Part 23 "Kidnapped"

1.3K 60 0
                                    

Aku membuka mataku dan melihat MIA BERUBAH MENJADI SEPIRING OMELET DAN SOSIS! Just kidding hahahaha! Tapi di sampingku memang ada sepiring omelet dan sosis juga sepucuk surat.

I have morning class today so enjoy your breakfast, i'll see you at airport so bye!     Xoxo, Mia.

Ya, hari ini hari aku dan tante Diana pulang. Sudah seminggu kami di negri orang ini. Mia pun sudah berjanji akan ke Indonesia saat liburan. Aku mengemasi barangku dan memakai sweater dan ripped jeans hitam lalu pergi ke airport.

---
"Ah, di sini malah musim hujan bisa-bisa Aimee sakit."ucapku kesal. "Aduh iya nih indonesia ujannya mantep."ucap tante Diana. Kamipun mengambil bagasi dan berjalan mencari pak Roy dan Reza. "Itu dia!"ucap tante Diana. Aku melihat wajah Reza tersenyum ceria saat melihatku. Aku berjalan sedikit cepat namun......

Seseorang bertubuh besar memukul bagian belakang kepalaku, sebelum pingsan aku merasa ia mengangkatku ke pundaknya dengan gampang. Seseorang lainnya membawa koperku dan berlari. "Aimee?!!!"teriak Reza dikejauhan namun aku keburu pingsan.

***
Reza point of view

Aku berlari mengejar dua orang yang membawa Aimee entah kemana. Aku terus berlari mengikuti mereka namun mereka hilang terlebih dahulu di dalam mobil van hitam yang melaju kencang namun aku melihat stiker kecil di belakang mobilnya, PnL company, shit its her dad.

Aku kembali berjalan melewati banyak mata yang mengamatiku. Aku kembali ke keluargaku dan menceritakannya. "Aimee bakalan baik-baik aja kok, Za. Kamu yang tenang."ucap mama. Gue gatau mesti percaya mama atau gimana. Gue harus liat dia. Gimanapun caranya.

Sesampainya di rumah, aku segera menelfonnya namun hpnya tak aktif, aku mencoba menelfon Ijah dan sesuai ekspetasi, diangkat!

"Halo, Jah ada Aim--"

"Den ganteng ngapain nelfon Ijaaahhh iihhh pasti kangen kaaannn sini mampir ke rumah dong."kata Ijah memptong obrolanku.

"Jah, Aimee di rumah?"tanyaku sekali lagi.

"Ada, den. Tadi kayaknya sakit, soalnya pingsan gitu trus di taruh di kamarnya sekarang. Tapi pintunya dikunci sama tuan."jelas Ijah.

"Hmmm nyokap bokap nya gaada acara keluar kota atau negri?"tanyaku.

"Waduh itu dia, den! Tadi Ijah denger semuanya di cancel. Non Aimee sakit apa to? Kok sampek tuan sama nyonya netep di sini? Kan Ijah gabisa nikmatin jadi orang kaya lagi."

Aku langsung menutup telfonnya dan memikirkan cara untuk bertemu Aimee.
***

Aku merasakan pusing yang tak karuan dan tiba-tiba sudah berada di kamarku dengan barang yang kubawa dari London. Tiba-tiba papa dan mama masuk seakan tau aku sudah sadar.

"Darimana saja kamu?"tanya papa geram. "Lon--" plak!!! Sebuah tamparan mendarat dipipiku. "Kenapa ga ijin sama papa?! Nginep di rumah orang segala! Apa kamu ga punya rumah?! Malu-maluin aja!"bentak papa. "Trus? Gue harus tinggal di sini? Sama pembokat?!"bentakku tak tahan.

Plaaakkkk!!!

Lagi-lagi tamparan mendarat di pipiku. "Kurang ajar kamu! Saya mendidik kamu untuk sopan sama orang tua!"teriak papa.

"Aimee uda nurutin semua maunya papa! Aimee ikutin bisnis walaupun Aimee gasuka! Aimee diem-diem ikut seni tapi itu ga mempengaruhi kelas bisnis Aimee pah! Aimee juara satu lomba nasional, tapi papa malah mempermalukan Aimee! Apa papa ngga bangga sama Aimee?!"ucapku menangis.

Papa sudah bersiap-siap menamparku namun aku mengangkat kepalaku. Aku menarik tangan papa menyentuh pipiku. "Tampar, pah! Ancurin Aimee aja sekalian! Aimee udah ngga tahan!"teriakku menangis. Papa menepis tanganku kasar dan meninggalkanku. "Sayang...." Aku menepis kasar tangan mama yang menyentuhku, "Dont touch me! Please go!"teriakku. Mama keluar dan aku mendengar ia mengunciku di dalam kamar, what a great day.

Aku menatap hujan deras di jendela kamarku. Lalu menutup wajahku dan menangis deras. Aku mengusap air mataku dan menggambar posisiku tadi. Hujan deras menjadi latar belakang dan ada aku menelungkupkan wajahku menangis dalam hujan.

Aku tak bisa tidur, aku memikirkan Reza. Tak ada laptop, tak ada hp, bahkan tv diambil oleh papa dariku. Aku mengingat-ngingat dan aku menyimpan hp jadulku dan masih menyimpan nomor Reza. Aku melihat jam pukul dua pagi aku takut Reza sudah tidur.

"Halo?"ucap Reza.

Aku menangis seketika saat mendengar suaranya.

"Aimee?! Lo Aimee?!"tanya Reza.

"Reza gue..... gue ga tahan...."ucapku menangis

"Hey, elo kenapa? Lo tenang aja ya, gue bakalan ngebebasin elo dari rumah bokap lo. Lo tenang dulu ya."

"Gue gatahan. Apa gunanya kabur kalo nanti bokap gue nemuin kita? Gua mau mati.... gue... gue ga tahan..."ucapku menangis.

"No, no, no. Dont do that, please. Kita cari caranya bareng, oke? Kita pasti bisa mikirin jalan keluarnya. Jangan bunuh diri. Mending lo minum obat depresi lo dulu ya."ucap Reza mencoba menenangkanku.

"Ga ada yang tajem disini, Za.... gue harus nemuin pisau, no, cutter."ucapku meletakkan hpku.

"No! No!!! Aimee, no!!!"teriak Reza.

Aku tak lagi memperdulikannya dan mencoba mencari benda tajam dan menemukan cutter. "Gue gatahan lagi, Za."ucapku menangis.

"No please, Aimee. Inget hari-hari lo nginep di rumah gue. Inget dimana lo ngelukis dan juara satu. Inget semua kenangan indah lo, Aimee. Please dont do that. I love you, i cant let you go."ucap Reza tiba-tiba menangis.

Aku diam menatap cutterku sedih lalu membantingnya entah kemana. "Then what am i supposed to do?!"teriakku.

"Gue yang bakal cari caranya. Oke? Lo janji sama gue kalo lo ga bakal ninggalin gue."ucap Reza. "I love you."lanjutnya.

Aku hanya menangis lalu mematikan telfonnya. Kalo bukan karena gue sayang Reza, nyawa gue uda ilang.

Tiba-tiba papa masuk ke kamarku dan merampas hp lamaku. "Jangan, pah!"teriakku mencoba merebut hpku. Namun aku sudah lemas, papa dengan gampang mendorongku lalu kembali mengurungku.

11:11 PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang