter magang melihat operasi berjalan. Papa menitipkanku pada dokter perempuan kepercayaannya. "Reza, nanti Adam papa suruh ke sini ya gantiin kamu sambil bawain baju kamu."katanya lalu meninggalkanku.

"Hai, Reza ya? Saya dokter bedah Vallery. Kamu di sini buat liat sahabat kamu?"tanya nya. Aku diam mengangguk, aku sudah terlalu fokus melihat Aimee di otak-atik lewat jendela kaca. "Aimee will be ok. Untunglah ini operasi kecil. Dokter Farhan biasanya mengangkat tumor besar."kata dokter Vallery.

"Pendarahan. Tolong kantong golongan darah B- sekarang."kata dokter Farhan. Aku sudah gemetaran melihatnya pendarahan. Aku melihat semua proses pengambilan tumornya dan waktu sudah menunjukkan pukul 21:00 dan operasi dinyatakan berhasil. Aku sangat lega dan akhirnya bisa bernafas lega. "Reza, ayo saya antar ke kantin. Kamu kecapekan. Muka kamu pucet gitu."kata dokter Vallery. "Ngga, dok. Im fine. Saya mau jadi orang pertama yang diliat sama Aimee."ucapku berdiri lalu kembali ke kamar Aimee.

Saat masuk ke kamarnya, aku melihat Adam sudah datang. "Kak? Lo kenapa kak, pucet gitu?"tanya Adam sambil membantuku duduk di sofa. "Gue abis liatin Aimee operasi lima jam nonstop."ucapku menutup mata. "Eh eh jangan tidur dulu. Gue uda bawain sushi, makan dulu kak baru tidur."kata Adam menyiapkan makanku. "Thanks ya, dek."ucapku. Adam mengangguk senang. Seusai makan, Aimee dan dokter Farhan masuk ke kamar Aimee.

"Kondisi Aimee sudah stabil. Untuk sementara dia belum bisa bangun karna pengaruh obat bius. Kalau dia sehat terus menerus, secepatnya akan pulang. Saya permisi dulu ya, Reza, Adam."ucap dokter Farhan lalu pergi. "Thanks god."ucapku sambil tidur di sofa. Aku benar-benar kelelahan.

11:11 PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang